6.1 : why him?

28 8 12
                                    

jalanan cukup lengang. seharusnya itu membuat kayla lebih cepat sampai dirumah, tapi sudah satu setengah jam mereka masih berada dijalan raya.

walau begitu, kayla tidak menyadarinya karena sedaritadi ia melihat keluar jendela dengan pikiran yang entah pergi kemana.

"woy," panggil mark. tak ada jawaban dari kayla.

akhirnya mark mengulurkan tangan kirinya dan menepuk bahu kayla hingga kayla sadar dan akhirnya menoleh.

hanya menoleh, tanpa berkata apapun.

"masih marah lo sama gue?" tanya mark yang masih meluruskan pandangannya kejalanan.

"menurut lo?"

"alah, lebay banget sih lo. lagian masih aja baik sama mantan, lo gak sadar juga si jae—"

"mark! udah deh, lo tuh selalu ngurusin urusan yang bahkan bukan urusan lo. bukan buat itu membaik, tapi justru memburuk. gue tanya sama lo sekarang, ada salah apa gue sama lo? sampe lo gak henti-hentinya ganggu gue? ngerusak hubungan gue? gue salah apa sama lo? sefatal apa kesalahan gue sampe gue gak bisa hidup tenang setiap ada lo?"

"lah? kenapa lu, kay?"

kayla menatap mark tajam, "dari awal, kalo emang lo gak mau ya gak usah nganter gue. haechan janjiin apa sama lo sampe lo mau nganter gue?"

"kok lo jadi sensian gini?"

"gue cewe mark! gimana pun itu perasaan gue gak beda sama cewe-cewe lain! lo tuh orang konyol yang pernah gue temuin, tau gak?!"

mark terdiam. menurutnya kata-kata tak akan bisa melawan kemarahan kayla saat ini. ia berbelok, mengarahkan mobilnya ke suatu tempat. tempat yang harusnya diisi dengan orang-orang yang bahagia.

"anter gue pulang mark, bukan kesini."

"ayo turun," ujar mark saat sudah memarkirkan mobilnya ditempat aman dan mematikan mesin mobilnya.

kayla hanya diam. mark menghela nafasnya dan keluar dari mobil. lalu beralih ke sisi lain mobil dan membukakan pintu untuk kayla lalu menarik tangan gadis itu lembut, membuat kayla sedikit terkejut.

kayla tidak melawan, juga tidak marah. ia masih heran dengan mark yang sekarang sedang menggenggam erat tangannya sembari memimpin jalan.

mark dan kayla memasuki antrian diloket pembelian tiket. antriannya tak begitu panjang jadi mereka tak harus menunggu lama-lama.

mark melirik kayla dengan tatapan yang tidak bisa dijelaskan, lalu maju satu langkah, membuat dirinya langsung berhadapan dengan sang pegawai loket.

"2 tiket premium."

tak perlu waktu lama, dua tiket premium pesanan mark sudah berada ditangannya. mark kembali menggenggam tangan kayla dan menuntunnya untuk masuk ke area tempat tersebut.

tempat ini adalah area permainan wahana dan juga pameran makanan yang diadakan setiap tahun.

"mau naik yang mana dulu?" tanya mark, membuat kayla hanya menoleh kearahnya dengan tatapan yang masih terlihat bingung.

mark kembali menghela nafasnya dan menuntun kayla menuju salah satu wahana.

komedi putar.

salah satu hal hebat ketika memiliki tiket premium adalah mereka tidak usah mengantri untuk menaiki setiap wahana yang ada disana karena memang ada jalur khusus untuk pemilik tiket tersebut. tapi harganya memang dua kali lipat lebih mahal dari harga normal. masalahnya, harga normalnya saja sudah terbilang mahal.

setelah komedi putar, mark langsung menuntun kayla ke wahana selanjutnya. roller coaster. siap atau tidak, kayla harus mau. karena salahnya sendiri tidak mau memilih wahana.

The Greatest Enemy ⇁ Mark LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang