3

224 13 3
                                    

Jalanan nampak sepi namun, suara mesin motor saling mengadu di jalanan membuat jalan nampak ramai. 4 motor sport dan 2 mobil lamborgini kini saling beradu kecepatan di atas jalan, beberapa motor atau mobil yang ada di jalan raya mencaci maki pengemudi yang terlihat ugal-ugalan di jalanan kota Seoul.

KIMJEON SENIOR HIGH SCHOOL

Beberapa motor dan  mobil memasuki pekarangan sekolah elit milik Bangathan, siapa lagi kalau bukan The River yang diketuai oleh Yeonjun  dan beranggotakan adik-adiknya. Di sini Yura dan lainnya memiliki geng yang di sebut The River, sama seperti sungai mereka tenang namun menghanyutkan.

Sorak sorai fans fanatik para The River terdengar di sekitar parkiran, membuat Yura berdecik sebal.

"Itu mulut apa toa? Lancar bener ya nyerocosnya?" sinis Yura membuat semuanya kicep tak berkutik.

"Nah, gini dong dari tadi. Otak kalian tuh harusnya dipakai, jangan taruh di rumah."

Ucapan pedas Yura membuat sedikit demi sedikit fans The River hanyut ke dalam kelas mereka masing-masing dan membuat parkiran kosong.

"Ayo dek, kita masuk!" tutur Soobin dibalas anggukan oleh yang lain dan kemudian mereka masuk. Sepanjang koridor sekolah, decakan kagum para penghuni KIMJEON SENIOR HIGH SCHOOL  terus terdengar. Yang di kagumi? Hanya menampilkan  wajah datar dan tatapan tajam yang mematikan khususnya Soobin, Beo, Kai, Yeonjun dan Taehyun. Mereka berlima selalu waspada terhadap sekitarnya, berjaga-jaga agar tak ada satupun namja yang menyentuh 1 inci tubuh Yura.

Pluk!

"What's up Yu!" sapa Park Chanyeol teman kelas Yura dan dibalas tos oleh Yura. Yura memang jarang berbicara dan lebih mengunakan bahasa tubuh dibanding berbicara jadi jangan heran, kalau Soobin dan yang lain sih sudah terbiasa dengan sikap dan gerak gerik Yura.

"Oh, Chanyeol, gua kira siapa ... hampir kita tonjok lu!" tutur Kai sinis dan Chanyeol hanya menyengir. Memang Yura tak memperbolehkan teman-teman kelasnya di perlakukan  oleh psycopath mini keluarganya ini dengan semena-mena jadi mereka bisa bernafas lega dan menanggap Yura pahlawan mereka.

"Chan, dimana kak Jisoo?" tanya Yura to the point membuat Chanyeol kejang-kejang dan salto 13 kali di hadapan mereka. Hal ini membuat mereka takut dan berpikir kalau Chanyeol kerasukan, kecuali Yura yang hanya memasang wajah datar. Kepentok sifat Yoongi mah bebas berekspresi, iya kan?

"Chan, lu masih waras kan?" tanya Taehyun dengan grogi bahkan tubuhnya gemetar dan jantungnya dag dig dug inikah yang dinamakan cinta? Bukan oy! Author masuk ke dalam cerita.

"Saya baik dan Jisoo ada di kelasnya Yu." tutur Chanyeol tiba-tiba formal entah kerasukan apa dirinya. Yura langsung pergi meninggalkan Soobin dan lainnya terbengong akan kejadian tadi,

"Jangan katakan hal ini kepada siapapun!" tegas Kai dan langsung ke kelasnya.

"Iya gua  janji, nggak bakal, eh ... mereka lenyap seketika?" tanya Chanyeol kepada diri sendiri ketika melihat Soobin dan lainnya menghilang dalam hitungan satu kedipan mata. 

"Sepertinya julukan setan mereka cocok untuk mereka ...," tutur Chanyeol sembari menggelengkan kepala dan beranjak pergi.

Sementara itu di tempat lain

"Jadi dia target selanjutnya?" Sebuah suara menginterupsi di dalam sebuah ruangan putih polos yang menyala.

"Han Yura pewaris saham Bangathan Company dan  beberapa aset rahasia milik Ibunya." suara lainnya terdengar

"Ibunya? Hahaha, sepertinya penculikan kali ini akan sangat ku nikmati. Perlahan kebenaran akan terungkap dengan sendirinya, ini sangat menarik!"

"Kau mengenalnya?"

"Tentu, sangat bahkan."

"Baguslah, sepertinya rencana ini akan semakin mudah."

"Ya ... Han Yeri tak kusangka kau meninggalkan putrimu agar kutemukan dengan semudah ini. Han Yura hah? Atau harus kupanggil Jung Alleta? Hahahah ... "

[ Kantin ]

Yura kini duduk di kantin tadi ia tak jadi menuju ke kelas kak Jisoo, moodnya sedang tak baik.

Krek!

"Shit! Malam ini aku harus ke markas," tutur Yura kesal dan menggenggam erat kaleng minuman yang ia minum tadi hingga tipis dan langsung ia buang.

Tap

Tap

Tap

"Sebaiknya aku ke kelas, jam pelajaran akan dimulai." gumam Yura dan berjalan keluar kantin namun sepertinya nasib buruk menghampirinya.

BRUK!

"Wah, lihat siapa di sini?"

"Ah, Seulgi sepupu laknatku ... bagaimana kabarmu jalang?" tutur Yura dengan pedas membuat emosi Seulgi naik dan menyeret Yura ke gudang.

"Kita lihat kau bisa apa, anak payah!" teriak Seulgi dengan penuh emosi dan mengambil seember air yang kebetulan ada disitu dan menyiram Yura. Tak hanya itu, ia juga memukul Yura dengan balok kayu yang entah kenapa bisa berada disitu.

Bugh!

Bugh!

"Rasakan ini sepupu manisku!"

Bugh!

Bugh!

Dipukulnya perut, kepala, tangan dan kaki Yura tanpa ampun.

Bugh!

Bugh!

Puas dengan memukul, Seulgi menjambak rambut Yura dan mendorong kepala Yura ke dinding gudang membuat kepalanya berdarah. Tak puas ia merogoh saku seragamnya dan mengambil sesuatu kemudian

Brrttt!

"Argh!!" teriak kesakitan Yura. Setruman yang dikeluarkan oleh ah, entah apa nama alat itu. Yang pasti, rasanya sakit sekali. Pembullyan, itulah yang tak Yura sukai dan ia hindari.

"Rasakan itu sepupu manisku!"

"Seulgi ... kau!" teriak Yura emosi dan mulai menendang Seulgi hingga tersungkur, menjambak rambutnya dan memukul tengkuk kepalanya agar ia pingsan. Setelah Seulgi pingsan ia keluar dari gudang dalam keadaan setengah sadar.

Pusing. Itu yang ia rasakan, samar-samar ia melihat bayangan kakak-kakaknya berlari melewati lapangan dan menuju ke arahnya, namun belum sempat bayangan kakak-kakaknya itu menjamahnya, kegelapan datang menghampiri.

Satu kata di pikirannya, gelap.

"Kakak ... Oppa ... Oppa! Hiks ... Oppa ... hikss ... pabbo ... hiks disini gelap Oppa! Hiks ... Oppa dimana? Hiks ... Oppa!" teriakan furstasi Yura terus menggema di dalam kegelapan.

"Jangan lagi hiks ... Oppa h-hiks ... Oppa tolong Yura hiks! Oppa ... "

BAD APPA [ HIATUS ] 🔞Where stories live. Discover now