1

97.4K 1.8K 23
                                    

Musik yang bermain dengan volume yang tidak pelan, bahkan di nilai bisa meledakkan gendang telinga kalian jika mendengarkan nya menggunakan headset. Lampu yang memancarkan berbagai warna yang gelap dan berkelap-kelip secara cepat. Belum kawanan orang yang menari di bawah lampu itu, dengan gerakan yang bisa di bilang tidak terkontrol bahkan gerakan liar yang mungkin tercipta akibat alkohol yang mulai merasuki pikiran mereka, hingga terlihat seperti orang gila.

Aroma menyengat minuman itu membuat semua orang tampak menyukai nya, dan bahkan tak segan segan untuk menghabiskan beberapa botol Wine dalam sehari hanya untuk kesenangan mereka, oh tidakkah mereka berfikir jika minuman itu membuat mereka tampak seperti orang gila yang sedang kumat pikir seorang gadis memandang semua orang orang yang menari di bawah lampu disko dengan musik yang di iringi oleh seorang DJ.

Tidak perlu di tanya mereka sedang dimana, mereka sedang di sebuah bar besar yang berkelas, tampak dari minuman yang mereka sediakan adalah minuman alkohol berkelas dengan harga yang tidak main main, jangan lupa tempat yang mewah, dengan lantai berkilap, dan luas ruangan yang mungkin cukup untuk menampung 50 orang minimal nya.

"Lucy, lagi mikirin apa sih ??" Tanya seseorang lelaki menyenggol tangan gadis itu, Lucy nama panggilan nya.

Nama aslinya adalah Luciana Davinna Blash, seorang gadis berusia 19 tahun, yang bekerja sebagai bartender disana. Jangan kalian samakan gadis ini dengan gadis yang berada di bawah lampu disana, yang menggoda para tamu dengan memamerkan dadanya yang besar dan seksi itu, serta mengeluarkan suara genit yang menjijikan.

Oh Lucy tak seperti itu, bahkan alasan dia bekerja disana, tidak lain hanya karena mencari biaya untuk operasi ayahnya yang sakit kanker, bahkan ayahnya, Daniel Reonal Blash. Lelaki itu harus menghadapi masa tuanya dengan alat bantu yang terpasang di seluruh tubuhnya, agar membantunya tetap hidup. Lelaki itu tetap tegar menghadapi penyakit kanker nya yang mulai masuk stadium 3, sungguh jika saja Lucy memiliki banyak uang, maka ayahnya sudah bisa di operasi saat ini, tapi masalah ekonomi menjadi hambatannya saat ini.

Ibu Lucy, Liana Blash bahkan berusaha bekerja menjadi perawat di salah satu rumah sakit, juga berusaha mengumpulkan uang untuk biaya operasi suaminya, tapi tahu sendiri berapa gaji seorang perawat biasa ? Bahkan Lucy sendiri sampai ikut turun tangan mencari uang, tapi sampai sekarang uang mereka masih belum cukup untuk biaya operasi.

"Lucy..."

Kali ini, lelaki itu memanggil dengan nada sedikit geram, karena gadis itu sedari tadi tidak mendengarkan panggilannya. Terpaksa membuat gadis itu menoleh menanggapi nya.

"Ehm, Rachel ?? Ada apa ??"

Rachel, teman sedari kecil Lucy, lelaki ini tahu betul kehidupan pahit Lucy yang bekerja demi sang ayah yang masih terbaring lemah melawan penyakit mematikan tersebut.

"Kenapa melamun ?? Ada masalah ??"

Lucy tersenyum, menyembunyikan perasaan nya yang masih gelisah itu, dengan senyuman manis yang dia tujukan pada teman kecilnya itu.

"Tidak ada, hanya saja aku ingin tahu kapan pesta ini berakhir ??"

Rachel terkekeh geli, dia tahu pasti temannya itu jijik melihat pemandangan tak senonoh saat para penari mulai bergerak mendekati bahkan menggesekkan tubuh mereka ke lawan jenis untuk menggoda, bahkan ada beberapa gadis penggoda yang mulai mengajak para tamu untuk di setubuhi secara terang terangan.

"Ini pesta kemenangan para mafia, jadi jangan harap pesta akan segera berakhir." Ujar Rachel

"Oh ini akan menjadi malam yang memuakkan jika aku berada disini, mungkin aku harus kembali ke dapur." Ujar Lucy dengan nada pelan, tidak mungkin dia akan menunjukkan ketidaksukaan nya terhadap adegan yang dia tonton di tempat kerja.

"Tidak perlu, aku ada tugas untukmu. Kau mau terima ??"

Lucy memandang temannya sejenak, lalu mengangguk, "tentu saja."

Rachel tersenyum, dia segera mengambil nampan berisi dua botol Vodka dan dua gelas disana, lelaki manis itu segera menyerahkan nampan itu dan menunjukkan nota yang menjadi petunjuk lokasi, kemana minuman itu harus dia antarkan.

"Antarkan pesanan ini ke kamar 17."

Lucy menerimanya dengan sedikit rasa terkejut dan penasaran, bagaimana tidak kamar 17, 18, 19, dan 20 adalah kamar paling mewah di antara kamar lainnya. Tapi segera rasa terkejutnya mulai memudar saat dia menyadari jika yang sedang berpesta disini adalah para mafia yang pastinya memiliki harta tak ternilai disini.

"Aku pikir hanya aku yang muak berada disini." Ujar Lucy berjalan menjauh dari Rachel namun tatapan nya masih belum terputus dengan lelaki berkulit putih tersebut, sementara lelaki itu terkekeh geli memandang temannya itu.

"Yah, mungkin dia bisa jadi tempat curhat mu untuk menunjukkan betapa menjijikan nya para jalang disini."

"Aku akan melaporkanmu pada Feline." Ujar Lucy dengan nada bercanda.

Feline, teman mereka juga, bekerja sebagai gadis penggoda atau jalang. Yah Feline memang pantas disana, bagaimana tidak kegenitannya, tubuh seksinya meski sebenarnya Lucy jauh lebih cantik dan seksi darinya, layak mendapat predikat jalang terbaik sepanjang masa.

"Oh silahkan saja, paling kabar baiknya aku akan menghabiskan waktu selama seminggu di rumah sakit." Ujar Rachel terkekeh geli.

Bahkan Lucy tertawa geli dan menggelengkan kepalanya, tentu saja Rachel mungkin akan mengalami cidera yang parah di tubuhnya, bukan tanpa alasan lagi jika Rachel akan mengalami nya jika Feline mendengar ucapan yang merendahkan dirinya, pasalnya Feline memiliki ayah yang merupakan ketua Genk motor yang paling di takuti di New York.

"Sudahlah, aku harus segera mengantar, atau nanti dia akan marah padaku."

"Baiklah, berharap lah dia akan memberikan mu tip lebih hari ini."

"Tentu saja." Ujar Lucy agak keras, karena jarak mereka sudah jauh, dan Lucy sendiri berada di dalam lift.

Gadis itu berdiri menatap pintu lift yang dia masuki mulai tertutup, beruntung hanya ada dirinya sendiri di dalam lift, bisa kalian bayangkan membawa nampan berisi dua gelas dan dua botol Vodka di tangannya, jika beberapa orang masuk ke dalam lift mungkin Lucy harus berjalan ekstra hati hati untuk mempertahankan kedua gelas kaca tipis itu.

Tidak butuh waktu lama, pintu lift terbuka, dan memperlihatkan lorong berisi beberapa ruang disana, lorong yang sepi dan sunyi itu justru lebih tampak seperti hotel daripada room di dalam bar. Tanpa perlu menunggu waktu lama, Lucy segera membawa nampan itu ke salah satu ruangan disana.

Tanpa membaca nomer di pintu, Lucy langsung mengetahui dimana kamar yang menjadi arah tujuan nya itu. Kenapa ?? Karena terlihat di salah satu ruangan terdapat dua orang penjaga disana bisa di katakan sebagai bodyguard dari mafia tersebut.

Lucy terdiam sejenak memandang kedua orang yang terlibat sadis dengan kedua lengan kekar mereka, tatapan tajam mereka dan beberapa rantai melingkar di tangan dan leher mereka, oh God Lucy harap dia masih bisa berjalan setelah menemui mereka.

Lucy segera mendatangi kedua lelaki tersebut, awalnya gadis itu bingung memilih kata untuk dia ucapkan disana, tetapi kedua lelaki itu tanpa sepatah kata langsung membuka pintu ruangan seakan mengijinkan gadis itu untuk masuk ke dalam sana.

Dengan penuh rasa curiga akhirnya Lucy masuk ke dalam ruangan yang berakhir dengan pintu tertutup kembali, Lucy menatap ke arah pintu belakang sejenak dan mengalihkan nya dengan memandang apa yang di depan mata.

Sejenak Lucy terdiam menatap ke arah depan seakan tak percaya dengan apa yang dia lihat.

~tbc~

Hey semua ini cerita baru aku, yang gak akan kalah seru sama cerita 'Love Wild Story'.

Sekilas hampir mirip, tapi jalan cerita nya berbeda.

Itu dulu aja ucapan dari aku.

Selamat menikmati ceritanya...

Salam...

My BitchWhere stories live. Discover now