Six

38 7 0
                                    

    Kaki jenjang Hana baru saja memasuki halaman rumah tapi kesunyian langsung menyergap nya, rasanya senyum dan tawa saat bersama Saras tadi langsung sirna seketika ia melirik sekitarnya dengan keterdiaman, Hana menghela napas sambil membuka pintu rumah dengan kunci yang selalu ia bawa, sepi dan senyap lah yang menyapanya ketika berhasil membuka pintu utama.

Melangkah dengan irama teratur, Hana langsung mengambil remote diatas meja ruang tengah, ia menghidup kan tv dengan volume sedang agar rumah tidak sepi dan juga agar ia tak kesepian. Setidaknya cara ini adalah cara paling ampuh untuk membuat hatinya tenang.

Hana takut sendirian, tapi keadaan lah yang selalu memaksanya untuk bisa melakukan semuanya sendiri, seandainya papa nya disini pasti ia tak akan mearasa kesepian.

Hana termenung, secara otomatis ingatannya bersama sang papa dan mamanya sembilan tahun yang lalu terngiang dikepalanya, bagaimana bahagianya mereka, bagaimana sayangnya papanya, bagimana tawa bahagia mamanya, dan bagimana keseruan mereka menghabiskan hari minggu ditenda kemah belakang rumah.

Tapi itu semua hanya tinggal kenangan. Lagi-lagi Hana menghela napas saat sekarang ia tersadar dari ingatannya. Sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk menjabarkan kisah menyenangkan masa lalu tapi sekarang adalah masa dimana ia harus mencari cara bagimana kebahagian itu kembali menghampirinya,

Yah,

Walaupun kebahagian itu dalam wujud yang berbeda.

Setelah puas berkelana dimasa lalu, Hana kembali meletakkan remote tv diatas meja, ia sempat melihat acara yang ditampilkan layar datar dihadapannya, berita tentang artis-artis tanah air yang sedang booming.

Menggelengkan kepalanya pelan, Hana melanjutkan langkah kakinya kekamarnya yang berada dilantai atas.

Menghidupkan saklar lampu kamarnya, Hana langsung membuka sepatu dan meletak kannya diatas rak sepatu seperti biasa, cewek itu langsung berhambur ke meja rias, ia tatap lamat-lamat pantulan wajah nya.

Cantik. Ia membatin,

Puas mengagumi wajahnya, Hana menyentuh sudut matanya, iris Mata nya hitam legam, bola mata nya bulat tapi jika diperhatikan lebih lama lagi mata nya justru terlihat seperti bulan sabit dan agak sipit, hidung nya agak mancung, bibir nya tipis ,pipi nya tirus,rambut nya hitam kecoklatan sepunggung, ia tinggi dan ramping. Yang pasti walaupun aneh tapi ia tak menyangkal saat orang-orang menyebut nya China ke sasar. Ia memang terlihat seperti itu.

Awal nya Hana sedikit curiga pada bagian mata dan kulit nya yg condong ke ras Asia timur, China, Jepang atau bahkan Korea.

Lebih tepat nya saa SD dan SMP, teman-teman nya sering menyebut Hana China kesasar karena dulu Hana sedikit berisi dan berpipi chubby membuat nya benar-benar mirip ras orang sipit. Padahal jika diurut silsilah keluarga, tidak ada satupun keluarga atau saudaranya yang berdarah China atau sebangsa nya, bahkan yang mirip saja tidak ada.

Yang Hana tau, Papa nya Bernama Enzo yang merupakan asli orang jakarta. Begitupun mamanya yang asli Bandung.

Mengingat Papa dan mamanya, lagi-lagi kenangan masa lalu menyeruak dari memorinya. Terkadang Hana masih tak bisa menerima keadaan kalau kedua orang tuanya sudah bercerai bahkan walaupun sembilan tahun sudah berlalu. ApalagiMereka berpisah dan memilih kehidupan masing-masing. papa nya tetap stay di jakarta sedang kan Gerhana ikut mama nya kedaratan sumatra.

Yang Gerhana ingat papa nya menikah lagi tiga tahun setelah perceraian dengan mamanya dan sekarang sudah mempunyai seorang anak berusia 5 tahun bernama Gino.

Dulu saat papa nya memutuskan untuk menikah lagi. Hana sangat terpukul, ia yang dasarnya tak suka berbagi harus memendam ego dan kemarahannya sendiri. Apalagi Hana sangat dekat dengan papanya ia takut papanya melupakan nya. Hana juga ingat saat hatinya belum cukup menerima keadaan papa nya menikah lagi, beberapa bulan kemudian mama nya juga Pulang membawa laki-laki dewasa seumuran papanya yang dikenalkan kepada nya sebagai calon suami mama. Saat itu Gerhana marah, ia tak mau punya papa baru, ia tak mau papa nya tidak sering menemui nya lagi karena canggung ada papa baru dirumahnya .Hana tidak mau membuat papanya yang sudah terasa jauh semakin jauh dari jangkauannya walaupun sejujur nya Papaya lah yang meminta sang mama menikah lagi.

Sejak saat itu, sejak Hana sakit karena marah pada mama nya, mama nya tidak pernah membahas apa pun lagi yang berhubungan atau menyinggung tentang  papa baru. Bahkan, Sekalipun sekarang Hana sudah meminta atau menyetujui nya, mamanya sudah stuck pada keputusan nya kalau tidak akan menikah lagi karena menurut nya ia sudah bahagia bersama Hana.

Lagi pula Hana tak membutuhkan sosok Papa baru Kalau papa nya selalu datang disetiap ia butuh, tetap memberinya uang jajan atau bahkan datang ke daratan sumatra hanya untuk mengambilkan rapot dan menemui Hana saat Hana mengatakan rindu.

Hana sayang papa dan mama nya, tapi Hana tak dapat menutupi perasaannya yang selalu merasa berbeda dari kedua orang tua nya.Hana merasa-

Ia bukan anak  papa-mamanya karena mata dan kulit pucat nya juga fakta bahwa tak ada yang mirip denganya dikeluarga mereka.

Tapi ah, sudahlah..

Hana mencoba tersenyum saat menatap bayangannya dicermin, setidaknya papa dan mamanya menyayanginya.

SinisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang