e x t r a - p a r t

839 66 5
                                    

Cleo kembali ke rumahnya. Sebelumnya Eddy dan Teo yang mengantarnya ke rumah. Cewek itu membuka pintu rumahnya, lalu masuk ke dalam kamarnya.

Cleo merebahkan dirinya di ranjang tidur, beberapa kali cewek itu menguap karena mengantuk. Tak lama setelah itu tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Hal ini membuat Cleo bangun dari tidurnya dan menengok ke arah pintu berada.

"Papa!" Ujarnya, saat melihat pria tua berdiri di ambang pintu.

Cewek itu lalu berhamburan memeluk sang Papa yang baru saja pulang dari perginya yang cukup lama. Papa mengelus kepala cewek itu, menyalurkan rasa kangennya pada putri semata wayangnya itu.

"Ada cerita apa selama Papa pergi?" tanya sang Papa.

"Banyak, Cleo ingin cerita semua sama Papa."

"Boleh, mau cerita sekarang?" tanya pria tua itu.

Cleo melepaskan pelukannya. Ia lalu berjalan ke arah lemarinya, mengambil sebuah buku tebal, tempat dimana ia menemukan sebuah hal yang membuat ia penasaran sampai saat ini.

"Papa, Avisena dan Bella itu siapa?" tanyanya, sambil mengeluarkan sebuah foto yang terselip di sana.

"Kamu nemu ini dimana Cle? Papa sudah mencari ini sejak lama." Ujar Papa, ia mengambil foto tua itu dari tangan putrinya.

"Avisena siapa, Pa?"

"Kakekmu."


🏞️🏞️🏞️



"Victoria, ayo suap makanannya!" Wanita tua itu menyodorkan sendok ke depan gadis mungil yang merupakan keponakannya itu.

"Tante, Vi mau liat tante menikah!"

"Belum waktunya." Enna menjawab seruan dari ponakannya itu.

Saat ini mereka tengah ada di Big A, sedang menikmati matahari pagi yang masih hangat, sambil mengobrol satu sama lain. Di sana juga ada om Andrew dan bu Anna, keduanya sedang menikmati kopi, sambil melihat Enna dan Victoria sedang saling suap menyuap.

"Sini, biar kakak yang suapi Vi, kamu duduk sini." Ujar bu Anna, ia berdiri dan mengambil alih pekerjaan Enna sebelumnya.

Enna lalu melangkah menjauh dari ibu dan anak itu. Ia memilih untuk duduk di sebuah kursi panjang dimana ada sebuah bunga-bunga yang mengelilinginya.

Selang beberapa ia mendudukkan diri di sana, seorang pria turut duduk di sebelahnya.

"Saya boleh duduk di sini?" tanyanya, sebelum menjatuhkan diri di sebelahnya.

"Silahkan."

"Saya Adam." Ujarnya, "kamu?"

Enna terlihat mengernyitkan alisnya, sebelum akhirnya menjawab. "Saya Enna."

"Kamu cantik." Ujar Adam, membuat Enna tersipu malu setelah itu.


🏞️🏞️🏞️


"Iya, ternyata Avisena itu kakek gue." Ujar Cleo, ia menyuap keripik kentang kedalam mulutnya. "Gila nggak sih? Ternyata gue keturunan sahabat gue sendiri!"

"Nggak masuk akal dah. Kan tuh orang hilang selama beberapa tahun, kok bisa ada masa depannya di sini?" Tanya Teo, "rumit banget semuanya."

Cleo mengangkat bahunya.

Saat ini, mereka bertiga sedang berada di lantai bawah sekolah. Mereka sedang bertemu dan berjanjian untuk pergi bersama menuju makam Adhi. Mereka ingin menepati janji pada sahabat-sahabatnya yang sudah berada di zaman yang berbeda lagi.

"Kita pergi naik apa nih? Jetcycle?" tanya Eddy, ia bangkit dari duduknya untuk memimpin, ia bahkan sudah menekan tombol untuk menyusuri jalur bawah yang akan menghubungkan mereka pada halaman di samping sekolah.

"Boleh tuh, biar agak cepat. Kalo jalur darat mungkin akan ramai banget." Sahut Cleo, ia mengikuti langkah Eddy, begitupun dengan Teo.

Mereka lalu bersama sama meluncur dalam terowongan penghubung itu. Tidak memakan waktu lama, keduanya lalu sudah berada di halaman samping sekolah.

Mereka lalu menekan tombol di samping pohon untuk naik jetcycle, dan segera berangkat menuju pemakaman tempat Adhi dikebumikan.

"Baru kemarin dikubur, kita mau ngapain ke sana sekarang? Ya kali udah dikerubungi semat belukar tuh makam." Ujar Cleo, dari belakang boncengan Eddy.

"Ya untuk nemenin aja. Biar dia nggak kesepian." Jawab Eddy, "yuk turun."

Mereka lalu tiba di pemakaman. Mereka lalu menyusuri jalanan menuju makan Adhi.

Saat berada di sana, mereka dikejutkan oleh sesuatu. Makam Adhi sudah tidak berada pada tempatnya lagi, malah sekarang ada sebuah pohon besar di sana.

"Ini beneran tempatnya kan?!" Ujar Teo, ia lalu melirik makam di sebelah pohon besar itu. Namanya Cassandra, masih sama dengan nama makam yang tepat berada di samping Adhi dikuburkan kemarin.

"Bener kok, gue ingat banget!" Jawab Eddy.

"Kayaknya bakalan banyak teori konspirasi deh buat hal ini." Cleo menaruh tangan di dagu.

"Yeuuu. Apaan banget deh lo." Cibir Teo.

"Ini ada tulisan di pohon deh." Ujar Eddy, ia meraba-raba pohon itu, lalu menyikirkan lumut-lumut yang menutupi tulisan itu.

"Efcharistó." Ujar Eddy.

"Apaan artinya?" tanya Cleo.

"Terimakasih."








Helloww! Finally, cerita ini benar-benar sudah selesai, sudah di revisi! Terimakasih untuk 50k readers selama tiga tahun belakangan ini, saya terharu!❣️

Saya masih ingat euphorianya ketika saya menulis tulisan ini. Saya masih ingat bagaimana wajah teman-teman saya ketika saya menyisipkan nama mereka kedalam cerita saya!

Terimakasih untuk kalian semua yang sudah menyupport saya lewat vote dan komentarnya!

Salam sayang,

Hafifah Komariah

Jangan lupa bahagia❣️

Where Are We?Where stories live. Discover now