Lio and his uncle's blood

12.5K 1K 44
                                    






"Kak?"


Jeno memanggil Anna dengan suara lirihnya. Anna bingung, harus apa dia. Akhirnya, dia melihat sekitar lorong beberapa saat sebelum membuka pintu apartemennya lebih lebar.


"Masuk dulu, deh"


Jeno mengangguk dan dia mengikuti Anna kedalam apartemen.

"Duduk sini, sebentar ya?"

Tanpa menunggu jawaban dari Jeno, Anna melangkah lebar-lebar menuju ruang tengah.


"Lio?" Panggil Anna pelan.

Lio yang sedang duduk di karpet depan televisi menoleh. "Ada apa, Mom? Siapa yang datang?"

"Om Jeno. Tapi, Lio masuk kamar dulu ya? Istirahat, tidur siang, ya?"

"Tapi, Mom-"

"Please, tolong ya? Nanti kalo Lio udah tidur siang, Lio boleh ketemu sama Om Jeno, Ok?"


Melihat ibunya yang menatapnya dengan sorot memohon, akhirnya Lio mengangguk. Membereskan beberapa robot-robotan dan mobil-mobilan yang ia gunakan kedalam kotak khusus mainan yang Anna sediakan.



"Lio tidur dulu, Mom!!!" Lio kecil mencium pipi ibunya sebelum berlari kecil kearah kamarnya yang tidak jauh dari ruang tengah.

Anna bersyukur, Lio kecilnya ini sangat peka dan penurut.

Begitu pintu kamar Lio tertutup, Anna bergegas kedapur, mengambil sebaskom air dingin dan handuk tipis yang lembut.


"Nih, bersihin dulu luka-lukanya" Jeno menurut, sedangkan Anna kembali beranjak pergi, entah melakukan apa.

"Akh!" Jeno berjengit perih saat ia tidak sengaja menekan luka robek di sekitar pelipis kanannya.


Tenang saja, di ruang tamu apartemen Anna ada cermin besar kok, jadi Jeno membersihkan luka-lukanya dengan berkaca.

Kenapa Anna tidak menolong? Lah, itukan Anna termasuknya sudah menolong.

Ingatkan, Anna ini masih berstatus sebagai istri Mark Lee. Anna belum menanda tangani surat perceraian itu, by the way.


"Obat merahin sendiri bisa-kan, Jen?" Anna datang lagi dengan kotak P3K yang ia angsurkan ke meja di depan Jeno.

"Bisa, kak. Terima kasih"


Anna mengangguk dan membereskan baskom yang telah Jeno gunakan. Airnya berubah warna, semu merah dan berbau anyir.

Akh! Anna tiba-tiba mual.


"Kakak ke dapur dulu, kalo udah nyusul aja ya?" Melihat Jeno mengangguk, Anna segera mengambil langkah cepat dan ia buru-buru masuk kedalam toilet yang ada di dekat dapur.



"Huek!!"


Dengan rasa menyiksa, Anna memuntahkan makan siangnya yang baru bersemayam selama 30 menit di perutnya.

Bau anyir darah Jeno membuat Anna pusing dan mual tak tertahan.


"Kak Anna!"

Jangan salahkan Jeno yang mendobrak pintu toilet dengan bar-barnya karena saking khawatirnya dengan kondisi Anna.

"Jangan mend-huek!" Anna muntah lagi, kali ini lebih banyak yang ia keluarkan. Perut Anna terasa di aduk-aduk.

"Kak" Jeno ini ngeyel sekali, bung!




Notre Mariage • Mark NCTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang