03. Senyum

6 0 0
                                    

-Elang Wilanggalaksana-

"Woi, Elang." Teriak seorang siswa, seragamnya sudah acak-acakan ditambah rambutnya yang mulai panjang. Beni.

"Biasa aja kali, ini tuh sekolah bukan hutan." Jawab Elang menepuk bahu Kamal yang tengah minum jus jambun. Sedangkan Dhani yang tadi berteriak nyaring hanya tersenyum sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya.

"Dari mana lo ? Kok baru nyampe ?" Kini Kamal bertanya. Elang hanya tersenyum "Kepo amat, kayak ibu-ibu komplek." Mendengar itu Kamal hanya tertawa dan kembali meminum jusnya. Kini mata Elang menelusuri seluruh kantin bukan mencari seseorang tapi, ia tengah meneliti pedagang mana yang sedikit pembelinya. Jujur ia malas untuk mengantre.

"Mau kemana lo ?" Tanya Naufal yang baru saja selesai mengunyah.

"Mau beli siomay." Jawabnya sambil berlalu. Bukan hanya Naufal yang kembali makan, tapi juga semua orang yang ada di meja itu.

Mungkin ini terlihat aneh, atau juga biasa saja. Di meja sebelah kiri dua meja terakhir penuh, bukan hanya Naufal, Kamal, Dhani dan Elang saja yang duduk disitu. Tapi semua siswa kelas XI IPS 4. Ya biasanya setiap siswa di SMA Cendrawasih ini memang seperti ini.

Elang kembali dengan sepiring siomay, ia duduk disebelah Naufal. "Elang, nanti pulang aku ikut ya." Ia baru akan menyuap, malah terhenti. Matanya mendelik ke arah siswi tadi. Lala Nurella, saudaranya.

Elang hanya mengangguk-anggukan kepalanya dan tersenyum dengan mata tertutup, seolah ia pasrah. Sedangkan Lala tersenyum senang mendapat jawaban itu. "Dah Elang." Ucapnya berlalu dan melambai-lqmbaikan tangannya.

Dhani bergidik jijik melihat tingkah Lala. "Kenapa loe ?" Tanya Kamal.

"Gue jijik sama Lala, ganjennya kebangetan. Pantes aja gak ada yang mau jadi pacar dia." Jawab Dhani dengan matanya yang masih melihat Lala di meja sebelah kanan. Elang juga lagi-lagi mengikuti arah pandang Dhani.

Tiba-tiba Lala melambaikan tangannya dan mengedipkan sebelah matanya-genit-.

"Iwww. Jijik gue liatnya, itu Ibu ngidam apa sih. Sampe anaknya kayak gitu." Dhani bergidik jijik lagi.

"Ngidam cabe kali, makannya jadi cabe-cabean." Timpal Kamal sekenanya. Sedangkan Elang berusaha menahan tawanya, berbeda dengan Naufal yang malah tertawa keras.

"Udah lanjut makan aja, kayak cewek aja." Ucap Elang dan semuanya kembali dengan makanan mereka masing-masing.

-----

Setelah jam istirahat tadi kelas XI IPS 4 kembali ribut, tentu saja karena jamkos selama tiga jam sampai siang nanti.

Segelintir orang yang berdiam diri di kelas, ada yang kembali ke kanti dan tak kembali lagi, ada juga yang pergi ke lapangan sekedar bermain basket. Padahal dua hal tersebut tetap melanggar peraturan.

Elang dan beberapa teman kelasnya memilih hal yang kedua, bermain bola basket. Alasannya memang karena lapangan basket tepat didepan kelasnya.

Elang mendrible bola dan melemparkannya ke Naufal yang berjarak dekat dengan ring lawan. Sayangnya bola oren itu berhasil di rebut. Elang berdecak kesal, sedikit lagi.
“Mau kemana lo ?”  Teriak Kamal saat melihat Elang menjauhi lapangan basket,

Elang hanya menunjuk searah pukul dua. Kantin.

Elang sedikit berlari bukan takut ada guru yang melihat tapi ia tak kuat tenggorokannya begitu kering ditambah saat tadi istirahat ia hanya meminum beberapa leguk air itupun milik Dhani.

Ia mengahampiri warung terdekat, tinggal satu botol lagi tapi, tunggu. ‘kok aneh ?’
Tubuh Marni menegang pasalnya  tangan kecil Marni digenggam oleh tangan yang besar, tentu saja itu tangan seorang siswa.

Sedangkang tangan itu masih saja diatas tangan Marni, malah sampai meremasnya jika bukan karena ia bersuara mungkin tangannya akan remuk.

“Eh, maaf gue gak sengaja pantesan tadi aneh gue kira botolnya ganti kemasan.” Elang salah tingkah, sebenernya ia tadi memikirkan apa sih ?

Marni hanya menunduk dan pergi pasalnya di warung itu hanya tersisa satu botol lagi jadi lebih abik ia mengalah toh masih ada warung yang lain, tapi lagi-lagi suara itu.”Lo gak beli minum ini ?” Siswa itu menyodorkan botol tadi.

Sedangkan Marni hanya menggeleng dan pergi secepatnya.
Mata Elang masih mengikuti punggung siswi tadi. ia belum melihat siswi tadi selama ia sekolah disini padalah sudah dua tahun ia sekolah disini.

Elang penasaran ia belum melihat mata siswi tadi. bukankah hal yang membuat seseorang penasaran selalu menarik untuk didekati.

Teriakan Kamal membuat langkahnya terhenti ia menoleh kesal
“Elang buruan ada guru dikelas?!”
Elang menoleh lagi untuk mencari siswi tadi, tapi tak ada seorangpun. ‘kok udah gak ada? Padahal mau ngajak kenalan.’

Tubuh Elang sudang ditarik oleh Kamal. Mungkin Kamal kesal menunggu Elang.

-----

Hai gaees.

Gimana ? Suka gak ?

Buat kalian yang suka sama cerita ini jangan lupa buat vote ya...

Kalian juga bisa kasih kritik atau saran buat aku di comment.

Thx

Salam hangat dari Moonnalisa__

I rremëTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang