28. Melupakanmu, Sekali Lagi

8.5K 980 109
                                    

🎶 Lady Gaga—I'll Never Love Again


  “Runaway Backpacker?”

“Iya, itu nama programnya. Digagas sendiri sama pendiri stasiun tempatku kerja. Digaung-gaungkan akan menjadi program terbaik sejak tahun kemarin.”

Kinan mengusap wajah. “Terus kamu udah taken kontrak?”

Ini pembicaraan kedua mereka. Setelah dua hari berlalu, pagi ini Ody meminta seluruh anggota keluarga berkumpul di rumah. Sarapan itu tidak lagi berjalan menyenangkan setelah mereka tahu jika Ody tetap pada keputusannya.

Dengan takut-takut, Ody mengangguk. Pagi ini dia bertekad untuk mengutarakan keinginannya lebih hati-hati. Meski tetap saja mendapat pelototan dari Kinan. Jujur, dia takut ditatap seperti itu. Kakaknya itu jarang marah kalau Ody tidak benar-benar kelewat batas. Apa artinya yang dia lakukan ini mencapai batas toleransi kakaknya?

   Tapi, Papa saja terlihat tenang kok. Ody jadi bingung, ini yang menyidaknya kenapa justru Mas Kinan?

“Kenapa nggak nunggu persetujuan dari kami dulu?” Kinan menjadi orang yang paling gusar, selain Maya yang diam-diam gemas. Tapi dia tidak berani memotong Kinan yang marah.

“Nggak usah ikut begituan, Dy. Kamu bisa traveling bareng Papa dan Mama.” Mama ikut bersuara.

“Papa setuju kok dengan rencana Ody.” Seperti angin di tengah gurun, kalimat pendek Papa membuat Kinan bungkam. Maya menoleh kaget. Mama juga berkerut dahi.

Ody bernapas lega. Papa yang kemarin sempat menolak, kini berbalik mendukungnya. Dia tidak pernah mengira hal ini terjadi. Padahal dia tidak memohon-mohon ke Papa agar mempertimbangkan keputusannya.

“Pa, tapi Ody ini suka ceroboh. Udah cukup dia main-main di tengah demonstran. Itu batas akhir yang bisa aku tolerir. Aku nggak mau Ody semakin jauh.”

Alih-alih marah karena sikap over-protective kakaknya, Ody justru terharu. Dia pikir ketika dia terjun ke dunia jurnalistik, kakaknya itu tidak protes karena memang sudah sibuk dengan keluarga kecilnya. Tapi nyatanya, Kinan diam-diam masih menaruh perhatian yang luar biasa besar padanya.

Bolehkah sekarang dia berdiri dan memeluk kakaknya? Tapi melihat wajah Kinan yang kesal, Ody mengurungkan niatnya.

“Kinan,” Papa berkata santai. “Jangan berlebihan begitu. Papa jadi iri. Kamu serasa seperti ayahnya Ody. Sementara Papa ini seakan cuma ayah tiri yang tega melepas Ody ke mana-mana.”

Maya terkekeh. Mama juga. Kinan yang biasanya sabar dan tenang, tetap memasang wajah dinginnya.

Anggun menyentuh tangan suaminya, berkata lirih. “Mas, dengar dulu alasan Ody. Kamu nggak bisa egois begini.”

Kinan menarik napas dalam, mengurangi ketegangan yang kentara di wajahnya. “Oke, kasih lima alasan kenapa kami harus setuju dengan rencana kamu itu.”

“Impian, Mas, impian.” Ody baru berani menyanggah. Dan kenapa harus lima sih? Bukankah satu saja sudah cukup? Satu alasan besar kenapa dia menginginkan terlibat dalam program itu.

Ody diam sebentar, mengumpulkan lima alasan seperti yang diminta kakaknya. Tidak boleh alasan yang asal dan ngaco. Setidaknya harus bisa diterima dan masuk akal.

“Aku udah dengar tentang Runaway Backpacker sejak akhir tahun lalu. Tiap hari lihat posternya pas lewat. Banyak banget. Di lobi, lift, loker, kamar mandi, kantin dan sebagainya. Awalnya sih nggak tertarik, tapi karena sering lihat posternya, aku jadi tertantang untuk berpartisipasi. Aku nggak ngincer uangnya kok, meski ya gede bayarannya. Aku ngincer pengalamannya.” Di bawah tatapan tajam Kinan, Ody meneruskan. “Aku iseng aja ikut casting. Tapi lihat banyak banget artis beken yang ikut, aku jiper sendiri. Terus tahap selanjutnya, aku udah nggak berharap lagi. Sampai di pengumuman, aku nggak tahu kenapa justru namaku yang muncul. Padahal, di tahap ketiga aku nggak bisa datang karena liputan demo.”

D E K A P [3] ✓Where stories live. Discover now