[💌] - You know there's no one...

1K 204 31
                                    

You know there’s no one, I can relate toI know we won’t find a love that’s so true

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

You know there’s no one, I can relate to
I know we won’t find a love that’s so true

"Hyung, sampai kapan kau akan menyiksa dirimu sendiri?"

Malam itu, Midam akhirnya kembali menangis. Ia yang biasanya akan tampak baik-baik saja di hadapan orang lain dan menyatakan bahwa semua akan baik-baik saja, nyatanya kembali runtuh malam itu. Ia menangisi keadaan yang sama sekali tidak dapat dirubahnya.

Keadaan bahwa hatinya enggan berpaling dari seseorang yang bahkan lebih dulu berpaling darinya.

Malam itu, ia tidak lagi sendiri. Minkyu menemaninya, memeluknya, dan berusaha menenangkannya. Midam sungguh berterimakasih pada semesta yang masih meninggalkan orang baik untuk menyaksikannya runtuh lagi malam itu.

Hatinya terasa lebih perih malam itu ketika Junho masuk ke ruangan, namun bukan dirinyalah yang dihampiri Junho. Lelaki itu menghampiri pemilik hatinya dan Midam masih belum cukup tegar untuk menerima kenyataan bahwa ia bukanlah lagi pemilik hati Junho.

Rasanya benar-benar masih seperti kemarin ketika Junho masuk ke ruang latihan untuk menghampirinya dan mereka akan berbicara banyak hal hingga mengantuk, tapi hari ini semua keadaan telah berubah. Junho tak lagi mengayunkan kakinya untuk menghampiri dirinya, melainkan orang lain.

"Hyung, dengarkan aku. Daripada terus menangis dan terluka seperti ini, hyung lebih pantas berbahagia. Mungkin memang bukan dengan dia, hyung. Mungkin dengan orang lain."

Dan orang lain itu belum Midam temukan. Ia masih mengarahkan seluruh hidupnya pada Cha Junho, seberapa banyak pun Junho telah menyakitinya. Ia tak pernah memikirkan banyak hal, karena pusatnya adalah Junho.

Apakah Junho makan dengan baik?
Apakah Junho tidur nyenyak?
Apakah Junho tetap sehat?
Apakah Junho merasa bahagia akhir-akhir ini?

Ia memikirkan Junho lebih banyak daripada ia memikirkan dirinya sendiri dan ia membenci kenyataan itu. Ia sungguh tak memahami mengapa ia bisa begitu bodoh untuk belum terbiasa hidup tanpa keberadaan Junho, meski nyatanya Junho telah terbiasa hidup tanpa dirinya.

Bahkan ketika ia memikirkan apakah Junho makan dengan baik, dirinyalah yang tidak makan dengan baik. Nafsu makannya menurun, bahkan sejak ia memasuki ruang makan dan melihat bukan dirinya yang duduk di samping Junho dan sesekali menyuapi lelaki itu makanan penutup.

Ketika ia memikirkan apakah Junho tidur nyenyak, justru dirinyalah yang tidur tidak nyenyak. Mimpi buruk selalu datang menghampirinya. Hangatnya pelukan Junho yang menjadi pengantar tidurnya bahkan masih terasa begitu hangat ketika mereka tak lagi bersama. Dan tidur tanpa pelukan Junho nyatanya membuat Midam merasa tidak lengkap. Ia rindu pelukan itu, ia merindukan Junho.

Ketika ia memikirkan apakah Junho tetap sehat, dirinyalah yang kala itu sedang tidak sehat. Ia demam tinggi malam itu, mengigaukan banyak hal yang bahkan tidak bisa ia kendalikan dari alam bawah sadarnya. Dan mungkin Junho adalah salah satu yang alam bawah sadarnya tak dapat kendalikan.

Nothing Like Us (FINISH)Where stories live. Discover now