Warna di Masa Lalu

28 0 0
                                    

(Oleh Windwoof)

Seperti biasa, weekend-ku hanya dihabiskan dengan tidur di kasur, sembari menikmati suguhan lelucon garing yang ada di layar hp berukuran 16 x 6 cm. Namun, semua itu berakhir ketika teman ku datang ke kamar dan mengajakku ke hutan kota yang tak jauh dari perumahan kami.


Tak ada salahnya pikirku. Kami pun berangkat ke sana. Hanya 5 menit dari rumah dengan berjalan. Seingatku, terakhir menginjakkan kaki ke dalam hutan ini adalah 15 tahun lalu.


Berjalan pelan, melihat pohon, sesekali terperangah ketika ada serangga cantik, dan mencoba beri-berian hutan adalah hal yang kami lakukan ketika di sana. Ya, hal kecil yang tak ku sangka-sangka telah melahap waktu, setidaknya hingga kami sadari kalau kami sudah terlalu menjorok ke dalam.


Karena lelah, kami mencari tempat untuk bersandar. Dan pilihan kami jatuh kepada reruntuhan batu yang di sekitarnya tidak ditumbuhi tetumbuhan. Hanya serasah yang menutupi lantai batu berwarna krem kelabu.


Reruntuhan batu itu berwarna kusam diliputi dengan benang-benang hijau, alga sepertinya. Sambil istirahat, kukelupas kumpulan benang hijau itu. Dan kudapati warna pastel kusam dari warna reruntuhan. 


Kupanggil temanku yang sedang makan kudapan sembari bersandar. Ketika ia melihat, matanya berbinar. Dilucutinya benang hijau di setiap reruntuhan batu di sekitar. Dan reruntuhan itu menampakkan warna aslinya, warna pastel hijau, biru, merah, oranye, ungu, kuning, dan abu-abu. Sesekali terdapat kristal berkilap yang terpatri dalam batu itu.


Ya, kami penasaran. Reruntuhan apa ini, apakah dulunya sebuah bangunan atau sisa kerajaan, kenapa terletak jauh di dalam hutan, dan kenapa reruntuhan ini memiliki beragam warna dan kerlipan kristal yang menyilaukan mata.


Kami melakukan investigasi lebih lanjut, menyapu semua serasah yang ada di lantai batu, mengangkat seluruh alga nan lembap dari reruntuhan batu yang lebar, dan akhirnya kami menemukan potongan gambar di salah satu bebatuan, berbentuk segitiga penuh warna.


Mata kami bertemu seusai menemukannya. Namun, pancaran penasaran itu hilang seiring adanya tetesan air dari langit. Kami pun lari pulang, menunggu kelanjutan hari ini di esok siang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 19, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Menara Warna-warniWhere stories live. Discover now