Intro

3 1 0
                                    


Bulan Oktober-Bulan Desember adalah bulan-bulan di mana semua umat Kristiani sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan banyak hal untuk menyambut hari kelahiran Sang Pencipta. Mulai dari menyiapkan latihan untuk pertunjukkan yang akan diadakan di Hari Natal. Tidak ketinggalan dengan gereja di mana tempat aku beribadah. Aku dan sahabatku Callista mengikuti latihan buat acara perayaan Natal di gerejaku.

"Shallom adik-adik. Nanti sore jam 3 jangan lupa datang ya kita nanti akan mulai latihan pertama kita untuk perayaaan Natal kita. Semua wajib datang ya. Jangan lupa. Kakak tunggu ya." Pesan kakak Guru Sekolah Mingguku mengumumkan akan dimulainya latihan untuk perayaan Natal di gereja kami.

"Oke, kak!" Jawab kami kompak.

"Tik. Nanti kita perginya bareng ya. Kamu dianter papa kan?" ajak Callista.

"Iya, Cal. Boleh. Ayok bareng kita perginya."

Setelah acara ibadah Sekolah Minggu selasai aku dan teman-teman yang lainnya pun bubar untuk pulang. Seperti biasa, aku selalu dijemput oleh papa dan mama setiap pulang ibadah.

"Cal, pulang samaku nggak? Ini aku dijemput papa dan mama. Mau bareng?" ajakku.

"Boleh, Tik?" tanya Callista.

"Ya ampu, Cal. Ya bolehlah kayak sama siapa aja. Hahahahahaha."

"Ya siapa tau nggak bolehkan? Hahahaha." Canda Callista.

"Yaudah kalau gitu nggak boleh deh. Kamu pulang sendiri aja deh kalau gitu. Jalan kaki ya," balasku bercanda.

"Oh kamu tega ya ternyata sekarang. Oke kalau gitu aku pulang jalan kaki aja," katanya sambil berlalu menuju mobil papa dan masuk mobil papa.

"Oke. Hati-hati ya," jawabku sambl melambaikan tangan.

"Bye."

"Loh. Kamu kok di dalam mobil. Katanya mau jalan kaki pulangnya. Gimana sih?" tanyaku bercanda.

"Tadinya sih maunya gitu. Cuma ditahan sama papa dan mama kamu nih. Susah nolaknya," katanya sok jual mahal yang maksudnya bercandaan.

"Emang ada ya ma, pa?" tanyaku pada papa dan mama.

"Kayaknya sih tadi nggak ada, dek. Papa dan mama sampai Callista main masuk aja tuh ke dalam mobil," gurau papa.

"Lohhh. Kamu bohong ya. Baru juga pulang gereja dasarrr!" aku marah padanya

"Jadi, aku nggak boleh nih pulang bareng? Yaudah om turunin aku di depan rumahku kalau begitu," katanya ke papa.

"Turunin depan rumahnya gih pa," sahut mama.

"Oh jadi gitu. Oke. Nanti om turunin depan rumah kamu kalau gitu."

"Oke. Kalau begitu terima kasih banyak om dan tante."

"Ihh cuma sama papa dan mama aja nih? Sama aku enggak?" tanyaku ngambek.

"Enggak dong. Kan bukan kamu yang bawa mobilnya, tapi papa kamu," sahutnya.

"Huh. Dasar kamu ya!"

Dan perbincangan itu di akhiri dengan tertawa yang kita tahu itu semua hanya gurauan dan emang begitulah cara kita bercanda satu dengan yang lainnya. Dan hebatnya papa dan mama langsung mengertin karena emang sudah biasa melihat bercandaan kami. Hahahahahaha

Mereka Sekedar MiripWhere stories live. Discover now