04. Sudden Crime

609 74 21
                                    

Please be a wise reader, thank you.

- M I S S I O N -

Akademi FBI Quantico, Virginia, tempat di mana para agen FBI menjalani latihan beratnya. Oke, sudah beberapa tahun, aku dan Tony tidak berkunjung ke akademi ini lagi.

Saat para penjaga membukakan pintu, aku sudah bisa melihat seorang lelaki paruh baya yang sangat aku kenal datang untuk menyambut kami.

"Selamat datang dan selamat bergabung di Akademi FBI, para agen terbaik kami!" ujarnya dan langsung menjabat tangan kami satu per satu.

"Suatu kehormatan bisa disambut oleh Anda di saat Anda memiliki waktu yang padat, Sir!" balas Tony sambil tersenyum geli.

"Kalian berdua lagi rupanya." Pria paruh baya tadi langsung merubah ekspresi wajahnya saat melihat aku dan Tony.

"Halo, Paman Rey! Lama tidak berjumpa," sapaku sambil terkekeh menampilkan deretan gigiku. Aku mencubit lengan Tony agar ikut menyapa Paman Rey Arnold.

"Halo, Paman! Aku sangat rindu dengan Paman." Tony mendekati Paman Rey sambil berusaha memeluknya. Namun, sepertinya Paman merasa tidak nyaman karena beliau langsung mundur selangkah, dan membuat Tony menarik kembali keinginannya untuk memeluk Paman Rey.

"Hehe, Baiklah. Aku paham, Paman," gurau Tony sambil menggaruk tengkuknya. Tingkah laku mereka berdua berhasil membuat kami terkekeh.

"Baiklah, aku pergi dulu ada karena yang harus kuurus," pamit Paman Rey sambil berlalu.

"Oh, lihatlah! Sejak kapan kau memakai blush on, Tony?" tanyaku setelah melihat kondisi pipi Tony yang kian lama kian memerah.

"Lupakan, Lyn! Cepat! Kita harus segera berlatih setelah ini!" perintah Tony.

"Siap, Tuan Steven Tony Lee!"

- M I S S I O N -

"Tarik napas!"

"Bidik!"

"Tekan picu!"

Dorr!

Sekarang, kami berlima sedang berada di outdoor gedung C, tepat 300 meter dari asrama. Gedung C merupakan pelatihan tembak-menembak yang dibagi menjadi dua bagian, indoor dan outdoor.

Aku menutup mata kananku untuk mensejajarkannya dengan pejera dan pisir. Setelah menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan, jemariku mulai menarik pelatuk senapan ini.

 Setelah menarik napas dalam dan membuangnya secara perlahan, jemariku mulai menarik pelatuk senapan ini

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dorr!

Dorr!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Mission ✓ [END]Where stories live. Discover now