-4- Slytherin

18.4K 2.4K 246
                                    

Slytherin
.
.
.

Asrama dengan nuansa berwarna hijau. Membuat siapapun yang mengunjungi akan merasa bebas. Rasanya seperti melihat pohon-pohon yang rindang.

Tak terkecuali dengan Draco. Pemuda yang memiliki nama keluarga Malfoy ini tengah duduk disofa hijau tunggal yang ada di Ruang Rekreasi Slytherin. Pohon kecil yang berdiri di sudut ruangan mampu membuat perasaan Draco membaik.

Kejadian beberapa hari yang lalu mampu membuatnya malu bukan kepalang. Apalagi pada Ayahnya. Ia sangat malu sampai tidak ingin bertemu dengan sang Ayah, sampai saat ini. Ia lebih sering berada di sini daripada keluar ruangan.

Setelah kelas selesai, ia akan dengan cepat melangkahkan kakinya menuju keruang Istirahat ini. Meninggalkan dan mengabaikan teman-temannya.

Apalagi. Ia sungguh malu terhadap Harry Potter. Hari itu, saat ia meminta Harry menemaninya. Ia sungguh, sungguh tidak sadar. Kalimat tersebut keluar begitu saja dari mulutnya.

Ia menggelengkan kepalanya, menghalau ingatan tersebut saat ingin hadir kembali.

.

"Kau lihat Malfoy?" Hermione mengerutkan keningnya saat mendengar Harry bertanya sesuatu padanya. Telinganya tidak salah dengar, kan?

"Apa kau demam?" Ron yang juga ikut berkumpul, menyerukan pendapatnya.

Harry menggelengkan kepalanya, "Hanya saja, sejak hari itu aku jarang sekali melihat Malfoy."

"Kau... Khawatir?" tanya Hermione ragu.

"Ya. Aku hanya.. Emm.. Sepertinya ia belum sepenuhnya sembuh." Kedua sahabat yang duduk didepannya memandangnya dengan alis yang berkerut. Merasa heran dengan sikap sang sahabat.

"Lebih baik kau tidak dekat-dekat dengannya." saran Ron.

"Aku setuju." Timpal Hermione.

"Kenapa?"

"Kau tidak dengar rumornya? Dia itu egois, sombong, tidak mau mengalah dan hal buruk lainnya." Ron memajukan wajahnya dan berbisik tajam.

Harry mengerutkan keningnya, seakan berkata tidak setuju dengan tuduhan Ron. Memang banyak rumor yang mengatakan seperti itu. Tapi entah kenapa, Harry tidak merasa seperti itu.

Lalu ia melangkahkan kakinya pergi, meninggalkan kedua sahabatnya dengan pandangan aneh. Keduanya saling menatap saat Harry pergi meninggalkan mereka.

Kakinya masih melangkah. Menyusuri koridor yang panjang, hari juga sudah mulai menggelap. Langit yang berwarna abu-abu hampir gelap menyambut penglihatan Harry.

Ia menghela napas lelah. Kedua tangannya bertumpu pada pagar yang mengarah ke halaman luas. Mungkin ia harus menenangkan pikirannya dulu, maka dari itu ia melanjutkan perjalanannya dan menuju ke halaman depan.

Dengan perlahan ia melangkahkan kakinya. Sudah tidak ada orang sekarang, suasana yang sangat cocok untuknya saat ini.

Pikirannya masih mengarah pada keadaan Draco Malfoy yang tempo hari terserang demam. Ia masih merasa khawatir, bagaimana keadaannya, apakah ia sudah membaik dan baik-baik saja sekarang.

Saat pikirannya sedang berlari kesana-kemari, kedua retina matanya menatap bayangan yang tengah bersender dibawah pohon.

Perlahan, ia berjalan mendekat. Dan rambut blonde bisa ia lihat dengan jelas sekarang.

Harry Potter and The Secret of DrarryTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon