Part 6

7 0 0
                                    

Sore itu aku pergi ke perusahaan pak john. Ben nggak bisa mengantarku, jadi aku mencarinya sendiri hingga menghabiskan waktu dua jam untuk mencari perusahaan ini. Kebetulan, letaknya agak jauh dari kampus. Aku harus dua kali ganti angkutan umum untuk sampai ke tempat ini.

Dan di sinilah aku, di ruangan pak john. Wajahnya tampak lebih muda dari pak houtman, kira – kira ia lebih muda sekitar 4 tahun dari pak houtman. Badannya tegap, kulitnya agak gelap, tapi ia terlihat ramah.

Ia menjelaskan apa yang harus aku lakukan. Ia memberi konsep yang ia inginkan dari apartemen yang akan ia bangun. Apartemen yang akan ia bangun terdiri dari tiga buah gedung tinggi 30 lantai. Di tengah – tengah ketiga gedung tersebut, ia ingin membuat sebuah taman besar yang akan ditumbuhi dengan rumput – rumput hijau di seluruh tanah, di pinggirnya diberi tanaman yang berbunga. Di tengah taman akan dibuat kolam yang diberi jembatan. Taman ini dibuat untuk tempat bersantai, maka akan banyak kursi yang diletakkan di taman itu.

Aku suka dengan konsepnya, sangat bagus. Tapi, ia hanya memberiku waktu selama satu bulan. Aku ragu aku bisa menyelesaikannya sedangkan ashton nggak mau membantu.

" Ben, gue udah ketemu pak john. Konsepnya bagus sih, tapi dia Cuma kasi waktu satu bulan. Bisa nggak ya gue slesein? Ashton marah, dia nggak mau bantuin." Aku langsung menelepon ben saat aku keluar dari ruangan pak john.

" Loh, kenapa ashton? Dia tetep harus bantuin lu, atau dia bakal di D.O sher, lu bilang aja sama ashton, kalo dia nggak mau bikin proyek ini bareng lu, suruh aja dia bilang ke houtman." Aku berpikir sejenak. Percuma, dengan begitu ashton akan di D.O, dan aku tetap akan membuat proyek itu sendiri.

" Percuma ben, nggak ada gunanya bilang ke houtman. Ya sudalah, bye.." aku mematikan handphoneku dan berjalan keluar dari gedung itu.

" Ma, aku pulang." Aku masuk ke rumahku yang sederhana tapi tampak bersih dengan dinding putih. " Koq baru pulang jam segini?" Tanya mama dengan pandangan menyelidik. " Tadi di kafenya lama ma, lagi rame." Aku berbohong pada mama. Kalau mama tahu aku sedang mencari cara untuk membayar uang kuliah dengan membuat proyek dari suatu perusahaan, mama pasti menolaknya mentah – mentah. Mama dan papa takut kuliahku berantakan. mereka tahu aku sangat ingin menjadi arsitek, dari dulu nggak boleh ada hal yang mengganggu kuliahku.

Aku masuk ke kamarku di lantai dua. Tubuhku sangat lemas, ingin rasanya merebahkan tubuhku di kasur dan langsung tidur. Tapi handphoneku berbunyi, sms dari prince-ton.

'Hai,lg ngpn?'

Aku membalasnya dengan singkat sambil merebahkan tubuhku di kasur. Kemudian aku menutup mataku beberapa lama. Ia memang tau saat – saat tepat untuk menggangguku, ashton. Kali ini ia menyanyi dengan memetik gitarnya. Lumayan bagus, tapi tiba –tiba ia berhenti menyanyi. Sms masuk lagi.

'Knp cpk?abis ngpn?hr ini gw bt. Td ada ce jutek yg dtngin gw.sumpe deh,liat mukanya aja bikin gw sebel!'

Aku mengerutkan kening membaca smsnya. Hari ini aku juga kesel sama cowok, ashton maksudku. Kebetulan sekali kami memiliki perasaan yang sama. Aku menceritakannnya pada prince-ton, dan ia pun heran kami sama – sama sial hari ini. Kami terus melanjutkan perbincangan sampai aku tertidur.

* * * * * *

" Heh, ekor kuda, nggak ada model laen ya? Tiap hari rambut gitu terus, bosen gue ngliatnya. Jelek lu." Aku menoleh, memandang sebal pada ashton yang sedang berada di belakang setir pagi ini. " Urusan gue, rambut gue. Kenapa lu yang protes?!" Aku menjawabnya dengan ketus.

" Makanya lu masih nggak laku sekarang."

" Biarin. Daripada kayak lu, sok laku, godain puluhan cewe, tapi satu pun nggak ada yang bermutu." Sekarang gantian ia yang memandangku dengan kesal.

Am I a Cinderelaحيث تعيش القصص. اكتشف الآن