AC-Nada Hujan Janji

128 3 0
                                    

Seorang gadis memasuki gerbang dengan sebuket bunga di genggaman tangannya. Berjalan gontai menggendong tas sekolahnya. Ia mulai mengangkat sisi-sisi  bibirnya perlahan saat telah berada di depan sebuah makam. Ia berjongkok, membersihkan dedaunan dan rumput-rumpur kering. Di taruhnya buket bunga itu. Ia mengangkat kedua tangannya, berdo'a. Lalu meninggalkan pemakaman.

***

Angin saling menyapa. Rintikan hujan mulai terdengar, tidak terlalu deras. Seorang gadis duduk di atas meja sambil menggoyangkan kakinya. "Kalo hujannya gak reda-reda gimana?" gadis itu membuka suara.

"Ya," lelaki yang berdiri di ambang pintu menengok, "pasti redalah, Na."

Nada, dia melompat dan berlari menarik Rasya menuju ke tengah-tengah hujan. "Ayo, Lo harus suka hujan!" Rasya terlihat keberatan. "Apapun yang gue suka harus lo suka!"

Mereka kini berada di antara tetesan embun. Perlahan tawa mulai terdengar, rasa berat Rasya berubah bahagia. Mereka berlarian di lapangan basket, hingga hujan reda.

Pakaian mereka basah karena hujan. Mereka duduk di pinggir lapangan. Menggigil. Nada masih terlihat bahagia. Namun, perlahan pandangannya mengabur, berkunang-kunang, gelap.

***

"Gue juga bilang apa 'kan." Rasya menegaskan kalimatnya setelah Nada bangun. "Lo gak boleh kemana-mana dulu sekarang!"

"Sekarang hari apa?" Nada bertanya seolah tidak mendengar perkataan yang tadi diucapkan Rasya. "Gue, harus ke makam!" Nada turun dan berlari keluar rumah. Rasya mengejar, khawatir.

"Aku gak bohongkan, aku pasti balik lagi." Nada menyimpan buket bunganya dan membuang buket lamanya yang layu.

_"Kayak nama lo, Nada. Lo itu indah kalo dilakuin baik dan sebaliknya. Gue itu ibarat teks puisi yang bakal lebih indah jika dibaca dengan diiringi nada. Jadi, gue mohon. Jangan tinggalin gue. Gue sayang sama lo."_ suasana haru itu kembali terngiang di kepala Nada.

"Meski kamu gak nepatin permohonan kamu dulu, aku juga selalu sayang sama kamu." air mata mulai membanjiri pipi Nada.

Rasya tersenyum tipis, berjongkok dan berkata. "Gue selalu berdo'a sama Tuhan, supaya Tuhan cabut nyawa kita di waktu yang sama." Rasya mengelus rambutnya, mereka saling menatap. "Karena gue gak mau salah satu diantara kita ngerasain sedih lagi akibat ditinggal orang yang disayanginya, meski cuma satu detik."

"Hm, lo baik," Nada mengulas senyuman, "meski masih baik dia. Gue juga sayang sama lo."

"Gue juga sayang sama lo." Rasya mengacak-acak rambut gadis manis itu.

"Meski gue masih lebih sayang dia." Nada menyeringai lebar dibalas dengan sunggingan kecil oleh Rasya.

Mereka meninggalkan pemakaman. Rasa sedih Nada sudah tergantikan seiring berjalannya waktu. Pertemuannya dengan sosok laki-laki bernama Rasya itu membuat Nada perlahan melupakan masa lalunya. Janji seseorang sebelum menghembuskan nafas terakhirnya masih tidak bisa di lupakan.

Nada sangat mencintainya.

Ia satu-satunya orang yang bisa membuat Nada bangkit dari kesengsaraannya.

Tapi, sekarang sudah tiada lagi di dunia.

"Aku gak nyuruh kamu buat ngelupain dia. Tapi, aku harap kamu bisa nerima aku buat nemenin keseharian kamu." Rasya menghentikan mobilnya ketika lampu merah menyala. Kalimatnya sangat berbeda jauh. Lebih lembut dari biasanya. Rasya memanggilnya dengan kata aku dan kamu.

Nara mengangkat kedua sudut bibirnya. Tersenyum manis seolah tidak pernah terjadi apa-apa pada dirinya. "Kamu janji kan bakal setia sama aku? Kamu juga janji kan bakal jadi temen aku selamanya?" Nara berkata polos sambil memegangi tangan kiri Rasya erat.

Rasya membalas dengan sunggingan kecil. "Bukan itu aja, aku bakal pastiin kamu bahagia dan dapat pendamping hidup yang baik. Aku bakal jadi sahabat kamu sampai orang yang bener-bener tulus cinta sama kamu datang." Rasya meringis. Ia sangat mengharapkan untuk menjadi orang yang mendampingi Nara. Tapi, Nara hanya menganggapnya sebagai 'teman'. Dan yang paling menyakitkan ketika Nara mengucapkan kata 'selamanya'.

Setelah lampu hijau menyala, Rasya langsung menjalankan mobilnya hingga sampai di depan rumah cewek yang selalu diidamkannya.

Nara menatap lekat cowok di sampingnya. Mata mereka saling menumbuk. Hingga Nara membuka suara. "Tapi, aku maunya kamu yang jadi pendamping aku."

---

Judul: Nada Hujan Janji
Nama.        : Vera Nurul Fadjrizah
Nama Wp : VeraNurul0906
Ig.               : verafdjrzh_

ANTALOGI CERPEN ✔️Donde viven las historias. Descúbrelo ahora