(part 2) apa ini akhir?

4.7K 174 26
                                    

Levi Pov

"Heh?"

Aku benar-benar kaget bukan kepalang. bagaimana tidak, anak ini sangat jujur tentang perasaannya dan terlihat dari mimik wajahnya, dia sangat senang dan tersenyum dengan sendirinya.

Dasar anak bodoh.

"Hei! Apa kau mengenal Mikasa lebih jauh?" Tanganku sambil mendobrak meja kami.

"Eh? T-tentu saja, aku dan dia sudah berteman sejak lama" balasnya dengan wajah lugu yang menjijikan.

Aku menenangkan diriku, duduk kembali dan meneguk secangkir teh hitam ku, "walau kau sahabatnya tapi aku lebih mengenal seperti apa Mikasa. sifatnya, kebiasaannya bahkan mimik mukanya, kau benar-benar tidak mengerti siapa Mikasa"

"Apa maksud anda?!" Anak ini mendobrak meja seperti yang aku lakukan tadi, "memangnya hubungan darah bisa mengerti satu sama lain?! Kau dan Mikasa memang bersaudara tapi kau tidak berhak mengatur hidupku atau hidup Mikasa. Memangnya kau siapa diriku, huh?!" Bentaknya lagi.

"Kau tidak tau, Mikasa itu seorang playgirl yang sering mempermainkan perasaan laki-laki!" Bentak ku dengan nada yang lebih tinggi darinya. semua orang memperhatikan kita yang sedari tadi ribut di toko, bahkan ada orang yang memutuskan untuk pergi dari kedai itu karena terganggu dengan perkelahian kami tapi aku tidak mempedulikan nya memang apa peduli mereka tentang ku.

Seketika hening beberapa detik, "Hmph.." anak itu memalingkan pandangannya dari ku dan memutuskan untuk pergi dari kedai.

"Tch.. dasar anak aneh" aku menenangkan diri, meneguk sisa teh hitam ku. 'tidak kusangka, anak itu lebih sensitif dari yang aku bayangkan dan tidak memikirkan terlebih dahulu sebelum bertindak, dasar anak bodoh' batin ku kesal.

Aku berdiri, melangkah kaki ku keluar kedai dan tidak lupa memberikan pak tua itu beberapa lembar uang sebagai tanda terima kasih dan permintaan maaf.

Aku membawa laju mobil dengan cepat, pikiran ku tidak luput daru kejadian tadi.

Kukira anak itu akan berbicara baik-baik jika aku ajak berbicara tapi sepertinya berbeda, apakah cinta melebihi kehormatan?

Aku melempar diri ku ke kasur, menatap langit-langit kamar seperti yang biasa aku lakukan.
Aku baru melihat seseorang marah dan membentak ku, bahkan ibu, bibi, Mikasa dan Kenny tidak pernah membentak ku seperti itu.

Aku terlelap dalam mimpi aneh lagi, tidak perlu aku ceritakan karena setiap hari aku selalu mengalami nya.

Dua jam berlalu, tidak kusangka jika waktu berjalan lebih cepat dari biasanya tapi aku sudah puas berisitirahat, ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 20.00

Aku pun menuruni tangga. melihat lemari makanan yang ternyata hanya ada sekantung teh dan sebungkus ramen instan.
"Aku harus pergi belanja lagi kerena stok makanan dirumah hampir habis"

Aku mengambil sekantung
teh dan menyeduhnya, membawa teh dengan nampan ke hadapan balkon sambil menikmati angin malam yang berhembus.

Sungguh hari yang menyebalkan, baru saja sehari kami berkenalan tapi anak itu malah tidak mengerti. Jika saja aku tidak mengajaknya untuk pergi ke kedai itu, pasti ini tidak akan terjadi.

"AKU BENCI BASA-BASI!" Teriak ku di atas balkon, sebagian orang yang berlalu-lalang melihat ku di atas sambil menatap sinis.

Dari pada aku memikirkan tentang kejadian tadi dan berteriak tidak jelas, lebih baik aku kembali saja ke kamar.

Hari-hari ku memang membosankan. bangun tidur, makan, mandi, mengajar, ke kedai, membereskan rumah, mandi, makan kemudian tidur.

Aku berusaha tidur di sofa tapi sepertinya mata ini berat untuk menutupnya.

Satu jam..

Dua jam..

