Part 1: Save My Number

16.6K 1K 61
                                    

Ini sungguh tidak bisa dibiarkan. Ino merengek di apartemennya dan ini sangat menganggu. Dia sedang di depan laptop mengerjakan revisi saat gadis pirang itu tiba-tiba masuk ke apartemennya membawa kantung plastik penuh makanan. Kedatangan Ino benar-benar tidak diharapkan kali ini. Kecuali setumpuk makanan yang dibawanya, tentu saja.

"Kenapa kau selalu tidak ingin ikut nongkrong denganku dan Sai!?"

Sakura menutup laptop karena sudah tidak mendapatkan konsentrasinya lagi. Alisnya berkerut jengkel.

"Karena pada saat nongkrong, Sai selalu mengundang teman-temannya yang tak kukenal. Lalu kalian akan sibuk berdua memadu kasih. Sementara aku ditinggalkan dengan canggung bersama teman-temannya."

"Kau bisa bersosialisasi!" Ino masih mencari alasan untuk membuatnya tetap ikut.

"Aku bukan mahasiswa semester awal yang sedang giat-giatnya memperluas pergaulan!" Sakura mendesah kesal.

Perutnya menjadi lebih lapar dari sebelumnya saat beradu mulut dengan Ino, terutama saat ini jam makan siang. Matanya mulai melirik kantung yang dibawa Ino. Terjadi pergolakan dalam dirinya. Tak mungkin saat sedang mendebat gadis itu tiba-tiba dia mengambil makanan yang dibawanya.

"Oh, Tuhan! Ini malam minggu, Sakura. Tak mungkin kau mengerjakan laporanmu yang akan selesai itu!"

"Aku memang tak akan mengerjakannya malam ini. Aku akan menonton The Choice."

Ino berdecak kesal. "Hentikan menonton romance seperti itu! Kau bahkan tak punya pasangan." cibir Ino. Sakura merengut. Merasa tersinggung karena sudah enam bulan tidak berkencan dengan siapapun.

Ino tersenyum misterius. "Kau akan beruntung jika ikut kali ini."

Sakura mendengus. "Tidak perlu! Aku sedang tidak membutuhkan keberuntungan."

Tiba-tiba ide cemerlang terlintas di pikiran Ino. Dia yakin kali ini Sakura akan menyerah dan mau ikut dengannya.

"Baiklah." wajahnya berpura-pura menyerah. "─tapi jangan harap aku akan memberikan voucher tas branded yang kau inginkan itu!" Ino tersenyum layaknya iblis cantik.

Sakura mendelik.

"KAU SUDAH BERJANJI!" teriaknya dengan telunjuk mengarah ke hidung Ino.

"Lupakan janji itu. Kau tidak ikut, maka voucher juga hilang. Aku akan menggunakannya sendiri." Senyum puas terkembang di wajah Ino. Dia yakin kali ini Sakura akan benar-benar kalah.

Sakura diam. Dia tidak menyangka Ino akan mengancamnya seperti ini. Pikirannya terus mengarah pada voucher milik Ino. Tas yang berbulan-bulan dia inginkan sedang diujung tanduk. Voucher Ino sangat membantunya memiliki benda yang amat dia impikan itu. Sakura telah menabung selama berbulan-bulan. Ditambah dengan voucher Ino setidaknya dia dipastikan akan dapat membeli 'buah hatinya' akhir bulan ini. Tapi rencananya akan gagal jika Ino tidak jadi memberi voucher miliknya itu.

Sakura menghela napas berat. Si-Iblis-Pirang sudah tersenyum penuh kemenangan. Dia hapal betul helaan napas Sakura yang seperti itu. Tanda gadis itu menyerah.

"Baiklah." Matanya memicing melihat senyum Ino yang sangat lebar. "Tapi aku akan langsung pulang jika merasa tidak nyaman, sekalipun sendirian."

"Setuju! Aku jemput nanti jam 7," potong Ino cepat. "Ayo sekarang kita makan. Aku bisa mendengar suara perutmu dari tadi."

"Sialan!"

-o0o-

Seperti janjinya, Ino menjemputnya pukul 7 malam. Gadis itu berpakaian semencolok biasanya. Seksi dan elegan. Tak perlu diragukan lagi mengapa Sai terlihat begitu tergila-gila pada sahabatnya itu.

This Ineffable Feeling ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang