Samudra | 07

242 44 2
                                    

Senja terus mengatup mulutnya selama perjalanan pulang. Setelah mengobati lukanya di rumah sakit tadi, Senja mendapat dua jahitan pada lukanya dan sekarang tertutupi perban. Pergelangan kakinya yang terkilir juga memakai bisep.

"Mau makan dulu?" Tanya Samudra.

Senja tak bergeming. Gadis itu masih kesal dengan Samudra. Tangannya terlipat di dada dan pandangannya menatap keluar jendela.

Samudra menghela napasnya. Lalu menepikan mobilnya, menatap Senja yang sedang merajuk. Ini kedua kalinya ia merasakan hawa amarah perempuan setelah Riesma dulu.

"Untuk yang tadi siang gue minta maaf, semua itu juga buat lo." Ujar Samudra.

Senja melirik Samudra yang masih menatapnya. "Sorry, gue jadi repotin lo. Padahal seharusnya lo gak harus ngeliat gue kayak tadi,"

"Maksud lo?" Tanya Samudra. Ia bingung dengan ucapan Senja.

"Enggak. Gue cuma mau pulang," Senja kembali memalingkan wajahnya.

Samudra merasa ada yang janggal. Tapi ia tidak ingin mempermasalahkannya karena Samudra memang bukan siapa-siapa yang bisa dengan seenaknya mencampuri urusan orang lain.

Mobil Samudra kembali melesat dijalanan. Langit sudah berubah warna jingga yang menandakan sore telah tiba.

🍬

Senja mendudukan dirinya pada sisi ranjang. Pikirannya melayang pada kejadian tadi. Ia ingat saat dirinya menuruni tangga saat itu. Senja juga melihat seseorang yang mendorongnya dengan kuat.

Tapi siapa?

Tangga saat itu sedang sepi karena bel sudah berbunyi. Dari siluet Senja saat terjatuh, orang itu sepertinya seorang siswi karena seragam dan rambut panjangnya.

Senja menggeleng kepalanya. Lalu membanting tubuhnya pada ranjangnya. Ia sudah tidak akan peduli lagi dengan kejadian hari ini. Kejadian siang itu seakan membuat kepalanya pening dan berdenyut.

Jika kalian bertanya bagaimana Senja bisa masuk ke rumahnya sedangkan kakinya masih terluka, jawabannya sangat mudah. Saat Senja keluar dari mobil, Samudra menuntunnya sampai depan pintu rumahnya. Secara kebetulan Bunda membuka pintu. Senja terkejut saat melihat Mama yang ada di rumah karena sejak beberapa hari lalu Mama mengirimnya pesan berisikan tentang kepulangannya bulan depan.

Mama sempat terkejut saat tahu Senja mendapat luka dan itu bukanlah luka ringan. Semenjak sejam lalu ia sudah dinasihati oleh Mama agar memberitahunya ataupun Papa jika hal ini terulang lagi.

Senja sempat kesal saat Mama memarahinya. Tapi ia tahu semua itu adalah salahnya. Seharusnya kemarin malam ia memberitahu kedua orang tuanya itu.

Senja tersentak saat pintu kamarnya diketuk. Lalu menampakkan Mama yang tersenyum. Mau tidak mau Senja mendudukan dirinya.

Mama membawa sesuatu di nampan. Aroma makanan itu menyeruak masuk kedalam indra penciuman Senja.

"Nih Mama bawain kamu sup buntut. Supaya kaki kamu cepet sembuh," Mama menyimpan nampan pada nakas. Lalu menatap anak semata wayangnya itu.

Tapi Senja menggelengkan kepalanya. Ia tidak nafsu makan walaupun aroma sup itu sangat menggiurkan tapi perutnya menolak.

"Aku enggak lapar," Kata Senja.

Mama mengelus surai Senja dengan lembut. Sebenarnya ia tahu ia dan anak perempuannya itu tidak dekat apalagi waktu senggang dengan Senja yang terbilang bisa dihitung dengan jari. Tatapan Mama melembut menatap Senja. Gadis itu tumbuh besar dengan baik, wajah yang cantik dan surai keemasannya membuatnya sangat indah.

Kemudian wanita itu mengangguk. "Baiklah, tapi kalau kamu lapar. Kamu bisa panggil Mama,"

Mama beranjak pergi dari kamar Senja. Tak lupa menutup kembali pintu. Senja menatap makanan yang ada dinakas, sup yang dulu sangat ia sukai malah menjadi makanan yang paling tidak Senja sukai. Entahlah, semua orang bisa berubah pada waktunya, bukan? Begitu juga dengan Senja.

Semua akan berubah saat waktu berkata lain. Tapi perubahan itu akan berdampak besar jika masa lalu yang kau lupakan akan terungkap pada waktunya.

🌙

Samudra menatap kepada guru lesnya yang sedang mengajar, tapi pikirannya sedang melayang ke arah lain. Kelas sudah dimulai lebih dari satu jam yang lalu, namun Samudra tetap dengan imajinasinya yang sedang melayang di atas.

Kepalanya dipenuhi dengan kejadian siang tadi. Di mana ia terkejut dengan keadaan Senja yang bisa dikatakan darurat. Bagimana kaki gadis itu dipenuhi dengan darah yang terus mengalir dari lukanya.

Saat dokter berbicara padanya. Luka itu didapatkan karena benturan yang keras. Karena kaki Senja yang lainnya terkilir, dan dipastikan itu diakibatkan oleh benturan yang keras.

Samudra tersentak saat suara bel yang berbunyi. Menandakan kelas telah usai. Semua murid yang berad dikelasnya itu dari berbagai sekolah. Itu sebabnya Samudra masih merasa asing dengan beberapa orang.

Seseorang disamping Samudra menyenggol lengannya. "Sedari tadi lo ngelamun mulu, ada masalah lo?"

Samudra tersenyum. Cewek disampingnya itu adalah Sania, teman lesnya atau bisa dibilang teman sebangkunya.

"Gak kok, cuma gak konsen aja gue."

Sania mengangguk lalu menggendong tasnya. Gadis itu memakai jaket denim yang selalu ia pakai, terkadang Samudra terheran-heran kenapa Sania selalu memakai jaket ketika les.

"Gue duluan." Sania melambaikan tangannya sebelum keluar dari kelas.

Samudra masih berada dikelas, tidak seorang diri. Masih ada beberapa murid yang masih duduk dibangkunya. Mungkin sedang mengulang materi yang baru saja diberikan.

Samudra menundukan kepalanya saat ponsel yang dipenggangnya berdenting, menandakan pesan masuk. Rahang Samudra mengeras dan matanya membelalak. Dengan cepat Samudra berlari keluar dari kelas dengan tas yang digendongnya asal. Poni ramputnya tersapu saat berlari.

Apa yang sebenarnya terjadi?

🌙

Akhirnya bisa UP juga, huhhhh.....😴

Selamat malam guys, semangat buat besok yang belajar onlinenya dan semangat juga belajarnya guys.

Jaga kesehatannya ya, nikmati waktu kalian dengan keluarga tercinta dan selalu berdoa kepada Tuhan agar diberi perlindungan.

Terima kasih buat kalian yang masih aktif baca cerita ini. Aku terharu banget karena cerita ini bisa sampai 2ribu view. So Thank you all.... i love u😍

Best Regards, Ela Natalia

Samudra [Revisi]Where stories live. Discover now