BAB 2

40.7K 2.5K 24
                                    

“tadi udah liat bapak Azka kan?” Manda bertanya di sela kegiatan mengunyahnya. Anindya hanya menjawab melalui anggukan kepala, siomay yang ada di dalam mulutnya terlalu nikmat, sampai dia tidak rela menjawab pertanyaan Manda dengan sebuah kalimat.

“ganteng kan”

Lagi-lagi dia mengangguk, dan memasukan satu potongan kentang berbalut saos kacang ke dalam mulutnya, nikmatnya siomay ini. 

“masa iya siomay lebih menarik dari pada bapak dosen ganteng” cibir Manda.

Lagi-lagi Anin hanya mengangguk, sambil terus mengunyah makanannya, tapi matanya menunjukan senyum jenaka.

“males banget ngomong sama pencinta makan” Manda menyerah membuka obrolan soal dosen ganteng yang tanpa respon dari Anin, Manda mulai menikmati bakso dalam mangkuk nya.

“hahhh kenyang” Anin mengusap bibirnya dengan tisu, setelah siomay dalam piringnya habis dan jus jeruknya tandas dia baru membuka suaranya.

“giliran makanan udah habis aja, baru bersuara” Manda sudah selesai dengan baksonya.

“kalo lagi makan kan nggak boleh sambil ngomong Manda, pamalik ”

“alesan, bilang aja siomaynya lebih menarik dari obrolan aku kan” Manda memasang ekspresi kecewanya yang di buat-buat.

Anindya bukannya cemas malah tertawa “maaf ya Man, habisnya aku udah lama banget nggak makan siomaynya Bang Tegar”

“kenapa nggak sekalian aja bilang kalau kau rindu sama bang Tegar” Amanda berkata jengkel

“nah, kalau Anin sampe bilang rindu sama bang Tegar, aku yang bakalan kecewa” Rafa mengambil posisi duduk di sebelah Anindya, dia langsung masuk ke dalam obrolan kedua gadis itu.

“kuliahnya udah selesai?” Tanya Anin memperhatikan raut wajah kekasihnya.

Tadi Rafa tidak ikut seminar karna ada mata kuliah yang harus di ikutinya, katanya ada 3 jam mata kuliah, seharusnya sekarang dia belum keluar dari kelasnya.

“udah, barengan sama kalian selesai seminar. Dosen kami juga ikut keluar, ada urusan katanya”

Urusan yang dimaksud dosen Rafa disini pasti urusan untuk mencuri kesempatan mengobrol dengan dosen muda bernama Azka, Bu Winda dosen kesenian yang cantik itu pun bahkan tidak mau ketinggalan dalam merebut perhatian bapak Azka, mengingat hal itu Rafa tersenyum. Hebat sekali pesona yang di miliki bapak Azka.

“kamu nggak sinting kan, senyum sendiri?” Amanda bertanya dengan nada mengejek.

“kenapa senyum? Apa yang lucu?” tanya Anindya penasaran

“nggak,  cuma ke inget susuatu”

“APA?” kedua gadis itu serentak bertanya

“gadis kepo!” Rafa tertawa melihat ekspresi penasaran kedua gadis itu

Anindya meletakan flat shoes miliknya di atas rak sepatu, diantara jejeran sepatu miliknya. 2 tingkatan terakhir rak sepatu itu adalah miliknya dan tingkatan bawah adalah milik Dimas.

“anak itu belum pulang” ucapnya heran melihat ada sepatu laki-laki berukuran lebih kecil dari sepatu milik Dimas. Dia melihat jam berwarna putih yang melingkar di pergelangan tangannya yang kecil, jam 8 malam dan anak itu belum pulang. Bergegas dia masuk ke dalam rumahnya.

“kok Tristan belum pulang?” tanyanya begitu melihat Tristan dan Dimas yang sedang asik mencoret-coretkan pensil warna di atas kertas putih.

Dimas mengangkat bahunya “nggak tahu, nih bocah nggak mau pulang mbak” Ucap Dimas, tangannya masih dengan lincah menggerakan pensil warna. Bakat seni yang dimiliki adiknya memang lebih dominan.

She is . . .Where stories live. Discover now