One

118 11 0
                                    

'Seseorang akan menyegani anda karena tatapan tajam anda.'

-
-
-

Hana menatap kosong layar handphonennya yang menampilkan judul artikel tentang filosofi mata tajam. Setidaknya ia memerlukan hal itu setiap pagi untuk menyenangkan dirinya sendiri. Kata orang, mata tajam itu lebih tampak disegani karena mengandung arti keemosionalan, keangkuhan dan kemarahan.

Jadi, setiap hari juga Hana selalu menyugesti dirinya sendiri kalau ia tak terlalu banyak teman karena presepsi mereka tentang matanya, bukan karena mereka membencinya.

Yah, setidaknya memikirkan alasan teman-temannya menjauhinya adalah karena tatapan matanya yang mengintimindasi itu lebih baik dari pada fakta bahwa mereka membenci nya tanpa sebab yang jelas.

"Hana"

Hana langsung melempar ponselnya ketempat tidur saat mendengar panggilan Bina, mamanya.

"Iya ma,"

"Sarapan" ingat mamanya.

"Iya,"  Hana bangkit dari tempat tidurnya, ia lalu memasang dasinya didepan cermin.

"Mama tunggu ya," Suara mamanya mengecil disertai langkah kaki yang menjauh.

"Hmm" Hana menyahut dengan gumaman. Ia lalu kembali menatap pantulan dirinya dicermin yang menampilkan setengah bayangan bagian tubuhnya itu.

"Kok gak rapi-rapi sih?" Hana menggerutu, tapi setelah nya ia mengambil tas dan sepatu hitam bersol putih dari rak sepatu dekat pintu kamar nya.

Ia duduk dipinggir tempat tidur nya untuk memakai sepatu dan mengambil ponsel yang tadi sempat ia lempar.

"Gerhana" teriakan mamanya kembali terdengar.

"Iya ma" cewek berpipi tirus itu menyahut tak kalah lantang. Tapi bukan nya langsung menemui sang mama untuk sarapan. Hana malah menyempat kan diri berkaca pada lemari hias nya.

Ia diam, dipandangi pantulan diri nya di kaca hiasnya dan mencoba sefokus mungkin menyeleksi dan mengeksekusi apa yg ada di tubuh nya yg dirasa kurang pas.

"Aku ngerasa sempurna" Hana bergumam sambil menyugar kan rambut nya dengan jari-jari tangan ke belakang.

"Tapi, apa yg mereka takut kan sama mataku?" Hana makin bergumam tak jelas, ia tak mengalih kan fokus nya sama sekali.

" Ai Gerhana "panggilan keras mamanya itu membuat Hana terkesiap kaget.

Buru buru ia keluar dari kamar sebelum mamanya kembali meneriakinya.

-

SinisDonde viven las historias. Descúbrelo ahora