Kekecewaan Mama (pt.2)

276 53 3
                                    

Part 2. Tell the Truth
----
"Ma..."

"Duduk A.." Irene menyuruh Alden duduk di sofa yang ada di dalam kamar. Sedangkan Dio duduk di depan meja rias dan Irene tetap duduk bersandar diatas kasur.

"Ada yang mau di ceritain ke Papa sama Mama A?" Papa mulai bertanya.

"Eee.. Paa.. Maa" Alden memulai bicara dengan terbata-bata. Hal yang biasa Alden lakukan ketika ia merasa bersalah atau berbohong.

"Jawab yang bener A!" Irene menaikkan nada suaranya.

Dio yang sudah merasa istrinya akan meledak dalam beberapa saat, kemudian berpindah duduk kesamping istrinya sambil terus mengusap punggung sang istri. "Ay sabar.."

"Ma, Pa.. Alden minta maaf"

"Sejak kapan A?" Tanya Irene yang emosinya sudah sedikit turun berkat Dio.

"Alden gak inget pastinya mah. Tapi kayaknya bulan September tahun kemarin mah.." Alden menjawab masih dengan pandangan menunduk.

"September,Oktober,November-Desember,Jan— Astaghfirullah Aa! 5 bulan A, 5 bulan." Irene mulai kembali histeris. "Kamu bohongin Mama sama Papa 5 bulan ini Den.. Mama kecewa bener."

"Kamu yang ngurusin aja Yo. Aku gak kuat." Irene yang sudah berlinang air mata kemudian beranjak dari kasur dan pergi keluar kamar. Entah mau kemana, kemungkinan sang Istri pergi ke ruang kerja.

Dio kemudian pindah duduk di sofa samping Alden. Dio sebenarnya bisa saja saat ini marah seperti halnya sang istri. Tapi kalau ia marah saat ini juga masalahnya gak akan beres.

"Den, ceritain sama Papa kenapa kamu mulai ngerokok atau vape ginilah."

"Kamu tau kan Den masalah apa yang bisa ditimbulkan dari kamu ngerokok. Kamu pasti sangat tau Den. Papa sama Mama udah ngewanti-wanti kamu, Teteh sama Syani dari kecil kalau rokok itu bahaya. Walaupun ini bukan rokok biasanya tapi ini tetep bahaya Alden. Kamu liat gak apa Papa ngerokok?"

Dengan sangat merasa bersalah Alden kembali mengucapkan maaf.

"Kelas 11 ini, kelasnya di rolling Pah. Alden masuk di kelas baru gak ada yang Alden kenal di kelas itu. Akhirnya Alden mulai main sama anak cowo kelas Alden sekarang. Alden suka ikut nongkrong sama mereka di depan sekolah. Di tongkrongan itu mereka awalnya ngerokok pake rokok batangan biasa. Alden gak ikut karena inget Papa yang pernah nyodorin Alden rokok buat ngerasain, dan rasanya gak enak. Terus bulan-bulan September-an Vape makin booming pah. Temen-temen Alden pada beli dan wangi asepnya enak. Alden akhirnya nyoba punya temen. Rasanya beda sama rokok batangan. Rasanya enak Pah.. Karena itu Alden malah jadi makin ketagihan. Akhirnya Alden ikutan beli pah."

"Maafin Alden Pah.. Alden malah jadi ngevape gini padahal Alden udah pernah baca dan Alden tau bahaya vape."

Dio akhirnya sadar bahwa saat dia memberi anak-anaknya pembelajaran tentang rokok. Vape atau dengan embel-embel rokok elektronik itu belum booming di Indonesia.

"Kalau udah tau kenapa Aa tetep make?"

"Aa gatau pah.. Rasanya bikin nagih"

"Yaudah ini cuman yang kamu punya? Kamu punya apalagi selain yang ditemuin Mama?" tanya Dio mengenai seperangkat alat Vape.

"Aa punya liquidnya 3 botol lagi." Alden mengakuinya.

"Astaghfirullah Aa!" Dio kaget. "Ambil semuanya! Bawa kesini! Gak ada yang gak kebawa. Kalau Papa nemuin lagi bener-bener ya kamu. Papa pesantrenin ajalah!"

"Iya Pa. Alden ambil" Alden lari keluar kamar orang tuanya untuk mengambil liquid yang tersisa di kamar.

Gak lama kemudian Alden kembali masuk dengan 3 botol kecil tersebut, kemudian menyerahkannya kepada sang Ayah.

De Aldebaran'sOnde histórias criam vida. Descubra agora