Hingga 7 jam berlalu. aku masih tidak kunjung tidur, jika terus seperti ini lebih baik aku makan ramen sisa stok Minggu kemarin.

Aku berjalan menuju dapur, memasak ramen buatan ku sendiri, memakanya dan mencuci piring nya.

Walau pada dasarnya, ramen adalah makanan yang paling enak tapi rasanya begitu hambar sekarang, entah karena aku yang memang tidak nafsu makan.

Author Pov

Pagi hari.
Levi pergi ke kampus tempat ia mengajar sama seperti biasa.

Memasuki kelas kemudian mengabsen setiap murid yang hadir. "Eren Jeager" tepat pada nama Eren di panggil, Levi tidak melihat sosok atau wajahnya sama sekali dan benar saja, Eren sedang sakit.

'apa ini gara-gara hari itu?' tanya Levi dalam batin, dia bertanya-tanya karena takut murid barunya mengadu kesalahan Levi karena bertanya yang tidak-tidak.

Bel terakhir, Levi kembali kerumahnya menggunakan mobil hitam miliknya.
'aku akan pergi mengunjungi bibi' Levi menatap dengan wajah datar tepat di kursi depan.

Setelah satu jam lebih, Levi mengendarai mobil.
Memang lebih lama, karena jarak rumah nya dengan rumah Mikasa terpaut sangat jauh sebab jarak kota yang berbeda.

Tepat di depan rumah, Levi memarkirkan mobilnya dan pergi menuju rumah sebesar kantor perusahaan, kebetulan sekali kalau ayah Mikasa adalah pengusaha yang sukses sampai bisa membangun rumah sekaligus perusahaan yang terkenal hingga menyekolahkan dan membiayai kebutuhan keponakannya.

Tanpa ada salam, rumah ini sudah di fasilitasi bel rumah. jadi, Levi hanya perlu menekan tombol merah di depannya.

"Ding..dong.." bel berbunyi, Levi melihat wanita paruh baya sedang membukakan pintu, "t-tuan Ackerman, silahkan masuk" wanita tua itu tersenyum kemudian membiarkan Levi masuk dan memberinya secangkir teh hitam kesukaannya.

Lalu dilihatnya wanita bertubuh tegap, menggunakan Eartphone sambil membawa handphone di tangan kirinya, berambut hitam sepundak, siapa lagi selain Mikasa Ackerman.

"Ah? Oni-chan, sudah lama sekali sejak satu tahun yang lalu kau datang kesini. Bagaimana keadaan mu?" Mikasa tersenyum kemudian meminum teh hijaunya.

"Hmm.. begitulah" Levi melipat kedua tangannya di depan dada.
"Begitu ya? Oh ya.. bagaimana Eren? Apa dia termasuk orang tipe jahil seperti dulu?" Mikasa tertawa.

Levi teringat lagi dengan kejadian itu, sebenarnya dia berharap kalau datang kesini akan menghilangkan stres nya tapi sepertinya tidak.
"Tidak" ujar Levi datar.

"Kenapa? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Mikasa penasaran.
"Tidak, kalau begitu aku permisi" baru saja beberapa menit tetapi Levi sudah merasa tidak nyaman.

"Oni-chan mau kemana?" Mikasa melihat tubuh Levi yang mulai menghampiri mobilnya dari depan gerbang rumahnya, "aku ingin pulang" Levi membuka pintu mobil.

"Tapi kita belu.." belum selesai berbicara, Levi sudah pergi melewati gerbang dan pergi meninggalkan Mikasa.

"Ya ampun, Oni-chan" Mikasa mengerucutkan mulut nya.

"Ku kira dengan ini, pikiran ku akan teralih dari masalah itu. Dasar Mikasa" Levi menghela nafas kasar.

Eren Pov

Aku masih belum bisa melupakan masalah itu, apa aku terlalu berlebihan? Akh.. lagi pula siapa yang menyuruh ku membentak pak Levi, aku benar-benar bodoh.

Aku harus bagaimana?
Sepertinya, perang dingin akan dimulai.

Akh.. aku benar-benar bodoh!
Aku menghempas badan ku ke atas kasur.
Ku tutupi muka ku dengan bantal, menahan malu.

Mengapa pak Levi bilang seperti itu? Apa.. Jangan-jangan dia juga menyukai Mikasa?!

                  Bersambung

~Levi X Eren~ Yaoi AnimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang