Chapter Seven

1.3K 180 19
                                    

(UN)DEFINED ARRANGEMENT

.

Chapter seven

By zenaamaya

.

..

...

..

.

Hinata terbangun dengan napas yang tersengal dan keringat yang membanjir. Rambutnya bahkan sampai lepek saking basahnya. Sebelah tangannya meraba perutnya yang masih terlihat cukup rata, dan setelahnya ia menghela napas lega. "Untung cuma mimpi. Aku bisa keguguran kalau benar-benar balapan," gumamnya pelan.

"Kau kenapa?" tanya Sasuke yang ikut terbangun.

"Aku ... mimpi buruk."

Sasuke memiringkan tubuhnya menghadap Hinata. Menyangga kepalanya dengan sebelah tangan. "Mimpi apa?"

"Tidak tahu," balas Hinata. Ia masih terlentang sambil menatap langit-langit kamarnya. "Astaga ... mimpi apa itu? Sejak kapan Izaya jadi tukang roti? Semua orang menjadi gila. Dan si Alien itu? Kenapa dia bisa ada di mimpiku?" Lagi. Hinata kembali mengingat-ingat mimpinya barusan.

"Huh? Alien siapa?"

"Toneri."

"Ecieee ... memimpikan mantan rupanya. Bagaimana rasanya?" Sasuke menggoda, padalah dalam hati merutuk. Bisa-bisanya sang istri memimpikan mantan disaat tidur bersama dirinya. Di malam pernikahan pula. Belum lagi kedatangan pengganggu tadi malam.

"Apa sih?" Hinata melirik sekilas ke arah Sasuke, lalu merubah posisi berbaringnya menjadi miring, membelakangi suaminya.

Sasuke terkekeh pelan lalu melingkarkan tangannya di pinggang Hinata dan mengelus perut sang istri yang tengah berisi.

"Semalam Izaya datang. Dia menginap di sini," kata Sasuke sembari menghirup aroma khas bangun tidur Hinata. Acem-acem memabukkan hingga membuatnya sedikit tegang.

"Kenapa tidak membangunkanku?"

"Kau sudah tidur pulas. Aku tidak tega membangunkanmu."

"Hn." Hinata kembali memejamkan mata. Menikmati pelukan dan elusan suaminya. "Jam berapa sekarang?"

Sasuke mengambil ponsel yang tergeletak di atas nakas. "Jam 5," katanya seraya menyimpan kembali ponselnya.

"Aku mau tidur lagi sebentar."

"Masih mengantuk, hm?"

Hinata hanya mengangguk pelan tanpa membalasnya dengan ucapan.

"Kalau begitu tidurlah lagi. Kau memang harus banyak istirahat."

"Bangunkan aku jam 6."

"Baiklah."

Hinata kembali terlelap dalam pelukan Sasuke yang semakin mengerat.

.

.

.

.

.

"Izaya, kau sungguh tidak jadi tukang roti 'kan?"

Kedua bola mata Izaya kembali berotasi malas. Ini sudah kesekian kalinya Hinata menanyakan pertanyaan aneh itu. Sejak saat mereka sarapan bersama hingga kini mereka hanya berdua setelah Sasuke pergi beberapa jam yang lalu karena harus memenuhi acara ngidam Hinata.

(un)Defined ArrangementTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang