Prolog

778 46 7
                                    

Apa yang kamu pikirkan, ketika kamu mendengar kata 'Bulan dan Matahari'?

Mungkin kamu berpikir, Bulan dan Matahari hanyalah benda langit yang terletak pada Galaksi Bima Sakti.

Atau adakah yang berpikir, Bulan dan Matahari itu... sesuatu yang hanya bisa saling melengkapi, namun tidak pernah bisa bertemu?

Seli memikirkan hal itu semalaman. Berusaha memecahkan pertanyaan konyol dari Ali itu. Seli tidak terlalu pandai bahasa. Ia sempat bertanya pada Raib, namun Raib tidak mau membantu. "Pikir sendiri. Kelak kamu akan menemukan filosofi Bulan dan Matahari," katanya.

Kepala Seli hampir pecah rasanya. Ia menjambak rambutnya pelan. Melirik ke arah jendela. Senja hampir usai. Seli menatap lamat-lamat pemandangan matahari terbenam kesukaannya itu.

Kegelapan datang. Dan Seli masih berpikir. Bintang yang mulai bermunculan, berkerlap-kerlip silih berganti. Sang Bulan yang mengintip dari kejauhan--menelisik sang Matahari yang segera pergi.

Mungkin benar. Seli telah menemukan jawaban dari pertanyaan konyol itu hanya dengan menatap kepergian sang Matahari kesukaannya itu.

Seli tersenyum. Ada sesuatu yang tidak bisa dipaksakan, seperti Matahari dan Bulan. Sekuat apapun perasaannya, segigih apapun ia mencari, mereka tak ditakdirkan untuk berpelukan.

Dan, ya. Lagi-lagi Seli harus menerima kenyataan pahit tersebut.

Kisah tentang pengorbanan, tentang ketulusan, tentang keikhlasan, persahabatan, dan tentunya tentang mereka berdua, Seli dan Ily.

Uhuk--

Halo, ff ini kembali <3 ceritanya aku rombak sedikit gapapa, ya?
Btw ini nggak ada fantasinya karena aku bingung😭

Happy reading!

CoffeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang