13 (END)

5.9K 252 54
                                    

Midorima dan Takao sedang disidang. Bukan sidang pengadilan karena melakukan tindakan kriminal apalagi sidang skripsi karena sudah lelah dengan rentetan revisi. Beberapa saat yang lalu, ayah Takao memergoki mereka saat kembali menaut pagutan panas di kamar Takao. Sekarang ini Midorima dan Takao sedang duduk menghadap kemurkaan sang kepala keluarga Takao. Membuat ibu Takao sebisa mungkin menenangkan suaminya itu. Sedangkan orangtua Midorima hanya berdiri dengan tatapan prihatin terhadap anak mereka.

"Kami kan hanya berciuman, Otou-san"
"Hanya kau bilang?! Kalian ini belum menikah! Walaupun umur kazunari sudah--"
"EEHHH!!!! YAMETE TOU-SAN!!"
"Kenapa? Kau tak ingin pacarmu itu tau, HA?!"

Midorima hanya menghela napas lelah melihat pertengkaran ayah dan anak itu. Segala ucapan Takao bahkan tidak membantu meredamkan amarah calon mertuanya.

"Ehm, maaf Takao-sama. Saya telah bertindak lancang terhadap putra anda"
"Ya, sudah seharusnya kau minta ma--"
"Lancang?? Yang seperti itu kau bilang lancang?! Kau sudah pernah melakukan yang lebih dari itu!!"

Seluruh penghuni ruangan terdiam. Bahkan Takao sudah memaki dirinya sendiri di dalam hati karena kelepasan bicara. Midorima tepok jidat, ia sudah pasrah dengan nasibnya di tangan sang mertua. Sedangkan kedua kaum hawa yang ada di sana hanya terkekeh geli melihat tingkah laku anak mereka.

"Ee-- b-bukan begitu maksudku--"
"Kalian sudah melakukan apa saja selama ini?! Jawab yang jujur!!"
"Sudahlah.. kau tidak perlu memarahi mereka sampai seperti itu. Mereka kan saling mencintai, jadi apa salahnya?"

MidoTaka sangat berterimakasih kepada ibu Takao yang telah menjadi dewi penolong mereka. Namun, hanya harap-harap cemas yang kini bisa mereka lakukan. Semoga ayah Takao adalah tipe suami yang lulut terhadap istrinya. Dan benar saja. Selepas ibu Takao berbicara, tautan alis dan kerutan di dahi ayah Takao mengendur. Membuat kedua insan yang tadi dilanda ketegangan bisa sedikit bernapas lega.

"Tapi mereka kan belum menikah. Hal-hal seperti itu belum pantas mereka lakukan"
"Kalau begitu, kita nikahkan saja mereka"
"Eeehhh?!?!?!"
Baru saja bernapas lega, MidoTaka dibuat menjerit kembali. Tak menyangka jika ibu Takao akan mengusulkan hal itu. Bukannya tidak senang, mereka bahkan sangat bahagia, tapi ini terlalu mendadak. Batin mereka belum siap. Usulah ibu Takao pun membuat ayah Midorima angkat bicara.

"Apa tidak masalah bagi Takao-sama? Anda tidak akan mendapatkan keturunan dari anak anda"
"Tentu saja tidak masalah"
"Yang dikatakan istriku benar, Kazunari masih punya sepupu yang dapat memberikan penerus bagi keluarga Takao. Lagipula, kami kan abadi"

Hanya tersenyum yang dilakukan oleh ayah Midorima sebagai tanggapan atas penuturan barusan. Ia hanya khawatir keluarganya akan kembali menyusahkan keluarga Takao.

"Sudah larut, Shin-chan menginap disini kan? Orangtua mu juga akan menginap malam ini"
"Saya pulang saja--"
"Tidak-tidak, itu tadi bukan tawaran tapi perintah"
"B-baiklah"
"Bagus, kau juga pasti ingin menghabiskan waktu dengan orangtua mu"
Ujar ibu Takao sembari melirik kedua orang tua Midorima. Yang dibalas lirikan atau lebih tepatnya kerlingan jahil dari ibu Midorima.

"Kami memang kangen padamu Shin-chan. Tapi... kau habiskan hari ini dengan calon istr- suamimu saja"

'Blush'
Kedua sejoli yang sedang digoda itu pun memerah. Sungguh, mereka merasa kedua wanita yang menyandang status ibu itu ingin membuat mereka tak kuasa menahan malu.

"Baiklah kalau begitu. Kazu-chan, bawa Shin-chan ke kamarmu dan ajak dia beristirahat"
"Kalian harus benar-benar istirahat ya. Urusan hari ini pasti membuat kalian lelah, Okaa-sama tidak mau kalian tambah kelelahan karena olahraga malam"

Lihat? Walaupun berparas cantik, kedua sosok ibu itu tingkat kejahilannya tidak bisa dibendung lagi. Helaan napas terdengar dari dua lelaki berumur tapi tetap rupawan di sana melihat kelakuan istri-istri mereka.

