5//hilang ingatan//

7.7K 338 7
                                    



Sudah 1 bulan  anna dikurung di rumah itu, keseharian anna seperti seorang tahanan mandi - makan -  menangis - tidur. sean sudah tidak sekasar dulu walaupun kasarnya berkurang tapi wajah dingin dan tatapan membunuhnya masih sama.

Suatu ketika ada yang membuka kamar anna dan anna pikir itu sean dan ternyata bukan.

" permisi nona"

"I.. iya?"

"saya kemari hanya ingin memberitahu bahwa tuan sean mengalami kecelakaan dan sekarang ada di rumah sakit"

"A...apa? bagaimana bisa?"

"saya tidak tahu nona"

Ini kesempatan anna untuk pergi dari sangkar emas ini tapi, kakaknya sedang dalam musibah anna harus bagaimana?

"Nona..."

"Ah...? Baiklah terimakasih"

"Nona apakah nona ingin menjenguk tuan di rumah sakit?"

"Bolehkah?"

"Tentu saja, nona akan di antar oleh supir dan saya"

"Baiklah aku akan bersiap siap"

"Saya permisi nona"

"Ya..."

.
.
.
.

"Kenapa kakak bisa sampai seperti ini?" ucap anna lirih sambil membelai rambut sean lembut.

Ana sedih melihat kondisi kakaknya selang infus, selang darah, perban.

" aku ingin pergi, ta.. tapi kondisi kakak ..... a..aku tidak tega meninggalkan kakak hiks" ucapannya dengan tatapan sendu.

.
.
.

Sudah dua minggu sean koma tapi, belum ada tanda-tanda untuk sean sadar. Anna selalu berada samping sean, menemani sean walau terkadang anna meninggalkan sean karena anna harus kuliah.

Setelah pulang kuliah anna bergegas ke rumah sakit untuk menunggu sean seperti dua minggu terakhir ini.

" kakak aku datang" ucap anak lirih sambil membuka pintu walaupun anna tahu takkan ada jawaban dari dalam ruangan itu karena sang empu sedang koma.

" hai kak aku datang"Ucap anna sambil mengelus rambut sean.

Saat tangan anna mengelus rambut sean ada tangan yang meraih tangan anna dan ternyata itu adalah tangan sean, sontak anak langsung menarik tangannya.

"Ka.. kakak ?!"ucapan ana gugup sambil mundur beberapa langkah.

" siapa kau?" tanya sean.

" hah...?"

" siapa kau? di mana ayah dan ibu ku?"tanya sean lagi.

"Emm...ak... akan ku panggilkan dokter dulu" ucap anna gugup sambil berjalan keluar.

Setelah dokter memeriksa sean dokter pun keluar dari kamar inap sean dan anna yang sedari tadi menunggu di luar langsung menghampiri dokter itu.

" jadi bagaimana dok keadaan kakak saya?"

" setelah saya periksa sepertinya dia mengalami hilang ingatan pada sebagian memorinya dan.. bla... bla.... bla... dan kau harus menjaganya dalam pengawasan karena kondisinya belum stabil tapi, besok lusa dia sudah boleh pulang. itu saja kalau begitu saya permisi"

"iya...terima kasih dok"

Anna POV

apa aku harus menemui kakak?
Apa mungkin kakak mengingat ku? Tapi tadi dia tak tau siapa aku....
Emm mungkin aku hanya akan menjaganya sampai pulih. Hanya sampai pulih, tak sampai ingatannya kembali. Iya hanya sampai ia pulih.
Tapi aku harus mengaku sebagai siapa? Adik? Aku tak senekat itu untuk mengaku sebagai adiknya. Kalau mengaku sebagai adik, aku akan terikat terus dengannya, aku tak mau itu, aku ingin pergi. Nanti.... lagi pula apakah dia akan percaya kalau aq mengaku sebagai adiknya?

Anna POV END

.
.
.

Terdengar suara pintu terbuka dan munculah anna  dari balik pintu.

"Kau.... siapa?" Tanya sean.

"Ak... aku... aku.... aku anak bibi jang, iya aku anaknya bibi jang"

"Siapa bibi jang?"

"Pelayan di rumah tuan, ibuku pelayan di rumah tuan"

"Oh... em bisakah kau panggilkan orang tua ku? aku ingin bertemu mereka "

"Em... itu... or...orang tua tu... tuam sudah ti... tiada"ucap anna menunduk sambil memainkan tangannya. Pertanda bahwa dia sedang gugup.

" apa maksudmu! orang tuaku tidak mungkin meninggal!"

"Ta.. tapi itu kenyataannya tuan, sa...saya permisi dulu kalau begitu" anna pun memutuskan untuk pergi dan kembali ke rumah sean.

.
.
.

" bibi jang! Bibi di mana?" teriak anna. Tak sopan memang, tapi anna terlalu malas untuk mengelilingi rumah sebesar ini untuk mencari bibi jang.

" saya di dapur nona!" teriak bibj jang tak kalah keras.

Mendengar jawaban dari bibi jang anna pun berjalan ke dapur.

"Bibi jang?"

"Ya nona?"

"Em...bibi jang bi... bisakah bibi mengaku bahwa saya adalah anak bibi jang? Hanya saat di depan sean saja bik, anggaplah saya anak bibi jang sendiri di hadapan sean. Saya mohon bik" ucap anna sendu.

"Mak... maksud nona?"ucap bibi jang sambil mengerutkan keningnya.

" se... sean hilang ingatan bik..dia tak mengingat saya, maupun orang yang beberapa tahun ini dikenalnya, termasuk bibik dan saya mengaku pada sean bahwa saya adalah anak dari bibi jang saya tidak ingin sean tahu bahwa saya adalah adik angkat nya karena kalau saya mengaku sebagai adik angkat nya maka saya tak kan bisa pergi dari hidupnya karena setelah sean pulih saya akan pergi. Hanya sampai dia pulih, tak sampai ingatan tanya kembali. saja ingin pergi tap.... tapi... hiks... maaf bik saya lancang mengaku ngaku sebagai anak bibik... hiks....hiks
.. saya binggung...hiks..." ucap anak panjang lebar sampai anna tak kuasa membendung isak tangis nya.

"Cup...cup...cup sudah nona jangan nangis... bibi paham. Bibi akan menuruti permintaan nona" ucap di bibi jang sambil merangkul anna. Anna pun membalas rangkuman bibi jang.

.
.

" jadi bibi mulai sekarang jangan panggil aku 'nona' panggil aku anna saja dan aku akan memanggil bibi dengan panggilan 'ibu' tidak papa kan? aku juga akan menganggap bibi jang sebagai ibuku sendiri bolehkan?" Ucap anna setelah melepas pelukan mereka sambil tersenyum manis.

"Tentu saja boleh. Lagi pula Bibi dari dulu sangat menginginkan seorang putri" jawab bibi jang hangat.

.
.
.
.
.



Vote dong hargai aku:)

Devil BrOthErWhere stories live. Discover now