satu

4 0 0
                                    

"Nyonya." wanita yg dipanggil menoleh masih dengan tatapan yg biasa. Namun siapa sangka dirinya rapuh.

"Ya?" hanya menjawab lalu kembali melihat langit langit kamarnya dengan pandangan mengejek.

Memang apalagi yg bisa dilakukannya saat ini. Memasak? Membersihkan rumah? Atau menyiapkan pakaian kerja suami?. Omong kosong dirinya tidak pernah melakukan itu selama awal bahkan sampai delapan bulan pernikahannya. Memasak apa? Jika masakannya pun tidak dihargai atau lebih tepatnya hanya berakhir ditempat sampah. Membersihkan rumah? Heh! Suaminya tidak mau tangannya kasar dan kotor.
Menyiapkan pakaian? Bahkan kepulangan suaminya saja sangat jarang.

Lagipula dirinya juga tidak perlu bersusah payah berpura pura menjadi istri yg baik kecuali didepan mertuanya. Itu sudah pasti karna dari awal semua sudah menjadi drama. Bahkan tanpa membaca naskahpun dirinya paham.

"Tuan sudah pulang dan sedang menunggu anda dimeja makan." ucapan itu membuat lidya membuka mata menatap sebentar pada pelayan pribadinya lalu menegakkan tubuhnya. Mencoba menarik nafas dengan tenang. Tapi tidak bisa! Emosinya memang selalu terbakar jika mendengar kata suami. Sejak dulu

"Lima menit lagi aku turun." ucapnya melangkah kekamar mandi masih dengan piyama tidur berwarna maroon yg dipakainya.

Wanita itupun mengangguk lantas pergi. Namanya Alexa asisten pribadi yg sudah dengan paham mengerti bagaimna Lidya. Delapan bulan dihabiskan Lidya bersama Alexa. Walaupun hanya menceritakan omong kosong saja. Alexa tidak habis pikir bagaimna bisa sang Nyonya masih tetap bersikap biasa biasa saja saat semua keadaan sedang kacau. Alexa hanya berjanji bahwa apapun yg terjadi nanti dirinya akan setia menemani majikannya. Dan itu sudah pasti melihat bagaimna fase kehidupan yg sedang dijalani sang majikan.

Lidya hanya berdehem tidak berniat memulai pembicaraan. Lagipula apa lagi yg harus dibicarakan jika bukan omong kosong. Dirinya muak!

"Kudengar kau tidak makan selama seharian ini? Kau berniat mati?" Seorang pria yg masih mengenakan kemeja putih kerjanya tanpa dasi dengan dua kancing atas terbuka dan noda merah dikerahnya. Lidya tersenyum sinis melihatnya.

"Untuk apa kau bertanya?" jawab Lidya dengan senyum yg sudah berganti hangat. Seperti sebelumnya dia hanya marah pada dirinya sendiri bukan orang lain.

"Tidak ada salahnya bertanya Harahel." itu jawaban yg dilontarkan sang suami.

Lidya tersenyum tipis lalu mengambil piring dan menaruh beberapa hidangan dipiringnya menatap suaminya dan menyuap makanan kedalam mulutnya.

"Kau lihat aku sudah makan."

Berbeda dengan senyum yg ditampilkan wanita dihadapannya ini. Laki laki itu tampak mengeraskan rahang. Dimitri tdak suka dengan sikap yg dimiliki istri pilihan ibunya. Bagaimna mungkin ibunya memilih wanita yg sangat keras kepala. Sudah berapa kali dirinya melontarkan perkataan sinis dan mengejek namun tetap saja istrinya ini masih tersenyum padanya. Dimitri lelah dirinya lebih memilih meninggalkan meja makan dan membersihkan diri dikamarnya. Meninggalkan Lidya yg mengepalkan tangannya diatas meja makan.

"Ms, Alexa." ucap Lidya pada asisten pribadinya.

Ms Alexa berdiri disamping Lidya menanti apa yg akan diucapkan sang Nyonya. Detik selanjutnya dirinya terkejut ketika Lidya menarik tangannya untuk duduk dan memberinya sebuah piring didepannya. Sambil menatap mata Lidya Ms. Alexa kembali mengerutkan kening.

"Temani aku makan ya." sontak jawaban yg keluar itu membuat Ms,Alexa langsung mengambil beberapa hidangan yg disajikan pelayan.

Sepuluh menit berlalu setelah acara makan yg hanya berakhir dengan dirinya dan Ms,Alexa. Lidya langsung menuju kekamarnya. Merebahkan dirinya diranjang setelah berganti piyama tidurnya.

Tiba tiba tangannya menjulur keatas memperlihatkan sebuah cincin perak dengan hiasan berlian indah diatasnya. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Senyum yg selalu coba dirinya sembunyikan.

Lidya masih ingat tentang bagaimna semuanya terjadi hingga saat ini dirinya harus berada dikehidupan yg menurutnya sialan! Jika boleh memilih Lidya tidak ingin menjadi istri dari seorang bajingan bernama Dimitri Rainov. Lelaki yg menganggapnya tidak ada. Lelaki yg bahkan terpaksa menikahinya hanya karna kekuasaan yg dijanjikan kluarga Rainov.

Disisi lain Lidya ingin kehidupan yg bebas. Sama seperti orang pada umumnya. Bekerja dipagi hari, lalu pulang dan menikmati waktu yg tersisa dirumah mereka ataupun jalan jalan. Sayangnya Lidya tidak bisa menjalani kehidupan seperti itu mengingat bagaimna dunia menyembunyikannya. Bibir tipisnya bergetar menandakan bahwa dirinya emosi. Air mata sudah mengenang disudut matanya. Tapi sedetik kemudian air mata itu sudah hilang entah kemana.

Lidya meraba nakas masih dengan posisinya. Lidya mengambil ponselnya lalu mengetik sesuatu dan menyimpan tulisan tersebut di draft pesan miliknya. Namun tatkala jarinya menggeser bagian lain dirinya menyeringai melihat akun milik Dimitri yg notabenya adalah suaminya memposting sebuah foto dengan seorag wanita yg tak lain rekan kerjanya dimana bukan hanya hubungan bisnis namun juga hubungan pribadi.

Lidya mengerti bahwa bajingan seperti Dimitri tidak akan menyentuh wanita seperti dirinya. Yg dengan menatapnya saja membuat Dimitri kesal setengah mati. Lidya tau bagaimna buruknya seorang Dimitri bagaimana Dimitri menghancurkannya. Bagaimana Dimitri juga tidak menginginkan dirinya. Namum Lidya diam saja. Tidak ingin memperpanjang apa yg bukan haknya dan melaluinya sampai batas waktu yg akan berakhir.

Pernikahan yg berjalan selama delapan bulan bukanlah pernikahan baik baik saja antara Lidya dan Dimitri mengingat dimitri selalu pulang malam ataupun berakhir di club dan meniduri seorang wanita.

Pernah sekali Lidya melihat seorang wanita diranjangnya dengan keadaan mengenaskan tanpa sehelai benang dan itu membuatnya marah. Namun Lidya tidak membentak ataupun bagaimna. Dirinya hanya mempersilahkan wanita itu keluar dengan halus namun datar. Ingin sekali dirinya kabur ketika melihat semua itu didelan matanya apalagi dikamarnya sendiri disamping itu Lidya langsung menyuruh Ms Alexa mengganti semua perabot dikamarnya.

Lidya tidak ingin memakai apa yg sudah dipakai wanita Dimitri. Untun sesaat Lidya berfikir dengan tenang menenangkan perasannya yg gaduh didalam sana. Lidya turun dari ranjang mengenakan sendal rumah lalu berdiri didekat jendela. Tirai putih melambai didepan wajahnya membuatnya merasa merinding dengan angin malam yg cukup dingin. Tangannya bergerak menutup jendela kamarnya menyibak tirai agar lebih menutup dengan sempurna.

Lalu memejamkan mata menyambut apa yg akan terjadi esok hari. Perlahan mata indah bermanik biru itu terpejam. Dan yg terakhir terdengar hanyakah hembusan angin dan juga deru nafas tenang milik wanita itu.

*****

DARK THE HEARTNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