--

Setelah kedua vampir beda jenis namun bergender sama itu membaringkan diri berdampingan di ranjang Takao, mereka hanya menatap langit-langit kamar tanpa suara. Dan Takao tidak suka hal itu. Dunianya harus dipenuhi keberisikan.

"Nee Shin-chan, ceritakan tentang dirimu"
"Kenapa-nodayo?"
"Hm.. aku cuma ingin tau lebih tentangmu. Aku merasa tidak tau apa-apa, bahkan saat kau memarahiku tadi sore"
"Maaf"
"Ah, tidak, bukan maksudku untuk menyalahkanmu. Aku hanya ingin tau segalanya tentang Shin-chan"

Berpikir sejenak, Midorima pun memiringkan badannya menghadap sang kekasih tercinta. Membuat Takao juga ikutan memiringkan tubuhnya sehingga mereka saling berhadapan. Saling menatap. Dan saling mengagumi orang dihadapan mereka.

"Aku tidak pandai bercerita-nanodayo. Tanyakan apapun yang kau ingin ketahui dan akan ku jawab dengan terus terang"
"Oke, mulai dari alasan kenapa kau bisa semarah itu mengetahui jika aku termasuk mafia pureblood"
"Kau tau tragedi tujuh setengah tahun lalu di distrik ini?"
"Aah, tragedi penyerangan itu. Aku sedang di Australia untuk melaksanakan misi saat itu. Sebenarnya tragedi itu hanyalah strategi adu domba dari pihak kolombia"
"Bagiku tidak masalah jika waktu itu aku tidak melihat jasad yang ku kira kedua orangtua ku-nanodayo. Diriku yang wakty itu benar-benar merasa hancur"
"Aku mengerti, tidak perlu kau lanjutkan. Maaf kembali membuka luka lama"
"Tidak masalah, lagipula mereka masih bernapas hingga detik ini"
"Tujuan mereka pasti baik"
"Aku tau-nanodayo"
"Kau halfblood kan? Ibumu pureblood yang cantik. Sepertinya aku tau kenapa ayahmu yang manusia mau meminangnya"
"Yang pureblood itu ayahku-nanodayo"
"Eeh?! Tapi ibumu terlihat sangat muda"
"Jadi menurutmu ayahku terlihat tua?"
"Tidak sih... beliau juga terlihat masih muda. Tapi kan ibumu benar-benar terlihat seperti wanita berumur 20 tahun"
"Umurnya sudah 45, aku tidak tau bagaimana ia bisa terlihat seperti itu-nanodayo. Dan ayahku 68 tahun"
"Aku tidak mengira... umur orangtuaku bahkan sudah hampir 80 tahun"
"Lalu bagaimana denganmu? Berapa usia aslimu?"
"Ah, itu.. anu.. uhm.."
"Apa kau setua itu sampai tidak bisa mengatakannya-nodayo?"
"A-aku masih muda kok! Setidak lebih muda dari ayahmu..."
"Lebih muda dari ayahku? Apa kau lebih tua daripada ibuku-nodayo?"
"Aa-- i-itu--"

Ucapan Takao terpotong oleh tawa Midorima. Tawa pemilik iris emerald itu membuat Takao terpana. Pasalnya, ini kali pertama Takao melihat Midorima tertawa lepas. Tawa lepas yang sarat akan kebahagiaan.

"Kau tidak perlu mengatakannya jika kau tidak mau. Berapapun usiamu, apapun jenismu, kau tetaplah Takao Kazunari yang aku cintai-nanodayo"

Pelukan erat langsung Midorima dapatkan setelah mengucapkan kalimat tadi. Takao senang sekaligus terharu. Walaupun pada awalnya ia dipaksa untuk dijodohkan dengan Midorima, takdir telah menentukan jika seiring berjalannya waktu rasa cintanya tumbuh semakin besar sampai mungkin semesta ini tak lagi sanggup menampungnya. Takao sungguh mencintai pria hijau tsundere yang sekarang ada dalam dekapannya.

"Terimakasih, Shin-chan. Kimi wa hountou ni aishiteiru!"

--
End

Udah dong ya.. mau diapain lagi coba. Mau dibuat angst?😇

Kenapa up sekarang? Katanya bakal lama lagi up ini..
Hehe, author lagi nyari pelarian dari soal" utbk yang-- ya gitulah😃

Abis ini author mau buat yang Soukoku

Btw ada yang masih nungguin S2 nya itsumademo?
Gomenn belum nemu konsep :"v

Oh iya, mau tag LeanAviliansa
Gimana kabar sidang skripsinya?













--
Omake

"Jadi berapa umurmu Takao?"
"Kau bilang aku tidak perlu mengatakannya!"
"Aku hanya ingin tau-nanodayo"
"Uh, p-pokoknya dibawah 50 tahun"
"Jadi kau benar-benar lebih tua daripada ibuku?"
"B-bukan urusanmu!"
"Tentu saja urusanku, kau kan segalanya bagiku"

'Blush'

"Baka baka baka!!!"

--
End

Ini end beneran udah.

Bang tsunderimanya udah makin ooc itu.

Sampai jumpa di ff yang berikutnya😇













ありがとう

HaimaWhere stories live. Discover now