HI, I'M HERE!

69 19 1
                                    

Tugas dari Pak Yongha sungguh tidak main-main. Bagaimana bisa guru itu memberi tugas untuk membuat karangan pengenalan tentang diri sendiri sebanyak dua lembar penuh kertas folio.

Teman-teman sekelas Doyum sibuk berkutat dengan kertas dan bolpoin. Menenggelamkan wajah mereka di lautan kertas yang dibuang.

Oh, Pak Yongha juga melarang adanya coretan meskipun itu hanya sedikit. Ada coretan, buang.

Jadi mereka semua sedang frustasi saat ini. Apa maunya guru itu?

Doyum mengusak rambutnya frustasi. Ia baru menulis setengah halaman, namun ia sudah bingung ingin menulis apa lagi.

"Apa lagi ya?", Monolognya, "ganteng udah, lucu udah, mempesona, jago dance, disukai banyak cewek, keren, baik hati dan tidak sombong. Apa lagi coba?"

Doyum berpikir keras, sesaat kemudian senyuman terbit di wajahnya.

"Jeon Doyum punya dua alis," ia mulai menulis, "dua mata, satu hidung dengan dua lubang hidung, bibirnya ada dua, atas dan bawah. Mulutnya satu untuk makan, bicara, dan mengumpat. Eh!"

Doyum menoleh ke segala arah, "Woi ini gimana kerjaan gue salah?!"

Junseo menatapnya, "Sabar ya, kawanku. Bersyukurlah kamu, tempat sampah masih leluasa menerima kertasmu itu."

Doyum mendelik kesal, "Ah, gue males ngerjain lagi. Ini udah yang ketiga gue nulis ulang."

Berbeda dengan apa yang diucapkannya, ia beranjak dan mengambil kertas folio lagi di meja guru. Baiknya, Pak Yongha membelikan dua pak kertas folio untuk mereka.

Doyum mulai menulis namanya, dan kesialan datang lagi. Tintanya habis.

"Kenapa habis, sih?!"

Jinsung membuka matanya perlahan. Kemudian membalikkan badannya dan menghadap ke arah Doyum.

"Abis ya? Pake gue aja, gimana?" Tawar Jinsung.

Doyum tak menggubrisnya, ia sibuk mencari pinjaman ke teman-temannya. Lalu ia kembali duduk di bangkunya.

"Nggak ada yang punya, 'kan? Udah pake gue aja sih. Gitu aja repot," ujar Jinsung lagi.

"Masa gue pake ini?" Tanya Doyum sambil menatap sesuatu di dalam tempat pensilnya.

"Iya udah pake gue aja."

Doyum menimbang-nimbang pilihannya. Kemudian ia berlari keluar kelas sambil memeriksa sakunya.

"Mau ke mana, Yum?" Tanya Yechan.

"KOPERASI!" teriak Doyum.

"Gue doain koperasinya tutup," gumam Jinsung.

Doyum sudah sampai di koperasi. Matanya mencari-cari sesuatu yang sangat ia butuhkan saat ini juga.

"Bu, ini kok kosong?" Tanyanya pada ibu penjaga koperasi sambil menunjukkan tempat kosong dengan label harga tiga ribu.

"Aduh, maaf lagi kosong emang stoknya. Adanya pensil, mau?"

"Saya nggak dibolehin pake pensil, bu. Ya sudah, makasih ya bu."

Doyum segera kembali ke kelas.

"Ini beneran nggak ada yang bawa dua? Punya gue abis nih," teriaknya ketika baru saja sampai kelas.

Teman-temannya menggeleng.

Doyum duduk di bangkunya dengan lemas. "Gimana gue nyelesaiin tugasnya?"

"Pake gue aja aduh nih anak rempong banget," ujar Jinsung.

Doyum melirik ke arah Jinsung, tangannya mencoba meraih Jinsung namun ia urungkan. Berkali-kali adegan itu terulang sampai Jinsung merasa bosan.

Akhirnya Jinsung memutuskan untuk menggelindingkan dirinya dan mendekat ke arah Doyum.

"Tinggal make gua aja ribet amat sih."

Doyum sedikit terkejut ketika Jinsung mendekat ke arahnya. Tanpa pikir panjang lagi, ia segera meraih Jinsung dan mulai menyelesaikan tugasnya.

"Lumayan, kalau pake ini tulisan gue makin gede, nanti tugasnya cepet kelar," gumam Doyum.

"Tugasnya kumpulin sekarang, 5 menit lagi jam pelajaran Pak Yongha abis," teriak Yechan.

Dengan lemas, seluruh penghuni kelas itu meletakkan dua lembar kertas folio di meja ketua kelas, Yechan.

Doyum mengumpulkan tugasnya paling terakhir, dan disambut tatapan heran dari Yechan.

"Kok lo pake ini?"

"Terpaksa, mau beli di koperasi udah abis."

"Tapi, ini tintanya...."

"Tintanya nembus ke belakang emang. Bodo amat lah, yang penting gue ngumpulin," Doyum kembali ke bangkunya.

Yechan menggelengkan kepalanya karena keanehan teman sekelasnya itu.

"Doyum aneh, benda dipake buat nulis di papan kok malah dipake nulis di kertas. Ya nembus semua lah, aduh duh."

-END-

[1] Fantasy : PERSONA? -1THE9- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang