cerita kesembilan

3.6K 347 5
                                    

Taehyung masih merasa kecelakaan itu terjadi dihadapannya meski dirinya sudah berada dalam dekapan sang ayah Tahyung tetap tidak bisa tenang. Taehyung merasa seharusnya dirinya membiarkan saja bola basket itu, atau bahkan dirinya saja yang tertabrak dan terluka. Telinganya bahkan masih bisa mendengar dengan jelas suara tabrakan yang menyakitkan itu. Taehyung juga masih bisa melihat darah Jungkook yang berceceran dijalanan. Semua itu masih memenuhi isi kepalanya.

Taehyung tidak bisa mengukur kelegaan hatinya saat Jungkook masih ada dihadapannya saat ini. Iya, kini mereka berdua sedang bersama meski yang satunya sedang kesakitan.

Sebenarnya Taehyung harus berusaha untuk menguatkan kembali hatinya untuk melihat kondisi Jungkook. Ini sangat tidak mudah untuknya. Tangisnya belum bisa reda dan semakin membuat wajah tampannya itu berantakan. Saat ini kedua mata Taehyung yang sudah sangat sembab itu masih fokus memperhatikan keadaan sang adik yang tertidur karena sakitnya.

Taehyung tidak bisa membayangkan bagaimana jarum dan selang-selang itu seperti menjerat adiknya. Itu pasti menyakitkan untuknya. Taehyung seharusnya bisa mencegah itu semua. Seharusnya...

"Jung", panggil Taehyung dengan suaranya yang masih tercekat, ah...sekujur tubuh adiknya terluka dan Taehyung kembali harus merasakan dadanya sesak saat melihat kedua kaki Jungkook yang terpasang gips.

Seketika Taehyung merasa bahwa Jungkook akan sangat sedih jika tau kakinya sesakit itu. Sepasang kaki adiknya yang ia gunakan untuk bermain basket bersama Taehyung kemarin.

Taehyung semakin meremat kesepuluh jarinya yang terasa semakin dingin itu. Terlalu banyak hal yang sebenarnya ingin Taehyung katakan pada Jungkook, tapi nyatanya Taehyung masih belum bisa untuk itu.

Taehyung akhirnya memilih untuk mendekatkan wajahnya dengan wajah Jungkook, yang semakin membuat Taehyung kesal karena diwajah adiknya pun banyak alat yang menutupi wajah manis adiknya.

Sekali lagi Taehyung meneteskan air matanya dengan isakan kecil yang keluar dari mulutnya.

"Kau harus selalu berjuang untuk sembuh. Kami semua sangat sakit karena melihatmu hanya terbaring seperti ini. Apa lagi Kak Yoongi, kau tidak mau membuatnya semakin sedih, kan? Karena itu, kau harus segera bangun dan melihat betapa dia sangat sayang padamu, Jung"

Taehyung menyeka air matanya kasar dan kembali menghela nafasnya perlahan.

"Aku melihatnya sendiri. Kemarin Kak Yoongi bahkan seperti bukan Kak Yoongi yang aku kenal dia begitu terpukul karena kecelakaan ini. Dan aku penyebabnya Jung. Maafkan aku sudah membuat Kak Yoongi sesedih itu. Jika sesuatu yang buruk terjadi padamu, maka aku bisa pastikan aku tidak akan bisa bahagia lagi dan Kak Yoongi akan lebih rapuh dari pada semalam"

Taehyung menundukkan kepalanya dalam. Terlalu menakutkan untuk memikirkan hal itu disaat seperti ini. Tapi Taehyung juga tidak bisa mengusir fikiran buruk yang sudah bersarang di kepalanya.

"Mama bilang padaku semalam, Jung. Dia banyak bercerita tentangmu. Mama ingin kau segera bangun dan tersenyum padanya. Dia rindu padamu, Jung"

Taehyung mendekat di telinga sang adik, mencium pipi sang adik dengan lembut lalu bersuara kembali "Sembuhlah, Jung. Aku tidak suka melihatmu begini" . Setelah itu Taehyung memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.

Setiap langkah kakinya saat ini terasa sangat berat. Kepalanya juga tidak bisa dia tegapkan seperti biasanya. Taehyung merasa dirinyalah penyebab semua kekacauan ini. Fikirannya berkecamuk dan semakin menyakiti hati dan fisiknya. Dia tidak tau harus melakukan apa sekarang.

Sampai pada akhirnya dia mendudukan dirinya pada salah satu deret kursi kosong di lorong rumah sakit itu. Taehyung mengeluarkan ponselnya, terdapat banyak panggilan dan pesan dari papanya. Iya Taehyung tau papanya sangat khawatir kalau Taehyung berbuat macam-macam.

Selepas hal gila yang Taehyung lakukan semalam, mengamuk dan berteriak ingin bunuh diri, Taehyung dihadapkan pada kenyataan kembali ketika papanya berteriak

JIKA KAU MATI, MAKA PAPA JUGA AKAN MATI

Seketika Taehyung sadar, saat ini hanya dirinya yang papa punya begitupun sebaliknya. Wajar jika papanya seperti itu. Taehyung tidak boleh egois.

Taehyung harus melihat Jungkook sembuh. Jadi dia harus panjang umur.

Taehyung saat ini masih memainkan ponselnya dan melihat fotonya bersama Jungkook sebelum dia pamit pulang saat sang mama sedang mengunjungi mereka untuk makan malam.

Senyum Jungkook selalu secerah itu. Dan kini senyum itu tersembunyi dibalik selang ventilator di wajahnya.

Taehyung mendekatkan ponsel miliknya itu kewajahnya, ia memejamkan matanya dan kembali ingin melihat senyum itu saat ini meski hanya di hayalannya saja. Senyum Jungkook yang mampu menyembuhkannya dari rasa sesak dan sakit yang saat ini masih belum reda.

Tapi itu tidak berhasil, justru Taehyung malah semakin merasa ketakutan dan sangat ingin memeluk Jungkook sekarang juga!

"Tidak, Jung. Tolong jangan buat fikiran buruk ini menjadi kenyataan. Kau harus selalu bersama kami. Aku harus menjadi kakakmu lebih lama lagi. Aku ingin kau sembuh. Itu saja"

Isakan tertahan itu kini berubah menjadi tangis kembali. Taehyung bahkan tidak peduli saat ini dia sedang diperhatikan oleh banyak orang dengan rasa iba.

Tuhan. Jangan ambil adikku. Ibu sudah bersamamu, jadi adikku harus tetap disini bersamamaku. Aku janji akan menjaganya, aku tak akan membiarkan ini terjadi lagi. Tuhan, kumohon jangan.

-taehyung

Stay Alive for Me (YoonKook) || CompletedDonde viven las historias. Descúbrelo ahora