Chapter 5

4.6K 355 9
                                    

Mentari pagi mulai menyelinap memasuki horden kamar. Elando mengerjapkan matanya yang masih terasa berat. Tatapannya melembut saat melihat wajah Christ tertidur di sebelahnya dengan damai. Hari ini kebetulan mereka memiliki jadwal hari libur yang sama, jadi rencananya mereka akan pergi berkencan siang nanti.

Endalo menyingkirkan dengan pelan tangan Christ yang memeluk pinganggnya dengan posesif. Ia beranjak pelan turun dari ranjang. Senyum manisnya hilang saat merasakan mual yang tiba-tiba, ia berlari cepat ke arah kamar mandi dan memutahkan seluruh isi perutnya.

Christ yang baru bangun langsung berdiri dan berlari ke arah kamar mandi. Ia melihat Elando yang sudah melemas karena tak mampu lagi mengeluarkan isi perutnya.

"Sayang, kau tidak apa-apa?" Christ membantu memijit tengkuk Elando. Wajahnya berubah menjadi cemas.

"Aku baik-baik saja." Jawab Elando lemah saat merasa sudah baikan. Ia segera membersihkan bibirnya dan membuang air bekas mutahannya itu. Christ yang merasa tidak tega langsung menggendongnya ala pengantin dan merebahkan Elando di atas tempat tidur.

"Sebaiknya kita batalkan jadwal kencan kita. Aku akan meminta Dr. James untuk mereriksamu, okey?" Elando hanya bisa mengangguk lemah. Ia sebenarnya merasa kecewa karena mereka jarang sekali bisa memiliki waktu untuk kencan.

Selang beberapa menit Dr. James datang dengan buru-buru. Keponakannya itu hanya mengatakan untuk datang karena situasinya darurat. Ia terpaksa meninggalkan sarapan paginya bersama sang istri dan anaknya. Ia langsung tancap gas ke apartemen Christ dengan buru-buru.

Dr. James mengatur napasnya dan masuk bersama Christ ke kamarnya. Ia memeriksa Elando dengan seksama. Namun berapa kalipun ia memeriksanya, ia hanya bisa menaruh sebuah tanda tanya besar di dalam hatinya.

"Bagaimana?" Tanya Christ dengan cemas karena Dr. James tak kunjung bisa menjelaskan kondisi kekasihnya itu.

"Sebaiknya kita bawa dia ke rumah sakit." Christ menatap horor ke arah pamannya itu. Namun tanpa banyak bicara ia segera menggendong tubuh ringan Elando dalam dekapannya.

Dalam perjalan Christ hanya bisa diam dengan rahangnya yang mengeras. Ia khawatir juga kesal karena pamannya tak mau menjelaskan apa pun tentang kondisi sang kekasih. Elando yang melihat ekspresi Christ hanya bisa mengelus lengan Christ untuk menenangkannya.

Christ menatap sayu kekasihnya lalu mengecup pucuk kepala Elando dengan lembut. Dr. James yang melihat mereka dari kaca spion hanya bisa mengulas senyum melihat kasih sayang yang diberikan sang keponakan pada kekasihnya itu.

Sesampainya di rumah sakit Dr. James langsung melakukan berbagai pemeriksaan pada Elando. Christ menemaninya dengan ketegangan hati. Ia takut kalau El-nya sakit parah. Ia tak ingin melihat El-nya kembali terbaring di atas tempat tidur rumah sakit.

Hampir dua jam mereka menunggu akhirnya hasil pemeriksaan keluar. Christ dan Elando hanya bisa pasrah berharap yang terbaik dari Tuhan. Christ menggenggam tangan Elando menguatkannya, Elando juga membalas gengaman itu untuk menguatkan Christ.

Mata Dr. James membelalak saat melihat hasil tes itu. Ia benar-benar tak percaya dengan hasil yang ia baca itu. Ia mengalihkan pandangannya pada sepasang kekasih itu dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"El, sebaiknya kau berhenti bekerja dan jangan melakukan aktifitas berat." Ujar Dr. James dengan wajah yang masih sulit diartikan. Elando mengeratkan gengamannya pada tangan Christ.

"Apa maksudmu?" Christ melirik kearah Elando dan mengusapkan tangannya yang bebas ke punggung tangan Elando untuk menenangkannya. Christ menatap tajam sang paman menuntut penjelasan.

"Aku sendiri sebagai dokter tak percaya akan hasilnya. Tapi itu kenyataannya." Christ mulai semakin geram, apalagi melihat kekasihnya yang mulai menitihkan air mata.

Lovetrap [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang