Sebuah Peringatan

1.6K 80 2
                                    

Sudah satu jam lebih Hyeon Joon duduk dan menemani Hee Shin di kamarnya. Ia masih terdiam sejak Hee Shin terbangun dari tidurnya dan mengeluh sakit pada luka yang terkena anak panah. Hyeon Joon tahu betul bagaimana rasanya tertusuk sebilah anak panah, apalagi Hee Shin yang juga merasakan hal itu.

Ketika ingatan Hyeon Joon berhasil pulih dengan cepat, ingatan Hee Shin malah belum juga pulih. Namun yang ia ingat adalah ia menikah dengan Hyeon Joon tanpa didasari oleh cinta, jadi tidak heran jika Hee Shin agak kaku kepada Hyeon Joon.

"Kau tahu, aku sudah memikirkan nama untuk benda itu." Hyeon Joon menunduk sembari memainkan kedua kakinya seperti anak kecil, ia terlalu malu untuk membahas perkara nama bayi mereka dengan gentle.

"Benda? Anda membeli sesuatu?"

"Tidak, aku tidak membelinya. Seseorang memberinya kepadaku, selain memberi benda itu, seseorang juga memberi kesempatan bagiku untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi."

Hee Shin terdiam, ia tahu apa yang dimaksud oleh Hyeon Joon. Ia juga terlalu malu untuk membahas hal itu dengan suami nya, apalagi ia juga sedang dalam kondisi yang tidak stabil.

"Bagaimana kalau Hyeon Ha Na? Untuk perempuan?" Ujar Hyeon Joon menatap istrinya yang masih menunduk.

"Hyeon Chan So untuk laki-laki?" Balas Hee Shin tanpa menatap ke arah Hyeon Joon, ia masih terlalu malu untuk melakukannya.

Hyeon Joon tersenyum, ia tahu jika saat ini ia sedang berhadapan dengan istrinya yang mungkin usia nya jauh lebih muda darinya, jadi ia harus memaklumi jika istrinya masih malu-malu padanya, apalagi setelah insiden itu.

"Kau tahu, dulu aku sangat berambisi untuk menduduki singgasana Joseon. Aku juga merencanakan agar Raja Heonjong gagal menikahimu. Aku juga..."

"Sudah, aku tahu. Kau jahat, kau membunuh saudaramu dan istrinya yang sedang mengandung." Sahut Hee Shin dengan wajah pucat, ia memberanikan diri memandang lekat sorot mata tajam Hyeon Joon.

"Ya, kau benar. Setelah insiden itu, aku berpikir jika aku lebih baik hidup seperti manusia normal biasanya. Menikah, membangun rumah tangga, memiliki anak, dan bermaik bersama anak-anakku."

"Kau harus berubah." Hee Shin terdiam ketika ia mengingat sesuatu, sesuatu yang tak mungkin ia katakan langsung kepada Hyeon Joon.
"Bagaimana jika aku meninggalkanmu?"

"Mungkin aku akan membunuh semua orang yang ada di Joseon."

Degg,

Hal yang tak terduga tiba-tiba di dengar oleh Hee Shin. Jika biasanya Hyeon Joon akan membunuh seseorang karena tahta atau amarah, maka kali ini Hee Shin mungkin akan menjadi satu-satunya alasan Hyeon Joon membunuh seseorang. Maka itu tidak boleh terjadi, meski hanya sekali, tidak boleh terjadi.

'Tok-tok'

Hyeon Eun memasuki kamar Hyeon Joon dan Hee Shin, ia harus kuat melihat Hee Shin berduaan dengan Hyeon Joon.

"Ada apa?"

"Gudang gandum terbakar, dan beberapa pasukan penjaga mati terbunuh."

Tanpa basa-basi lagi, Hyeon Joon bersiap dengan pedang dan busur panah nya. Ia mengikat sebuah slayer ke lengan kanan nya sebagai pembekap ketika ia menemukan sesuatu. "Tetap lah disini, aku akan memerintahkan beberapa penjaga diluar paviliun, dan beberapa dayang di dalam paviliun. Sementara itu, kau dan Min Ahn tetap di dalam kamar."

Hee Shin terdiam ketika ia melihat Hyeon Joon bisa sekhawatir itu padanya. Bahkan disaat Joseon benar-benar dalam keadaan darurat.



"Yang Mulia, pasukan musuh sudah menggertak mundur pasukan Joseon yang ada di perkemahan." Ujar Panglima Jang sebagai pengganti mendiang penasehat Jang Hyuk Moon.

Raja Heonjong terdiam, ia harus lebih ekstra teliti dalam menyusun strategi. Dalam keadaan yang begini, ia harus membagi dua kekhawatirannya, antara khawatir akan keadaan para ratu dan selir di istana lama, dan kekhawatirannya akan runtuhnya Joseon.

Beberapa pangeran sudah dinyatakan gugur, dan ratusan prajurit pun sama adanya. Kini Joseon bergantung padanya, dan beberapa petinggi yang tersisa.

'BRAK!'

hyeon Joon mendobrak pintu paviliun Raja Heonjong dengan wajah murka. Ia tak habis pikir jika Raja yang dikenal arif nan bijaksana itu bisa salah menyusun strategi. Ia kecewa karena tak mampu mendapatkan singgasana itu dan ikut bertanggung jawab atas gawatnya situasi Joseon saat ini.
"Aku akan menyelesaikan semuanya sekarang juga!"

"Apa maksudmu?!"

"Cepat panggil Hyeon A-ra kesini, dan ajak Hee Shin juga. Aku akan menyeret Wang Deok Goo, hidup atau mati." Hyeon Joon menarik pedangnya dengan wajah mengerikan, ia murka, ia kecewa, juga merada bersalah. Harusnya tidak begini, harusnya bukan Joseon, tapi Raja Heonjong lah yang menjadi sasaran nya.

"AKU MEMPERINGATKANMU RAJA HEONJONG, STRATEGIMU SALAH. HARUSNYA AKU YANG MENJADI RAJA."

-bersambung...

My First Love In Joseon [Revisi Setelah Tamat]Where stories live. Discover now