Gloomy Night

1.2K 149 29
                                    

Gloomy Night

by Elchotye

o

"Levi masih sendiri."

Warning : Angst, Tragedy

Rate : T


Panggil dia Heichou.

Dia adalah pria dengan pemikiran sakit, juga memendam rasa benci terhadap diri sendiri.

Dia adalah seseorang yang hatinya mati, bersama ruh anak buah yang telah meninggalkan dunia. Mati dan mengadu kepada Tuhan, lantas berterima kasih sebab dibebaskan dari neraka dunia.

Panggil dia Levi, yang kesekian kalinya enggan menutup mata.

Kini bulan telah menyingkirkan matahari sepenuhnya. Prajurit mulai berpergian ke ruangan masing-masing untuk mengistirahatkan tubuh atau sekadar menunggu misi baru di esok hari. Tetapi hal berbeda justru tampak jelas pada pria satu itu. Levi berbeda. Menurutnya tidur adalah kegiatan membosankan dan buang-buang waktu. Ia lebih suka menghabiskan malam dengan melakukan aktivitas penyenang hati. Semua orang bisa tahu Levi berkata jujur dengan melihat kantung matanya yang semakin menghitam.

Tetapi jika seseorang bertanya padanya, insomnia selalu menjadi opsi jawaban paling tepat. Walau sebenarnya Levi memiliki jadwal kegiatan lain ketika malam.

Dimana hanya ada dia, dan hal penyenang hati.

Ini adalah malam ke tujuh setelah ekspedisi ke-57 dijalankan. Misi yang berantakan, bedebah, dan seratus persen gagal—jika seseorang bertanya kepada pria itu. Karena lagi-lagi, Levi tak bisa menyelamatkan mereka. Dan kembali kehilangan orang-orang terdekat hingga merasa ingin sekali sesekali ia menjadikan dirinya sebagi umpan—yang dilemparkan begitu saja ke arah raksasa—untuk merasakan apa yang teman seperjuangannya rasa.

Kalau saja Levi boleh. Sebab beban tanggung jawab yang besar selalu dipikulnya siang dan malam. Orang-orang selalu saja bergantung pada Si Kapten kecil. Mereka begitu percaya jika Prajurit Terkuat dapat membawa kebebasan. Hingga harapan itu padam seperti lilin yang tertiup oleh angin malam. Mereka adalah api kecil yang membara, dan akan mati berubah menjadi asap putih tak berdosa.

Mereka yang mati, yang pernah hidup mengemban tugas kemanusiaan tanpa pamrih. Bernapas dengan sejuta harapan kebebasan dunia, lalu tewas ketika mendapat panggilan tugas mengorbankan diri. Prajurit yang menyerahkan nyawa, berjuang untuk masa depan walau tahu hari esok sudah tak lagi dapat mereka rasa.

Orang-orang itu tewas mengenaskan di bawah tanggung jawabnya. Lantas Levi kembali menyalahkan diri sendiri. Merasa gagal menjadi seorang pemimpin walau hanya dalam ruang lingkup regu yang kecil.

Ketika rekan sesama prajurit percaya kepada Levi, mengapa begitu sulit rasanya untuk mempercayai diri sendiri?

Yang penting jangan ada penyesalan!

Setiap orang pasti muak dengan kalimat tersebut. Mungkin sudah ratusan—atau ribuan—kali perkataan itu terlontarkan. Tetapi untuk kali ini saja, bolehkah ia muak dengan kalimat itu juga? Sebab Levi sendiri merasa sesak di ulu hati. Sesalkah? Ia tak tahu, dan bertingkah seolah tak peduli. Rasa itu terpendam begitu dalam, hingga menghancurkan organ lain secara tak kasat mata. Terus merambat hingga otak, membuat isi kepala kembali memutar ulang kejadian memilukan semasa hidup.

Bolehkah ia bertanya, kenapa hidupnya dipenuhi dengan kematian? Lalu kenapa pula mereka selalu lebih dulu meninggalkannya? Levi sempat mempertanyakan hal itu berkali-kali. Tetapi tak ada satu pun yang bisa menjawab. Tak ada pula yang peduli.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 07, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Gloomy NightWhere stories live. Discover now