Too Late 2.

251 32 6
                                    

Flashback on

Sejak kejadian tali sepatu Jisoo, sekarang Jinyoung dan Jisoo terlihat sangat dekat. Padahal biasanya Jinyoung tidak pernah terlihat dengan seorang pun. Bahkan sekarang mereka berdua sedang mengisi form biodata yang diberikan wali kelas mereka.

Beberapa menit berlalu dalam diam hingga saat bersamaan Jinyoung dan Jisoo saling melirik form biodata orang disampingnya. Mereka bertatapan bingung. Takdir macam apa ini? Dua orang ini punya tanggal dan bulan lahir yang sama bahkan tahun lahir pun sama.

Jisoo melirik Jinyoung yang berjalan disebelahnya. Mereka sudah keluar kelas dan berjalan menuju lapangan belakang sekolah.

“Kebetulan sekali” Kata Jinyoung menyadari tatapan Jisoo padanya. “Dari sekian banyak tanggal, haruskah kau lahir di tanggal itu juga?” kalimat Jisoo seperti orang sedang kesal, tapi bibir gadis itu menampilkan sebuah senyuman. “Ayo kita rayakan bersama, 1 bulan lagi!” lanjut gadis itu.

Sejak saat itu, Jinyoung dan Jisoo menjadi jauh lebih mengenal satu sama lain dan semakin dekat. Setiap tahunnya mereka merayakan ulang tahun bersama, meniup lilin bersama sampai mereka menjadi mahasiswa dan mendapatkan gelar masing – masing. Tapi tidak pernah ada status dalam hubungan itu. Hanya saling melengkapi, saling menjaga, saling khawatir, dan saling menyimpan rasa yang semakin hari semakin dalam. Tetapi tidak ada nama untuk hubungan itu. Tidak ada yang memulai sampai akhir, karena alasan klasik ‘takut merusak persahabatan.’

Flashback off

Hyunjin menggeliat pelan digendongan Jinyoung, Jinyoung yang terkejut pun menepuk pelan bokong Hyunjin agar anak itu kembali tidur. Setelah yakin Hyunjin sudah tidur kembali, Jinyoung melirik wanita di sampingnya yang ternyata sudah tertidur dengan kepala terantuk kedepan. Ia tersenyum samar seraya membenarkan posisi tidur Jisoo, ia menggeser badannya dan meletakkan kepala Jisoo di bahu nya.
Jinyoung tersenyum samar “Seandainya saat itu, aku berani memulai lebih dulu.” Ucapnya seraya mengusap rambut Jisoo dengan sayang.

Jisoo menahan dirinya agar tidak menangis mendengar ucapan Jinyoung, sejak Jinyoung menggeser tubuhnya ia sudah bangun namun ia memilih pura – pura tidur karena untuk sesaat saja ia ingin merasakan kenyamanan nya bersama Jinyoung lagi. Bolehkah ia egois untuk saat ini.

Flashback on

Jinyoung dan Jisoo sudah bersahabat sejak masa putih abu abu, kini mereka bahkan sudah lulus dari kampus masing – masing dan mulai bekerja sesuai bidang mereka. Jinyoung saat ini berbeda dengan Jinyoung yang Jisoo kenal dulu, Jinyoung sekarang sudah pandai bergaul tidak lagi susah bersosialisasi.

Mereka bertemu saat jam makan siang di café, baru saja Jinyoung mendudukkan diri nya di hadapan Jisoo tiba – tiba wanita itu sudah berbicara. “Aku dijodohkan.” Ujar gadis itu.

Jinyoung kaget bukan main, niatnya hari ini ia akan mengutarakan perasaan nya pada gadis itu seraya merayakan ulang tahun mereka bersama, seperti tahun – tahun sebelumnya.

“Aku dijodohkan.” Ulang Jisoo. Jinyoung mengerjapkan mata nya “A-ah? Kau menerima nya?” tanya Jinyoung. Jisoo mengangguk, “Aku tidak ada pilihan lain, kau tahu keluargaku bahkan sudah menyiapkan segalanya.”

“Dengan siapa?” tanya Jinyoung parau, oh ayolah ia sedang mencoba terlihat kuat sekarang. Jisoo hanya melihat Jinyoung dengan tatapan teduhnya, “Kakak tirimu, Jaebum.” Jawab Jisoo.

Fakta pahit apalagi ini, kenapa seakan – akan takdir sedang mempermainkan hati Jinyoung. Kenapa bukan dirinya yang dijodohkan dengan Jisoo, kenapa harus kakak nya. Ia menyayangi kakak nya lebih dari apapun, tapi ia juga tidak ingin kehilangan wanita pujaan nya.

Jinyoung hanya tersenyum menanggapi, “Aku harus pergi, sebentar lagi aku ada rapat.” Ucap Jinyoung seraya berdiri dari kursinya. “Aku duluan.” Lanjutnya.

“Jinyoung-ah!” panggil Jisoo, Jinyoung hanya melirik gadis itu. “Bagaimana dengan tiup lilinnya? Bukankah kita akan merayakan ulang tahun kita bersama lagi?” tanya Jisoo.

“Aku sudah meniup lilinku tadi. Aku pergi.” Ucap Jinyoung dan kali ini ia benar pergi dari tempat itu menyisakan Jisoo yang terdiam.

Di tempat berbeda, dengan perasaan terluka yang sama. Kedua sejoli itu terdiam memikirkan mengapa takdir begitu jahat mempermainkan mereka.

Sejak saat itu Jinyoung dan Jisoo tidak pernah bertemu lagi, Jinyoung seakan menjauhi Jisoo jika ada kesempatan mereka akan bertemu, sampai akhirnya hari pernikahan Jisoo dengan kakak Jinyoung pun tiba.

Jisoo duduk di meja rias dan melihat pantulan wajahnya di cermin, tidak ada yang salah dengan wajahnya saat ini. Namun gadis itu merasa ada bagian dari dirinya yang kosong. Gadis itu terlalu asik dengan pikiran nya hingga tidak sadar bahwa wanita yang sedari tadi merias wajahnya sudah keluar digantikan dengan seorang pria bertubuh tegap dengan tuxedo nya.

Jinyoung tersenyum simpul melihat Jisoo, wanita pujaan nya terlihat sangat cantik hari ini namun sayangnya bukan ia yang akan menemani Jisoo di altar.

“Apa kabar?” tanya Jinyoung. Jisoo yang kaget dengan kedatangan Jinyoung pun terdiam.

Jinyoung berjongkok di hadapan Jisoo, gadis itu terlihat menahan air mata nya agar tidak jatuh saat itu juga. “Hei” panggil Jinyoung parau. Jisoo menolak melihat wajah Jinyoung. Dan Jinyoung pun menarik pelan dagu gadis itu agar mau menatapnya, runtuh sudah pertahanan Jisoo saat itu juga air mata nya berlomba lomba keluar sesaat setelah ia menatap kedua mata Jinyoung.

Jinyoung menghapus air mata Jisoo dengan ibu jarinya, “Jangan menangis.” Jinyoung berujar parau, ia sendiri bahkan sudah menahan tangisnya.

“Seharusnya kau senang. Sekarang kau tidak harus jauh – jauh datang untuk membuatkan makanan favoritku, aku juga tidak perlu repot menjemputmu lagi kalau kau ingin ditemani kemanapun. Kita satu atap, ingat?” Jinyoung berujar pelan, mencoba tersenyum pada gadis itu.

Jisoo semakin menangis mendengar ucapan Jinyoung, bahkan sekarang isakan nya mulai terdengar. “Aku harap kau selalu bahagia dengan – Jaebum hyung. Dia orang yang baik. Aku percaya dia bisa membuatmu bahagia. Aku pamit ya.” Jinyoung berujar seraya berdiri dan segera keluar dari ruangan itu. Sungguh ia sudah tidak kuat lagi menahan semuanya. Ia pun menutup pintu ruangan tadi kemudian jatuh terduduk di depannya. Menutup wajahnya dengan telapak tangan dan mulai menangisi takdirnya bersama wanita pujaan nya.

Flashback off

Jinyoung sedari tadi mengusap lembut rambut Jisoo, seakan ia takut jika ia berhenti melakukan itu ia akan jauh kembali dengan wanitanya. “Sudah tujuh tahun sejak kau menikah dengan Jaebum hyung dan aku masih saja menyalahkan diriku sendiri, seandainya saat itu aku berani memulai duluan pasti saat ini kita memiliki akhir yang bahagia bukan? Tapi, itu semua tidak mungkin. Aku menyayangimu, aku juga menyayangi Jaebum hyung, bahkan akupun menyayangi Hyunjin dan Yeji. Jadi aku tidak mungkin merusak kebahagiaan kalian. Maafkan aku yang terlalu pengecut ini, Jisoo-ya.” Jinyoung berujar lirih.

Jisoo menggigit bibirnya, menahan agar isakan nya tidak keluar saat itu juga. Jisoo menghapus air matanya dan mengankat kepala nya dari bahu Jinyoung, gadis itu merenggangkan tubuhnya seakan baru saja bangun tidur. Namun sesungguhnya Jinyoung tahu bahwa sedari tadi Jisoo mendengar ucapannya. Ia tahu bahwa Jisoo menangis karena  bahu nya sudah basah karena air mata gadis itu.

Baru saja Jinyoung ingin mengucapkan sesuatu pada gadis itu, namun suara pintu depan yang dibuka membuat ia kembali terdiam.

“Aku pulang.” Ujar Jaebum, ia tersenyum melihat istri dan adiknya ada di ruang tamu dengan anak  laki – laki nya digendongan adiknya.

Jisoo pun segera menghampiri Jaebum dan bertanya apakah ingin disiapkan air hangat untuk mandi dan Jaebum mengangguk setelah mengecup kening Jisoo.

Jinyoung yang melihat itu hanya bisa tersenyum samar, ia pun akhirnya menghampiri sang kakak dengan Hyunjin digendongannya.

“Apakah kau tidak lelah menggendong Hyunjin sedari tadi?” tanya Jaebum, ia memang paham bahwa anak laki – laki nya itu paling dekat dengan sang uncle bahkan banyak yang bilang wajah Hyunjin seperti perpaduan ia dan adiknya.

Jinyoung menggeleng sebagai jawaban dan menyerahkan Hyunjin pada sang kakak, Jaebum akhirnya menggendong Hyunjin dan membawa nya ke kamar.

***
END

ADUH AKU GABISA BIKIN ENDING YANG BAIK DAN BENAR JADI GANTUNG MULU, MAAFIN YAAAA HUHU SEMOGA KALIAN MASIH MAU BACA.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UntitledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang