Who are You?!

164K 4.7K 100
                                    

Dua bulan yang lalu semuanya masih berjalan dengan sewajarnya, ayah pandai sekali menutupi semuanya dariku. Satu tahun sebelumnya ibu meninggal karena serangan jantung, setelah ibu pergi ayah terlihat berbeda, dia jarang pulang ke rumah, dia menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Aku sempat down namun Nate pacarku itu selalu menemaniku, aku bangkit dan kembali ceria karenanya.

Aku hancur, hancur ke jurang terdalam saat mengetahui ayah kabur, dia meninggalkan aku, membiarkan aku dikejar para debtcollector. Aku baru tahu kalau perusahaan ayah bangkrut, dia ditipu oleh orang dan sekarang ayah harus melunasi hutang pada bank sekitar 1,2M dan itu bukan nominal yang sangat kecil. Rumah kami sudah disita oleh pihak bank tadi pagi.

Keterpurukanku bertambah saat Nate pergi, dia bilang dia akan ditunangkan dengan wanita pilihan ibunya. Aku tidak menyangka kalau Nate akan meninggalkan aku, padahal dua bulan lalu dia masih bersamaku, terakhir kami bersama saat menghadiri hari ulang tahun Lera, sahabatku.

Mungkin sekarang penampilanku seperti orang gila, rambut panjang yang acak-acakan, baju yang dekil, dan pergi menyusuri jalanan tanpa alas kaki. Sungguh, aku tidak sanggup jika harus hidup dalam keterpurukan ini, lebih baik aku mati saja.

"Ayah maafin Chika, lebih baik Chika menyusul ibu, Chika tidak sanggup jika harus seperti ini," gumamku yang sudah naik ke atas jembatan.

Kupejamkan mataku dan melangkah sedikit demi sedikit.

"Kau mau apa?" ujar seseorang di belakangku.

"Aku ingin mati, aku sangat tersiksa jika harus hidup seperti ini!" ujarku lantas melangkah lagi namun sialnya tubuhku sudah ditarik lebih dulu dan sekarang ada dalam gendongan seseorang, sebelum semuanya tiba-tiba menjadi gelap.

***

Aku mengerjap, dan aku berharap kalau sekarang sudah ada di surga. "Tante, tante sudah bangun?" ujar suara yang terdengar seperti anak kecil. Dan dia manggil aku apa? Tante! Oh God, sebenarnya aku ada di mana?

Aku mengedarkan pandanganku, aku sedang terbaring di atas ranjang yang empuk dan juga kamar yang besar. Tatapanku beralih pada sosok anak kecil di dekatku, dia sedang tersenyum. Aku membelalak saat kudapati tubuhku yang mengenakan pakaian yang serba kebesaran, yah aku memakai kemeja putih ukuran besar dan hot pantas

"Ayah, tante cantiknya sudah bangun..." seru anak laki-laki yang kutebak usianya sekitar 5 tahun.

Hah? Apa dia bilang? Ayah? Jadi yang mengganti bajuku ini adalah seorang laki-laki tua? Lancang sekali tua bangka itu, sudah tua masih mau saja melihat daun muda! Aku marah dan geram, walaupun dia menolongku tapi aku tidak terima jika tubuhku dilihat oleh orang lain dan hanya suamiku yang boleh melihatnya, tidak boleh orang lain! Apalagi lelaki tua, pasti dia gendut, kumisnya lebat dan wajahnya sangat jelek.

Aku berlari keluar, aku akan memarahinya! Aku mengambil pisau dan aku arahkan ke hadapannya yang sedang asik memotong roti. Dia mengangkat wajahnya yang sedari tadi tertunduk dan tatapan itu? senyum evilnya?

Aku tercekat melihat makhluk dihadapanku. Semua yang aku pikirkan tentangnya beberapa menit yang lalu sangat bertolak belakang dengan yang kulihat saat ini.

Matanya menatapku sangat tajam, aku meneguhkan pendirianku agar tidak goyah maupun lemah saat melihat senyum evilnya yang hampir melumpuhkan semua saraf warasku. Aku meneguk air liurku saat melihat dia yang memakai kaos putih tipis, aku mematung karena ini baru pertama kalinya untukku.

Dia sama sekali tidak takut dengan acungan pisauku, aku membelalak saat dia menancapkan roti yang ia potong pada pisau yang aku acungkan lantas beranjak pergi menghampiri anak kecil yang aku lihat di kamar.

My Husband Is DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang