Kisah Nyu dan Aya

2 0 0
                                    

"Aya, mulai besok aku cuma bisa nemenin kamu main kalo Sabtu-Minggu aja ya," kata Nyu.

"Lho? Kenapa?"

"Soalnya Senin sampai Jumat aku sekolah. Kata Mas Damar, sepulang sekolah biasanya harus bikin PR. Jadi kita nggak bisa main bareng deh."

"Kalo gitu Aya juga mau sekolah, sama kayak Nyu!"

"Eh?"

"Bentar, Aya bilang Mama dulu ya!"

"Mama! Mama!" seorang gadis kecil berusia 5 tahun menghampiri ibunya.

"Aya, pelan-pelan sayang. Jalannya pelan saja, Mama di sini," jawab ibunya.

"Mama! Aya juga mau sekolah. Aya mau sekolah kayak Nyu. Boleh ya, Ma?" ucap gadis itu antusias.

Sang ibu hanya tersenyum, mengelus puncak kepala putrinya.

"Tapi Aya belum cukup umur untuk sekolah, sayang. Kalau Nyu kan sudah 7 tahun, sudah waktunya sekolah. Aya main sama Mama saja ya kalau Nyu sekolah, bagaimana?"

"Tidak mau.. Aya mau sekolah sama Nyu, Ma.." jawab si puteri, air mata sudah menggenang di pelupuk matanya.

Sang ibu kemudian memeluk puteri semata wayangnya tersebut. Aya, puterinya, takut kesepian. Selama ini ia hanya berteman dengan Caraka Abimanyu, anak tetangga depan rumah yang 2 tahun lebih tua dari Aya. Mereka begitu dekat, karena sejak Aya lahir, si kecil Caraka sering main ke rumah. Mau main sama adik bayi lucu, katanya.

Anak-anak memang menggemaskan, bukan?

Seiring berjalannya waktu, Aya dan Raka selalu main bersama. Sebagai anak yang lebih tua, Raka selalu menjaga Aya. Karena Mas Damar dulu juga selalu menjaganya ketika mereka main bersama. Damar yang melihat adik kecilnya begitu menjaga Aya diam-diam merasa bangga juga. Berhasil juga dia memberikan teladan baik untuk si Raka yang bandelnya minta ampun itu.

***

"Kamu ga mau main sama yang lain, hm?"

Aya hanya menggeleng.

"Kenapa?"

"Aku gamau main sama orang yang baik di depan, hina-hina di belakang."

Raka mengerutkan alisnya. Aya masih diam saja, menatap langit. Mereka sedang duduk di taman, sepulang sekolah.

"Ada satu cewek yang bilang ke temen-temennya, aku bukan anaknya Mama. Anak pungut, katanya. Ngapain aku main sama orang yang bahkan benci sama aku, Nyu?"

Ngga bisa dipungkiri, Raka juga kaget mendengarnya.

"Siapa bilang kamu anak pungut? Orang aku sama Mas Damar tau kamu dilahirin sama Mama. Ck ada-ada aja sih."

Raka kesal, iya. Ngga habis pikir juga, anak sekolah dasar kayak mereka ini bisa banget mikir scenario hujatan sejauh itu.

"Yang lain gitu semua?"

Gadis bernama Aya itu mengangguk lagi.

"Ya kan cewek sekelas mainnya sama anak itu juga, Nyu."

"Yaudah main sama aku aja deh. Mau main sama Wira, Dana juga. Sekarang, ayo pulang."

***

Di dalam sebuah kelas, terdengar riuh tawa beberapa siswa. Ya, sekarang sedang jam kosong. Siswa hanya diberi tugas, karena para guru sedang rapat.

"Ayo, ambil sini bukumu!" teriak seorang gadis.

Yang bukunya diambil hanya diam. Menit berikutnya, gadis yang mengambil bukunya berulah lagi. Kali ini tasnya. Karena sedang terbuka, ia menumpahkan semua isi tas dari temannya sembari tertawa mengejek.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 01, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Bienvenue!Where stories live. Discover now