Sampai lah Daniel di kamar milik Sejeong. Pria itu tersenyum tipis melihat keadaan di dalamnya. "Manis," komentarnya.
К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.
"Tidak ada yang memintamu berkomentar," judes Sejeong. Gadis itu mendahului Daniel masuk ke kamarnya dan segera duduk di atas pembaringan.
"Silahkan kau mau tidur di mana saja, tapi ini adalah wilayahku!"
Daniel kembali tertawa-tawa. Kali ini dengan santainya ia duduk di tepi tempat tidur Sejeong.
"Menjauh dari tempat tidurku, Niel!" Sejeong mendorong badan besar Daniel, namun sama sekali tak membuahkan hasil.
Daniel bergeming. Ia malah menarik kedua tangan Sejeong yang terus berusaha mendorongnya, lalu menguncinya di atas kepala gadis itu hingga reflek membuat Sejeong terbaring dengan wajah Daniel tepat di atas wajahnya.
"Mau apa kau?" Pupil Sejeong melebar.
"Meminta hakku"
"Apa?"
"Hak seorang pasien. Bukankah seorang dokter tidak boleh menutupi apapun dari pasiennya?"
Sejeong mendesah lega. Ia pikir apa! Aih, Kim Sejeong, memangnya apa yang kau pikirkan?
"Baiklah, akan kukatakan. Sekarang lepaskan aku!"
Daniel langsung melepaskan Sejeong tanpa penawaran lagi. Keduanya kini sudah duduk rapi saling berhadapan di atas ranjang Sejeong.
"Setelah kuingat-ingat kita memang tidak pernah membicarakan ini sebelumnya. Sekarang tolong jawab jujur semua pertanyaanku. Mengerti?"
"Hm," sahut Daniel malas-malasan.
Sejeong tidak ingin berdebat lagi, meskipun ingin sekali ia melempari wajah menyebalkan itu lagi dengan bantal.
"Sejak kapan kau menyadari penyakitmu ini?"
"Entahlah," Daniel mengangkat bahu singkat, "Ibuku bilang ia pertama kali menyadarinya saat aku berusia 14 tahun."
"Kau sudah pernah mencoba berkonsultasi ke dokter?"
"Tidak. Kau yang pertama"
"Kau tau apa penyakit yang sedang kau derita ini?" delik Sejeong kemudian.
"Alter ego?"
Sejeong memejamkan matanya kuat-kuat, "Jika kau sudah tau kenapa tidak coba mencari dokter yang bisa menanganinya? Kau tau, jika kau membiarkannya saja, lambat laun alter egomu akan mengambil alih dirimu-" Sejeong tiba-tiba terdiam dan menatap Daniel nanar, "Atau mungkin memang itu yang kau inginkan?"
Daniel mengangkat bahu. Ia justru lebih tertarik mengamati satu foto yang ada di atas nakas.
"Apa kau begitu mencintainya sampai fotonya ada dimana-mana?"
Sejeong tak berniat menjawab pertanyaan itu. Gadis itu hanya mengikuti arah pandangan Daniel, kemudian berkata pelan, "Ini sudah satu tahun dia menghilang. Dia tidak bisa kembali karna alter egonya berhasil menguasainya."