Day 2 - Liontin Jingga

27 2 0
                                    


"Pagi guys!"

"Pagi!"

Masih digarut, hari kedua. Rencana mereka sudah matang, pergi ke pantai selepas subuh. Mengejar sunrise.

"Bangun sayang ih, ayok kepantai," Jingga menarik tangan Sam yang masih tertidur pulas. Sam memang paling susah dibangunin, dan dia juga yang paling sering ngantuk dan ketiduran.

Karena tidak berhasil dibangunkan Jingga, saatnya Cakra beraksi. Ia datang membawa segulung lakban dan sebuah gunting. Menarik Fajar yang berdiri di depan pintu, memintanya membantu.

"Ahh Sam mau diapain?" Jingga berontak tak tega, kekasihnya akan jadi korban kejahilan Cakra, lagi.

"Ri!" Cakra memberi kode pada Mentari untuk menahan Jingga agar tidak mengganggu. Mentari segera memeluk jingga dari belakang, menahannya sekuat tenaga. Cakra dan Fajar tertawa jahat, segera mengikat tangan dan kaki Sam, bahkan wajahnya akan menjadi target utama. Mentari ikut tertawa melihat tingkah mereka yang masih ke kanak-kanakan. Rasanya baru kemarin mereka jahil-jahil seperti itu dengan seragam putih biru.

"hahahaa.. Jidatnya Jar! Rambutnya sekalian." Tawa Cakra puas melihat Sam penuh dengan lakban. Tak lama, Sam terbangun dan menyadari tubuhnya tidak bisa bergerak bebas, bahkan mulutnya tertutup. Dia tak bisa berteriak, hanya bisa memelototi Cakra dan Fajar sembari berusaha bangun. Dalam hatinya mungkin segala kata kasar ingin keluar.

"Ah pacar gue kasihan." Ujar Jingga sambil membantu Sam membukakan lakban ditubuhnya.

"Cakraaaa! Otaknya gesrek tu anak! Sialan!" Jingga terus menggerutu.

"Bantuin dong, Cakra! Fajar! Sialan! Sunrisenya keburu tinggi! Aw!" sesekali ia menjerit kesakitan ketika lakban di tarik dari wajahnya.

"Ogah! Emang udah kesiangan dari tadi, lu tidur kaya kebo!" Ujar Cakra puas.

Mereka tak bisa melihat sunrise, malah terlalu asik ketawa ketiwi. Akhirnya mereka memutuskan berangkat siang menuju sore, agar bisa menikmati sunset. Pagi ini mereka habiskan menonton televisi saja, macam membuang-buang waktu liburan.

***

"Waaahhhhh pantaiiii!" Jingga turun dari mobil lalu berlari menghampiri ombak. Diikuti keempat sahabatnya yang langsung menjatuhkan diri dipantai.

Lagi-lagi Sam menjadi target kejahilan Cakra dan Fajar dengan mengubur seluruh tubuhnya dalam pasir. Sam terpilih menjadi korban, setelah kalah gambreng, padahal Fajar dan Cakra jelas berkompromi.

Jingga asik berselfi membiarkan kekasihnya dijahili. Sedangkan Mentari sibuk memotret keindahan pantai, juga memotret setiap momen bersama sahabatnya dengan kamera kesayangannya.

"Gak kerasa yah, hampir sepuluh tahun kita bareng-bareng," Mentari duduk ditikar, menghadap ketiga sahabat lelakinya yang sedang bermain pasir, berlatar pantai yang sangat luas terbentang.

"Iya, Ri, gue bersyukur banget punya kalian, lo ingat dulu gue gimana?"

"Anak pendiam, gak banyak ngomong, dan sekarang jadi centil banget, hahaa."

"Iya, waktu itu gue ngerasa dunia gak akan seseru ini tanpa Ayah, Ayah meninggal dan ibu harus bekerja, gue selalu kesepian."

"Liontin dari bokap lo mana?"

"Ini." Jingga mengeluarkannya dari kerah baju.

"Lo selalu cantik dengan liontin itu, Ga, gue dulu ngerengek sama bokap gue, pengen dibeliin liontin kaya gitu, tapi gak nemu sampai sekarang."

"Iya, liontin ini kan dibikin sendiri sama Ayah, dari batu onyx, waktu ayah kerja dipertambangan sebelum akhirnya meninggal disana."

"Ayah lo sayang banget sama lo, Ga, dia pasti senang diatas sana melihat anaknya tumbuh jadi gadis cantik dan baik."

Luka SemestaWhere stories live. Discover now