7

30.9K 7.2K 1.9K
                                    

Changbin menepuk-nepuk pakaiannya yang penuh dengan tanah. Sesekali dia menendang batu di depannya karena kesal sudah ditinggalkan sendirian dan hampir saja dimakan oleh setan.

"Untung lo dateng, kalo enggak siapa yang mau jualan gorengan lagi."

"Lagian sih, udah malem bukannya pulang."

"Gue sama temen gue pingsan di sekolah, gak tau kenapa."

"Mungkin lo kecapekan."

"Bukan, mungkin gara-gara setan itu. Kak Woojin, menurut lo setan itu bakal balik lagi gak?"

Kim Woojin, laki-laki yang menolong Changbin tadi mengangguk. "Mereka belum dapet apa yang mereka mau."

"Emangnya mereka mau apa?"

"Mereka mau nyawa seseorang. Tapi karena gak kunjung dapet, mereka mau nyelakain semua orang terdekat orang itu supaya orang itu mau ngasih nyawa dia ke mereka."

"Lo tau dari mana?"

"Gue cuma pernah baca buku, isinya sama kayak apa yang lo alamin. Lo termasuk target setan-setan itu."

"Aneh lo."

Changbin meregangkan badannya sebentar, kemudian memandangi sekelilingnya yang gelap.

"Lo gak bawa kendaraan? Emangnya lo habis dari mana?" Tanyanya heran.

"Gue mau ke warung, taunya malah ngeliat lo hampir mati disini," jawab Woojin.

Changbin mengangguk saja. Padahal dia ingin bertanya lagi. Sebenarnya, dia agak aneh dengan Woojin. Dia mau ke warung mana coba, sekitar sini aja area hutan.

"Bin."

"Ya?"

"Lo denger suara, gak?"

Changbin mengernyit lalu membuka telinga lebar-lebar. Sesaat kemudian, dia mengangguk setuju.

"Kayak suara bisikan gitu."

"Samperin aja, yuk."

"Gila lo kak, nanti kalo ada apa-apa gimana?"

Woojin nggak peduli, dia langsung menarik lengan Changbin supaya ikut dengannya mencari tau sumber bisikan itu.

Changbin yang ditarik terpaksa menurut karena nggak mau diamuk sama Woojin.

Dari balik salah satu pohon di pinggir jalan, ada suara tangisan juga suara yang terdengar seperti sedang bergumam.

Lampu jalan yang remang-remang menambah kesan seram yang ada. Ditambah lagi, angin berhembus pelan dan membuat mereka merinding.

Changbin dan Woojin terpaksa menghentikan langkah mereka di depan pohon ketika suara bisikan tersebut hilang.

"Kak, firasat gue gak enak," bisik Changbin.

"Nyesel gue ajak lo kesini, kita balik aja, yuk," ajak Woojin yang rupanya sepemikiran sama Changbin.

Changbin mengangguk saja tanpa mengatakan sepatah kata pun. Woojin yang melihat itu langsung bingung.

"Bin?"

"Kak Woojin, jangan nengok ke belakang."

"Hah? Kenapa?"

"Ikutin kata gue."

"Ck, ngapain gue harus ngikutin apa omongan lo."

Woojin dengan santai menoleh ke belakang. Tapi, dia langsung terkejut begitu melihat dua sosok setan dengan kondisi mengerikan. Yang pertama hanya kepalanya saja, yang kedua adalah sosok perempuan dengan muka hancur.

"I-itu setan yang ngejar gue, Felix, sama Jeongin tadi. Yang cewek, dia yang ganggu Jeongin," ucap Changbin terbata-bata.

Baru saja Woojin hendak menarik Changbin untuk lari, kedua setan tersebut langsung terbang mendekat ke wajahnya.

"Kami beri kalian waktu satu bulan. Berikan Han Jisung kepada kami atau nyawa kalian jadi taruhannya."














































"Min, gue mohon sama lo, tolong jaga omongan lo."

"Apaan sih, Jin. Lo ngebelain orang gila sama temennya itu?"

"Dia gak gila, Seungmin. Pasti ada sesuatu yang terjadi sama dia."

"Halah, alesan lo basi."

Hyunjin mengepalkan kedua tangannya erat. Sebisa mungkin dia menahan diri untuk nggak memaki temannya sendiri.

Dia sendiri juga bingung, kenapa Seungmin berubah. Apa yang membuat Seungmin benci sama Jisung. Itu pertanyaan yang berputar-putar di kepalanya saat ini.

"Kak Hyunjin, ini udah malem. Nanti gue dimarahin mami."

Mendengar suara Jeongin, hati Hyunjin sedikit melunak. Dia mengangguk saja dan pergi ke mobilnya.

"Jeong," panggil Seungmin seraya mencekal lengan Jeongin yang hendak menyusul Hyunjin.

"Apa?"

"Lo juga gak suka sama si gila itu, kan?"

Jeongin terdiam sejenak karena bingung, tapi dia mengangguk setelahnya.

"Kenapa?" Tanya Seungmin lagi, terdengar mendesak.

"Gue gak suka aja, dia terkesan lebay dan cari perhatian."

"Terus?"

"Udah, itu aja. Terus, Kak Seungmin benci sama dia karena apa?"

Seungmin mendekatkan diri kepada Jeongin lalu berbisik, "dia udah ngebuat pertemanan gue sama Hyunjin merenggang. Gue gak suka itu. Dia itu hama, hama yang harus disingkirkan."

"Kak Seungmin ngomong apa, sih? Jangan ngawur," ucap Jeongin lalu hendak pergi.

Namun, Seungmin lebih dulu mencegahnya.

"Lo juga gak mau Hyunjin marah sama lo, ngejauhin lo karena si gila itu, kan?"

Melihat Jeongin diam saja, Seungmin melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

"Kalo gitu, ikutin semua rencana gue nanti, oke? Yuk ke mobil, kalo kelamaan disini si Hyunjin pasti curiga."

Seungmin merangkul Jeongin yang hanya diam dan membawanya pergi. Diam-diam, senyum miring terukir di sudut bibirnya karena dia telah berhasil menghasut Jeongin.

"Rencana pertama, berhasil."

Whisper | Stray Kids ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang