15.

11.6K 479 10
                                    

Pagi ini, kurasakan perut ku sangat sakit, rasanya juga seluruh benda disekitarku berputar, tangan ku gemetar dan...aku memuntahkan semua isi perutku sekarang.

Entah ini sudah keberapa kalinya aku muntah dipagi ini.

Aku menyenderkan kepala ku dikepala kasur, mama sedari tadi selalu mendampingi ku.

"kamu hamil syifa? Atau bener bener sakit?" ucap mama heran, tak biasanya aku seperti ini.

"masuk angin kayanya mah, paling habis ini ilang kok sakitnya, cuma butuh istirahat aja"

"iya istirahat, tapi kamu juga perlu makan syif" ucap mama sambil memijat kaki ku.

"iya mah, syifa ngantuk, syifa tidur ya mah"

---

Makin hari rasanya makin lemah saja tubuhku ini, bahkan sekarang, aku sudah tidak kuat untuk berdiri apalagi duduk.

Aku berkali kali mengerjapkan mata ku dan menguceknya sesekali.

Menatap pria yang kini sedang tertidur memeluk ku.

Aku melepas paksa pelukannya, sampai rizky terbangun dan tersenyum pada ku.

"udah bangun? Aku baru aja sam--"

Aku meninggalkan rizky sendirian dikasur menuju keruang keluarga.

Rasanya aku malas melihat muka rizky, yang ada aku ingin memukul dan menjambak rambutnya.

"kamu kenapa sih sayang? Ada masalah? Cerita sa--"

"aku gamau dipeluk gini, lepas." ucap ku ketus membuat rizky tambah mengeratkan pelukannya.

"IIIHH! Kamu tau sesek ga sih? Dibilang aku gamau dipeluk" aku berontak, dan mau tidak mau, rizky harus melepas pelukannya.

Aku berjalan kembali kearah kamar, menutup seluruh tubuhku dengan selimut.

"kamu kenapa ngirim surat cerai?" ucap rizky disamping lemari baju, ia mengangkat tinggi tinggi amplop coklat muda ditangannya.

"ini semua bisa kita bicarin syifa, tapi yang pasti...aku gabakal tanda tanganin ini sampai kapan pun, karena ini bukan jalan satu satunya" ucap rizky lalu merobek kertas itu ditangannya.

"kamu harus bahagia rizky, dan bahagia kamu bukan aku"

"yang tau aku bahagia sama siapa tuh cuma diri aku syifa. Jangan paksa aku pergi ninggalin kamu"

"apalagi sih rizky? Aku udah mau menikah sama kamu bukannya itu udah lebih dari cukup? Bahkan aku mengorbankan pekerjaan ku, yang aku rintis dari nol. Sekarang apa lagi?"

"aku udah pernah bilang, aku gamaksa kamu ngelepasin pekerjaan kamu."

"kamu tau? Seharusnya sekarang aku mengandung rizky. Tapi apa? Sampai sekarang aku belum merasa aku akan mengandung, kamu berhak bahagia terus dapet buah hati rizky"

"iya aku berhak bahagia, aku berhak punya buah hati. Tapi aku mau, ibunya itu kamu, bukan orang lain"

"aku...gabisa..."

"kamu bisa syifa, cuma tuhan belum kasih kita kepercayaan buat dikasih buah hati, kita hanya perlu bersabar"

"iya, aku ngerti. Tapi tolong, izinin aku tinggal dan nenangin diri aku dirumah mama, kamu bisa pulang kerumah mamamu juga. Sampai kita bener bener tenang" ucap aku membuat perubahan raut muka dimuka rizky. mukanya merah seperti menahan marah dan tangannya ikut mengepal. tak lama ia mengganti bajunya dan mengambil kopernya dengan kasar dilemari.

DREAM.Where stories live. Discover now