Eight

13K 1.8K 192
                                    

VOMENTNYA WOY!!

Ada beberapa alasan yang membuat Lusi bertahan sama cowoknya sampe sekarang.

Meskipun di luar keliatannya Hyunjin gak pedulian. Tapi percayalah, di saat-saat seperti ini Hyunjin memang jadi satu-satunya orang yang paling bisa Lusi andalkan. Memang kelihatannya selama ini tuh hanya Lusi yang selalu mengerti Hyunjin, tapi nggak kok. Hyunjin juga kadang bisa menjadi tempat bersandarnya Lusi saat cewek itu sedang di titik terlemahnya.

Seperti sekarang, Hyunjin sedang berusaha ngebujuk Lusi untuk makan. Karena ya memang yang membuatuat cewek itu pingsan bukan hanya karena tonjokan Hyunjin yang tanpa disengaja. Tapi juga akibat keterlambatannya dalam sarapan. Sudah tau punya penyakit magh tapi masih tetap saja menyepelekan penyakitnya itu.

"Beb, makan dulu dong aaaaaaa," Hyunjin menyodorkan sesendok nasi pada Lusi yang sedang duduk di ranjang rumah sakit.

"Gak mau gue gak laper Hyunjin," elaknya mencoba menghindari suapan dari Hyunjin.

"Ih tapi lo kan belum makan dari pagi. Pantes aja lo pingsan."

"Ya tapi emang gak laper gimana dong!"

"Bodo, pokoknya lo harus makan! Kalo gak gue cium disini nih," Ancam Hyunjin yang membuat Lusi melotot. Pasalnya disini bukan hanya ada mereka berdua, tapi ada seorang suster yang tadi mengantar makanan.

Akhirnya dengan berat hati Lusi menyuap makanan yang Hyunjin sodorkan.

Cowok itu mengusap pucuk kepala Lusi sambil tersenyum, "Anak pinter," gumamnya, Lusi mendengus lalu menepis tangan Hyunjin.

Untung saja setelah membawakan makanan suster tadi langsung pamit keluar. Jadi mereka berdua bisa...

Berbicara dengan leluasa:)

"Kenapa gue ada disini?" Tanya Lusi setelah selesai makan, dia menggerak-gerakan tangannya yang tertancap jarum infus.

"Eh, eh, jangan digerakin dooong. Nanti darahnya naik gimana coba!" Oceh Hyunjin lalu meraih tangan Lusi agar gadis itu diam.

Cowok itu duduk di sisi ranjang, tangannya mengelus lengan Lusi yang sebelahnya.

"Pertanyaan gue belum dijawab."

"Tadi lo tiba-tiba pingsan terus gue bawa ke sini. Kata dokter sih lo kecapekan sama gegara belum sarapan jadinya lemes gitu," jelas Hyunjin, Lusi tak lagi bersuara, hanya mengangguk paham.

"Oh iya lupa, gue belum hubungin orang tua lo. Bentar," Hyunjin segera mengeluarkan ponsel dari saku celananya, baru saja dia ingin menempelkan ponsel pada telinga namun Lusi menahannya.

"Gak usah dikasih tau, gue gamau mereka khawatir."

"Tapi kan mereka harus tau."

"Nanti aja pas gue pulang. Lagi pula mereka kayanya masih ada kerjaan deh."

Hyunjin pasrah, ya memang kedua orang tua mereka sama-sama sibuk. Namun Lusi masih lebih beruntung dibanding Hyunjin. Orang tuanya akan pulang seminggu sekali, berbeda dengan Hyunjin yang hanya akan pulang kerumah beberapa bulan sekali, itupun sangat jarang. Orang tua Hyunjin seakan tidak pernah menganggap ia ada di dunia.

"Yaudah deh," pasrahnya, kemudian tangannya terulur menyentuh pipi Lusi yang agak membiru akibat tonjokannya tadi.

"Sakit ya?" Tanyanya lirih. Lusi menggeleng pelan, tangannya ikut terulur menyentuh tangan Hyunjin di pipinya.

"Maaf, lo sih segala acara misahin gue sama Sunwoo," protes Hyunjin kesal.

"Ya dari pada lo diciduk warga lagi main pukul-pukulan kan gawat, nanti dibawa ke kantor polisi gimana."

Bangsat Boyfriend [HHJ]Where stories live. Discover now