Bagian 1

41 7 0
                                    

Dengan sedikit keras mendorong pintu yang dari tadi tidak bisa terbuka. Aku menghembuskan nafas lega, saat akhirnya pintu terbuka.

"Akhrinya, ini pintu kebuka juga,"ucapku sedikit tersenyum.

Aku masuk ke dalam ruangan yang gelap, karena lampu belum dinyalakan. Setelah menemukan tombol lampu, aku menyalakan lampu dan melihat isi di dalam ruangan ini. Semua barang-barang yang sudah lama dan tak layak pakai. Aku baru menyadari ternyata ini adalah gudang.

"Kok, aku baru tahu kalau di sini ada gudang?"ucapku bertanya-tanya.

Tetapi sebelum aku lebih jauh melangkah, tiba-tiba lonceng berbunyi. Aku segera keluar dan kembali menutup ruangan ini.

Aku berjalan sedikit cepat melewati koridor masih dengan pikiran pada gudang yang belum pernah aku tahu.

"Apaan sih, jangan gituh dong,"ucap seorang wanita dengan nada lebainya.

Aku yang mendengar suara itu segera melihat ke sumber suara. Di dalam kelas XI IPA 5. Dia adalah Luna sedang berduaan bersama seseorang. Karena penasaran aku masuk ke dalam kelas itu.

"Permisi,"ucapku.

Luna maupun aku terkejut, dan yang lebih mengejutkan lagi ternyata dia besama Raka. Itu sangat membuatku terluka, tetapi aku mencoba bersikap biasa saja.

"Lo ngak denger tadi lonceng berbunyi. Masih aja pacaran,"ucapku.

Raka diam tanpa berniat menjawab. Tetapi Luna yang menjawab perkataanku.

"Rese lo, cemburu kan? Dasar gak tahu malu, ganguin hubungan orang,"ucap Luna masih dengan nada lebainya.

"Cemburu? Ganguin hubungan orang? Gue punya harga diri yah, ngak kaya lo cewek gampangan,"ucapku membela diri.

"Dasar cewek ngak tahu malu."

Luna mendekatiku dan meraih lenganku tetapi aku berhasil menepisnya.

"Buang-buang waktu berurusan sama cewek gampangan."

"Maksud lo apa!!"

Aku segera keluar dan meninggalkan mereka berdua. Rasanya sangat kesal sekali. Apa lagi tahu kalau ternyata Raka sudah pacaran dengan Luna. Rasanya cinta ini bertepuk sebelah tangan.

Sesampainya di kelas aku hanya diam
tanpa ada niat untuk ikut gabung bersama teman-teman yang lain.

Pulang sekolah, aku berjalan sendirian melewati koridor untuk sampai di parkiran. Aku masih kesal dengan kejadian tadi.

"Lo jangan ganggu hubungan gue dan Luna,"ucap Raka tiba-tiba.

Aku menatap Raka tidak pecaya. Selama ini aku percaya dia tidak akan pacaran, tetapi tadi aku lihat.

"Aku ngak ganggu hubungan kalian. Tapi-"

"Sudah-sudah, gue sama lo ngak punya hubungan apa-apa. Jangan berharap lebih."

"Siapa juga yang berharap lebih?"

"Sudahlah Ai, emang gue ngak tahu. Kalo lo diam-diam suka sama gue."

"Jangan terlalu percaya diri, mana mungkin gue suka sama cowok kaya lo, yang sok."

Aku segera meninggalkan Raka, kupercepat langkah menghampiri parkiran. Aku benar-benar kesal.

Aku mengendarai motorku dengan pelan, masih memikirkan tentang Raka.

"Harusnya aku sadar aku siapa, dari dulu aku harus sadar."

Masih dalam keadaan sedih, sampai akhirnya aku sampai di rumahku yang tidak terlalu jauh dari sekolahku.

***

*Bukan berarti aku tak bisa bahagia, Hanya karena kau telah berdua. Dan aku masih sendiri.*

Membenci tapi sulitजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें