first and last.

2.7K 478 90
                                    

Soobin melangkahkan kaki menuju taman komplek. Sepasang matanya tidak berhenti memperhatikan rumah di sepanjang jalan. Sembari membawa beberapa buku pelajarannya karena memang bertujuan untuk belajar di taman komplek.

Ia baru saja pulang dari sekolah, sepuluh menit yang lalu. Setelah sampai di rumah, ia langsung mengganti pakaian dan menyambar alat tulis yang diperlukan, kemudian bergegas pergi ke taman.

Pergi ke taman komplek sudah menjadi rutinitas Soobin setiap hari Jum'at, dan tepat pukul tiga sore. Saat ini Soobin duduk di kelas sebelas, tahun depan ia akan ikut ujian sehingga benar-benar harus giat belajar.

Sambil menyesap susu almondnya, Soobin sedikit terkejut, mendapati seseorang duduk di bangku taman yang biasa ia duduki.

Sebetulnya tidak masalah, sih. Bukan milik Soobin juga. Tetapi dia benar-benar sudah nyaman dengan bangku itu. Tanpa berlama-lama, Soobin duduk di sebelah si pemuda, cuek saja, tidak apa-apa.

"Misi kak." ujar Soobin setelah membuang kotak susu almondnya di tempat sampah sebelah bangku taman.

Soobin menatap sekilas wajah si pemuda, sepertinya Soobin lebih muda beberapa tahun darinya. Yang disapa hanya terdiam, memainkan ponselnya sembari menyesap batang rokoknya.

Kemudian Soobin meletakan buku-bukunya di kursi, di samping pemuda tersebut, yang menjadi pembatas antara dirinya dengan pemuda judes itu.

Oke, mulai sekarang Soobin memanggilnya pemuda judes saja.

Mulai membaca buku-buku yang ia bawa, tiba-tiba, ponsel Soobin berdering, dengan cepat Soobin raih, lalu mengangkatnya.

"Halo, Gyu?"

"Lo lagi dimana sekarang?"

"Di taman komplek, belajar."

"Rajin banget anjir."

"Besok Senin ulangan, Gyu. Kalo nilai gue jelek kan gue juga yang nyesel."

"Ah, syukurlah. Lo gak kenapa-napa kan?"

"Hah emang kenapa?"

"Enggak tadi gue mimpi doang. Dah! Mau lanjut tidur."

Soobin mematikan hubungannya, meracau tidak jelas karena Beomgyu mengganggu waktu berduanya dengan si buku.

Lama kelamaan Soobin agak terganggu dengan asap rokok, menoleh ke arah pemuda judes di sampingnya, "Kak, jangan nyebat." perintah Soobin sembari menatap pemuda itu.

"Bacot."

Kata pertamanya kasar sekali.

"Nanti kan dampaknya—"

"Yang rusak ini kan paru-paru gue, kok lo yang ribet?" tukas Yeonjun. Soobin baru menyadari, ternyata di seragam sekolahnya terpampang nama Choi Yeonjun.

Soobin menatap galak, "Maksud saya, dampaknya ke saya juga. Kalo kakak sih bodo amat." ujar Soobin lalu fokus kepada bukunya lagi, tanpa menoleh ia nyeletuk, "Perokok pasif dapet dampak negatifnya bisa sampe tujuh puluh lima persen loh kak, kalo kakak cuma dua puluh lima. Yah, simbiosis parasitisme dong."

Yeonjun membuang batang rokoknya, kemudian meraih batang rokok terakhir, dan menyalakannya dengan korek api.

"Udah kak." ujar Soobin masih tanpa menoleh, hanya mendengar suara korek api yang dinyalakan.

Yeonjun yang sedang kesal itu hanya mengabaikan ocehan Soobin. Belum kenal saja sudah banyak perintah, pikir Yeonjun.

Sembari menyelipkan rokok diantara kedua belah bibirnya, Yeonjun menyambar ranselnya di bangku taman, memakai topi lalu bersiap pergi entah kemana.

Unknown [✓]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora