Part 2

79.1K 3.3K 45
                                    

Aku masih menatap pria itu dengan tatapan membunuh, aku, Daniel dan dia berdiri berhadap – hadapan, tangannya masih memegang tangan Daniel sedangkan tanganku memegang tangannya yang dingin.

“Lo gak dengar kata gue, lepasin tangan lo” teriakku, dia masih tetap memegang tangan Daniel.

“Hon, kita pergi saja… aku muak dengan kelakuannya” aku menghempaskan tangannya dan menggenggam tangan Daniel dan berjaln meninggalkan restoran itu. Dinner sekaligus kencanku gagal total dan semua itu gara – gara bodyguard brengsek yang bernama Glen.

“Awas lo, gue adukan sama Daddy” kataku menghardiknya. Dia tetap diam dan mengikutiku. Aku sengaja berjalan dengan cepat. Daniel melepaskan tanganku dan melihatku.

“Lebih baik kamu pulang Hon, sepertinya ini sudah tidak membuatku nyaman” katanya pelan.

“Maksud kamu?”

“Pulang dan beristirahatlah.. seharian ini kamu sudah uring – uringan, aku jadi gak nyaman, besok kita bertemu lagi ya”

“Hon…” kataku yang mulai merasa bersalah

“Antar Helena pulang dengan selamat” kata Daniel kepada pria itu.

“Hon…”

“Aku naik dulu Hon, good night and love you”

“Love you too”balasku tidak semangat. Mataku tak berhenti memandang Daniel yang pergi setelah dinner dan kencan kami gagal total hanya karena 1 orang rese. Aku menatapnya dan mendekatinya, tidak ada terlihat gerakan sedikitpun, matanya tetap memandangku tanpa kedip dan tanpa nyawa, nafasnya pun tak terdengar hanya detak jantungnya yang bisa aku dengar keluar dari tubuhnya.

“I HATE YOU GLENSKY MANUSIA ES” setelah mengatakan itu aku menendang alat kemaluannya, emosiku langsung naik dan tanpa sadar aku bertindak kejam. Dan aku kaget melihat reaksinya, tetap seperti biasa, tetap berdiri layaknya patung.

“Apa tidak sakit?” tanyaku

Tidak ada respon.

“Fix gue bicara sama patung, okay…. Percuma pun gue buang – buang tenaga untuk membalas sakit hati gue” aku merapikan gaunku yang aku angkat khusus untuk menendangnya. Setelah rapi aku kembali berjalan dengan elegan menuju taxi, lebih baik tidak pulang dengan patung itu daripada lama – lama aku terkena serangan jantung akibat menahan amarah.

“Taxi” teriakku memanggil taxi

“Princess mobil sudah dipersiapkan”

“Pulang saja sendiri, gue malas satu mobil dengan manusia patung.. aduh apa – apaan ini, lepas gak… astagaaaaa Mommy, darimana Mommy dapat manusia ini” aku merasakan tubuhku melayang dan semua orang menatapku.

“Lepasssss” aku meronta sekuat tenaga tetapi tangannya masih tetap memegang pinggangku yang diangkatnya layaknya mengangkat karung goni.

“Maaf Princess…” dengan kasar dihempaskannya aku ke jok kursi mobil. Aku berusaha keluar tetapi pintu telah dikuncinya dan mobil ini diciptakan untuk membuatku tidak bisa kabur.

Saking kesalnya entah kenapa airmataku tiba – tiba turun, hal yang selalu aku lakukan ketika hatiku sakit tapi tidak bisa melampiaskan kekesalan. Aku menghapus airmataku. Seorang Princess Helena menangis hanya gara – gara Bodyguard rese yang sok oke.

“Gue mau ke Club Amora, kesana… buruan”

Pria itu memutar arah mobil dan membawaku menuju club malam langgananku. Ini sih yang sebenarnya membuat Mommy dan Daddy memberiku pengawal, kebiasaan burukku semenjak remaja, clubbing bersama teman – teman, aku memang berbeda dengan Kendra, aku bertipe wanita mandiri dan suka kebebasan tapi tidak liar, sedangkan Kendra tipe pria rumahan dan pecinta sastra. Kendra memang pantas menjadi Raja Negara ini, orangnya sabar dan tidak mudah emosi, sedangkan aku.. mudah meledak – ledak dan emosian.

13. Princess in LoveWhere stories live. Discover now