part 4

16.4K 159 0
                                    

penerbanganganku berjalan mulus,kini aku telah sampai dibandara dengan satu koper berwarna biru yang ku tarik,perlahan diriku melangkah mendekati seorang pria yang selalu berteriak satu nama "taksi taksi taksi"

"pak antarkan saya ketempat ini ya pak"ucapku menunjuk alamat yang tertera dilayar ponselku.

"baik non,ikuti saya" jawab pria paruh baya tersenyum lemah.

tak berlangsung lama kaki ku berpijak ketanah didepan sebuah gedung yang ku tau disanalah kebenaran berada,dengan keberanian yang ada aku menarik nafas dalam berdiri didepan pintu melangkah masuk menghadap wanita anggun dengan kedua kaki bersilang didepan laptopnya

"selamat siang ma,maaf mengganggu"ucapku menunduk sopan,kulihat ia tampak sedikit terkejut tak lama senyum tipis menyusul diraut wajahnya.

"bagaimana kau bisa disini tasya,duduklah"ucap wanita paruh baya didepanku kini yang seringku panggil mama

"bagaimana kabarmu ma?,maaf aku berkunjung dadakan"ucapku gagu

"kabarku baik dan tolong jangan berkata maaf aku tau kau sibuk nak"ucap mama tersenyum tipis,masih sama cantik dan mudanya seperti terakhir kali ia meninggalkan kami.

"baiklah,ada apa hingga kau kemari?"tanya mama yang sepertinya mengerti aku tidak mungkin datang tampa alasan yang jelas

"apakah aku bukan anakmu ma?"tanyaku terus terang sembari duduk didepannya,terlihat mama sedikit tercengang namun senyum tipis dapat menutupinya.

"apa terjadi sesuatu?"tanyanya yang memperhatikan raut gusar wajahku

"tidak"jawabku cepat.mama yang mendengarnya hanya tersenyum hingga tangannya bergerak menekan tombol demi tombol ditelpon kantornya hingga suara disana terdengar menyahut dan kemudian tertutup

"sya sebaiknya kau pulang kerumah yang aku siapkan sementara untukmu disini,seseorang akan mengantarmu"aku baru saja ingin memotong namun mama terlebih dahulu mengatakan"aku akan membicarakanya nanti dirumah"aku yang mengerti hanya mengangguk,tersenyum kaku menatapnya"baiklah,aku pergi ma,jaga dirimu"jawabku sopan berjalan menuju pintu keluar "kau juga,jaga dirimu"ungkap mama yang dapat ku dengar dari belakang punggungku,aku sedikit berbalik dan tersenyum tipis hingga tubuhku tak tampak lagi.

"nyonya tolong ikuti saya"ucap seorang pria yang ku pastikan itu suruhan mama ditelpon tadi,aku hanya menggangguk dan mengikutinya dari belakang rasa takut akan cerita dari mulut kakak terngiang kembali apakah ibunya dulu sekejam itu kepada dirinya otakku terus berpikir dengan setiap ujung pemikiran menjadi sebuah kemungkinan. hingga tak lama pria suruhan mama menghentikan aku disebuah rumah perkomplekan sepi didepan pantai dengan suasana damai,tempat ini begitu indah tampa sadar tubuhku bergerak dengan sendirinya menyusuri setiap ujung rumah,tak dapat dipungkiri bahwa tubuhku cukup lelah tampa berpikir panjang diriku menghepaskan diri dikasur,aku menarik nafas dalam menguatkan diriku yang kehilangan akal ini hingga tanganku mulai membuka ponsel dan yang benar saja 33 pemberitahuan miscall tertera disana.

dengan bergetar aku menjawab seseorang yang kembali menelpon,tidak ada yang tau apa yang akan ia ucapkan.

"iya?"jawabku pelan

"apa kau gila!mengapa kau disana? apa yang kau cari hah!apa kau percaya wanita brengsek itu!khh mengapa kau menyusahkan sekali sya"ucap reza menggebu gebu.

"apa yang bisa aku lakukan selain mencari kebenaran kak"jawabku lemah

"aku akan menjawab segalanya,semua yang kau tanyakan khh akan ku jawab dengan jujur.mengapa kau sulit sekali"ucap reza gusar disebrang telpon

"bagaimana bisa jika diriku saja menolak untuk mempercayaimu"jawabku singkat namun tak ada jawaban disebrang sana"hallo?"tanyaku lagi memastikan telpon masih terhubung

"apa kau percaya wanita brengsek itu?apa kau tau dimana kau sekarang?apa kau tau rencananya?apa kau tidak mengerti ia ingin memisahkan kita?apa kau tidak melihat keanehan disekitarmu?"tanya reza yang membuatku berpikir keras dan yang benar saja aku berlari menuju pintu depan namun terkunci dan dimana pria bertubuh kekar itu pergi

"kak khhh...ia mengunciku"jawabku gemetar

"sya mengapa kau bodoh,tenanglah aku akan menyusulmu kesana"ucap reza menenangkan diriku

"apakah ia membenciku kak?"tanyaku gemetar

"syaaaa,ku mohon tenanglah sebentar.aku menyayangimu jangan sakiti atau menyiksa dirimu sendiri,kumohon dengarkan aku ya?"ucap reza lembut

"baiklah,aku mendengarkanmu"jawabku menggangguk pelan dengan kaki bergetar terduduk didepan pintu

"kumohon cepatlah"jawabku terisak

"baiklah aku akan kebendara sekarang,sabarlah"jawab reza tenang.

"iyaah"jawabku lemah hingga telpon tertutup dan diriku yang menangis menjadi jadi disana.
"apakah seorang wanita yang selama ini aku hormati dan aku sayangi benar benar bukan ibuku,bagaimana bisa ia mengunciku dirumah sepi ini"isakku menjadi jadi

******

"sya?apa kau mendengarkan aku?" tanyaku disebrang telpon

"hmm,iya"jawab tasya serak,entahlah bagaimana gadis kecilku menangis menjadi jadi seorang diri disana,seberapa lebam matanya, semua pertanyaan dibenakku sekarang akan kondisinya membuatku begitu khawatir.

"aku baru saja tiba,maafkan aku begitu lama,sedang apa kau?"tanyaku pelan

"aku sedang makan bersama mama"jawabnya tenang yang seketika membuatku mematung sesaat hingga suara disebrang sana kembali terdengar"makanlah bersama kami,mama menyuruhmu kemari"ucap tasya kembali"aku akan mengirimkanmu alamatnya"akhirnya yang membuat aku meremas telpon genggamku

"apa yang ingin kau lakukan ma"gumamku gusar hingga notif terdengar diponselku tampa menunggu lagi kakikupun melangkah berjalan kealamat yang dikirim tasya.

"apapun rencanamu aku akan selalu selangkah didepanmu"ucapku menggeram marah

######

Note:taburkan bintang dan komen seusai membaca

The Silent BrotherWo Geschichten leben. Entdecke jetzt