1

665 32 1
                                    

"Ayah semalam keren banget!" seruku ketika aku bertemu dengan ayahku sepulang sekolah. Biasanya aku pulang sekolah dengan Pak Kim—supir keluargaku. Namun karena ayah sudah janji akan menjemputku hari ini, maka aku meminta Pak Kim untuk tidak menjemputku.

Ayahku itu tersenyum bangga, lalu melahap es krim vanilanya yang sudah sedikit meleleh. "Oh jelas, dong!" seperti biasa, dia menyombongkan dirinya sendiri. "Lebih keren ayah atau Chanyeol? Atau Sehun?"

Aku memutar bola mataku, lalu melahap suapan terakhir es krim stroberi milikku. "Aku sudah selesai" kataku sambil meletakkan sendok di dalam cup tanpa menjawab pertanyaan ayahku.

Ayahku sedikit mendengus sambil menghabiskan es krimnya. "Ayah juga sudah" sahut ayah beberapa detik setelahnya sambil meletakkan cupnya yang sudah kosong diatas meja. "Pulang? Atau mau kemana dulu?"

Aku meneguk air mineral yang memang kubawa dari rumah, lalu mengelap bibirku. "Pulang saja. Daehan enggak enak badan tadi pagi" kataku. Omong-omong kedai es krim ini sangat sepi. Ayah juga menggunakan penyamaran jadi kurasa tak akan ada yang mengenalinya karena aku bahkan hampir tak mengenali ayahku sendiri.

"Ah iyakah? Kenapa kamu gak bilang? Ayo cepat kita pulang, kasihan dia" ayah segera berdiri lalu mengambil kunci mobilnya yang tergeletak diatas meja. Ayah langsung menggandeng tanganku, lalu kami pun segera masuk ke mobil. Setelah memakai seatbelt ayah melepas seluruh penyamarannya. Setelah itu mobil sedan ayah melaju dengan kecepatan sedang di jalanan.

———

"Ibumu ada di rumah?" tanya ayah ketika kami sampai di depan rumah.

Aku melepas seatbelt, lalu melirik jam yang ada di dashboard mobil ayah. "Aku gak tau, tapi biasanya jam segini ibu belum pulang"

"Ayah boleh ikut masuk?"

"Kenapa tidak? Daehan pasti senang" aku tersenyum.

"Oke. Tolong bukakan pagarnya ya anak cantik" pinta ayahku sambil tersenyum manis. Aku segera turun dan membuka pagar rumah lebar-lebar dibantu oleh satpam yang sedang bertugas. Mobil ayah masuk lalu terparkir rapi di halaman rumahku yang sangat luas. Setelah itu aku kembali menutup pagar, dibantu oleh satpam tentunya.

Aku menggandeng tangan ayah erat, lalu kami berdua masuk kedalam rumahku bersama-sama. Ah, aku selalu menyukai genggaman tangan ayah yang hangat.

———

Author's POV
Soora meletakkan tasnya dengan asal diatas sofa kamarnya, sementara itu Kyungsoo langsung berjongkok di samping Daehan yang tertidur diatas kasur. Sebenarnya Daehan punya kamar sendiri, namun dia lebih suka tidur di kamar Soora. Sepertinya anak itu kesepian.

Dengan lembut Kyungsoo mengusap rambut Daehan yang sedikit lepek karena keringat. "Dia demam ya?"

"Enggak tau. Tadi pagi dia belum demam" jawab Soora sambil mengambil sehelai kaus dan celana pendek dari lemarinya. Tak lama kemudian ia sudah menghilang ke kamar mandi untuk mengganti bajunya.

"Kita bawa ke dokter saja ya?" tanya Kyungsoo setelah Soora keluar dari kamar mandi. Wajahnya tampak khawatir.

"Ayah bisa mengantar?" Soora balik bertanya.

"Bisa"

"Ya sudah, ayo"

"Daehan, bangun sayang" kata Kyungsoo lembut. Perlahan Daehan membuka matanya.

"Ayah?" tanya Daehan dengan suara serak. Ia langsung memeluk leher sang ayah.

"Mana yang sakit sayang?" tanya Kyungsoo. Daehan menjawabnya dengan rengekan sambil memegang kepalanya, pertanda kepalanya sakit. Daehan belum bisa berbicara banyak kosa kata, tetapi ia paham hampir semua yang diucapkan orang-orang di sekitarnya.

Father: dksWhere stories live. Discover now