Part 4

213K 11.3K 27
                                    

"Saya nggak menyebut Om seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya nggak menyebut Om seperti itu. Kalaupun Om merasa, tanyakan pada diri Om sendiri."

Nevan berdiri, menyalimi Papa Aleta yang kali ini sudi menyambut uluran tangannya.

"Saya harap Om juga paham, kalau waktu yang telah berlalu nggak bisa diulang kembali," pungkas Nevan sarat akan makna. Senyum tipisnya pun tak luput tercetak sebelum meninggalkan lokasi rumah Aleta.

***

Sepulang dari rumah Aleta, Nevan harus berhadapan dengan sang papa yang tiba-tiba menginterogasi lewat tatapan beku yang sudah lama tak Nevan tangkap.

"Mama udah tidur?"

"Papa mau nanya."

Bukannya menjawab pertanyaan pengalih yang sengaja Nevan lemparkan, Pak Surya malah balik bertanya.

"Siapa perempuan di apartemen kamu?"

Nevan menyederkan bahunya di sofa berbeda ukuran dengan yang diduduki papanya.

"Kalya, anak Panti Asuhan Gemintang. Papa nggak kenal?"

Surya Wirabuana coba mengingat-ingat gadis bernama Kalya yang Nevan sebut. Kalya. Kalya. Kalya. Oh, dia anak perempuan yang pernah Ibu Bintang kenalkan. Sekitar satu tahun yang lalu, untuk pertama kalinya ia berkunjung langsung ke panti itu. Biasanya hanya diwakili oleh Rizal, orang kepercayaannya, biasa pula Nevan yang menggantikan.

Kala itu, ketika anak-anak panti sedang berbaris untuk bersalaman, mereka maju berurutan dari yang berusia paling muda hingga paling tua. Di barisan paling belakang, Kalya bak sedang mengantre menerima sembako saat menunggu giliran untuk menyalimi Pak Surya. Tentu saja dia sangat gembira bertemu donatur paling sering memberi santunan kepada panti asuhan mereka- oh iya ... sebagai pemberi donasi terbanyak pula.

Oleh karena terlalu excited bertemu dermawan nan murah hati, ketika tiba giliran selangkah lagi berdiri di depan Pak Surya, Kalya tiba-tiba terjungkal di lantai karena tersandung kakinya sendiri. Dia harus menahan malu sebab ditertawai oleh orang-orang yang ada dalam panti. Kalya menutup wajahnya dengan telapak tangan yang malah semakin membuat orang di sekitarnya tergelak. Namun, sekian detik setelah itu Kalya merasa bahunya disentak untuk berdiri dari posisi duduk yang tak indah.

"Ayo, Nak, berdiri."

Kalya sangat kaget hingga rasa malu yang sebelumnya melingkupi malah mendadak hilang digantikan rasa senang. Dengan telapak tangan tremor, Kalya menyalimi Pak Surya, tidak lupa mengucapkan terima kasih yang teramat banyak atas keikhlasannya.

Pak Surya ingat wajah malu-malu gadis itu.

"Oh ... Papa ingat wajahnya."

Napas Nevan berangsur keluar beriring kelegaan yang ia rasakan. Papanya pasti tidak akan berpikiran macam-macam lagi.

"Baguslah kalau Papa ingat. Entar malah salah sangka terus mikir yang nggak-nggak."

"Kamu pikir Papa nggak mikir yang nggak-nggak setelah kamu kasih tahu siapa perempuan di apartemenmu itu? Tentu aja otak Papa heran kenapa kamu biarin dia tinggal di apartemen yang biasa kamu tinggali."

Dependencia (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang