O5, genggam

3K 642 113
                                    

ya aku jelas kaget. sebagai seorang perempuan, aku malu kalau nangis didepan cowok. apalagi untuk orang kayak renjun.

yang ada aku malah didiemin aja, terus diketawain gara-gara nangis.

"kamu kenapa?"

aku nyeka air mataku yang udah kayak ingus, ngalir terus. "kenapa apannya? orang abis cuci muka."

"dari awal, kamu gak pinter bohong ya, an?" katannya yang narik tangan aku dan suruh duduk di kursi.

"nih," katannya sambil nyodorin tangannya.

"tangan? kenapa tangan kamu?"

"yang aku tahu. kalau orang nangis, harus ditenangin. aku kurang paham sebenarnya, jadi ya pegang aja tanganku kalau kamu mau," katannya sambil ngeliat ke arah lain.

ini renjun kenapa? aku lihatnya jadi gemas sendiri.

aku cuman liatin tangan dia aja secara intens. tangannya kecil, tapi terlihat panjang, ketika aku lihat tanganku, beda jauh banget sama dia yang tangannya malah kayak perempuan.

"kenapa? gak mau pegang tanganku? yasudah."

"eh enggak. aku izin ya jun, pegang tangan kamu," kataku yang mulai megang tangan dia dengan sedikit air mata yang masih ada di pipi.

"gak usah izin juga sudah ku izinkan untuk kamu, an."

aku cuman ngangguk aja, tetap megang tangan dia. gak begitu lama, lima menit aja.

"jun, gak pegal berdiri?" tanyaku yang ngeliat dia kayak pengen banget duduk.

dia cuman ngegeleng aja, padahal aku tahu kalau dia pengen banget duduk. sudah jelas juga, disebelahku ada kursi, kenapa gak duduk aja.

"duduk jun, kalau berdiri terus gak enak akunnya," kataku yang narik tangan dia dan suruh buat duduk di sebelahku.

habis itu diem-dieman lagi. aku lihat ke dia sebentar, tau-taunnya kulihat muka dia sudah merah banget, bener-bener merah pokoknya.

aku kira dia demam atau gimana. "renjun kenapa? muka kamu merah banget. sakit?"

"enggak," jawabnya sesingkat mungkin.

"kalau enggak terus kena-"

"anjani nangis sama siapa?"

ih renjun. malah mengalihkan topik.

"bukan sama siapa-siapa. cuman tiba-tiba nangis aja."

"bohong."

"benar, junn."

"mau aku yang nyari tahu sendiri, atau kamu yang beritahu aku?"

"gak dua-duannya."

"yasudah."

setelah kalimat itu, dia berdiri. masih dengan kita yang saling bergandengan tangan tentunnya, kemudian buka pintu uks dan gak tahu mau kemana.

"renjunn, ini mau kemana. masa keluar sambil gandengan tangan ginii," kataku yang berusaha ngelepas genggaman tangannya.

"kamu gak beri aku jawaban. yasudah, aku cari sendiri siapa orang yang bikin kamu nangis."

"astaga. aku gak nangis kok, jun."

"kalau memang gak bisa bohong, gak usah pura-pura jujur."

"ih apaan, aku bene-"

dia tiba-tiba berhenti. aku dibelakangnya yang lagi ngoceh juga ikut berhenti, dan malah nabrak punggung dia. "aduh jun, jangan berhenti menda.."

jaemin ghansa. ada didepan mata.

"..dak dong."

"oh ini, yang tadi nginjek kaki saya terus ngadu ke pacarnya," kata kak jaemin yang mulai ke arah aku dan renjun.

"anjani, kamu ada masalah sama dia?" tanya renjun yang melihat ke arahku.

aku diam aja. gak mau ngejawab.

"dia yang bikin kamu nangis?" tanyannya lagi tapi melihat ke arah kak jaemin.

"iya, gua yang bikin cewek lu nangis. kenapa?"


































































renjun ngelepas genggaman tangan kita. dan dari matannya, aku sadar kalau saat ini dia lagi marah besar.

matannya lebih tajam dari biasannya. hawannya juga bikin aku merinding sendiri.
































































































































"berani-beraninnya."

tigabelasWhere stories live. Discover now