41. The Past Hurt

7.9K 1.1K 42
                                    

Masa kecil gue nggak seindah masa kecil anak-anak lainnya. Apalagi di masa-masa sekolah dasar, itu adalah masa-masa suram di hidup gue. Kalau anak lain dikasih kesempatan untuk mengulang sekolah dasar karena hidupnya yang masih sangat simpel dan hanya melakukan aktivitas-aktivitas yang menyenangkan-mungkin mereka akan menerimanya. Tapi nggak dengan gue. Tanpa memikir lebih panjang, gue gak akan menerima kesempatannya. Karena kehidupan dan kenangan gue semasa di sekolah dasar gak seindah kayak anak-anak lain yang kerjanya banyak main bersama teman, makan siang bareng di sekolah, dan sebagainya. Kehidupan gue di sekolah dasar, jauh dari kata indah.

Itu karena gue menjadi korban pembulian.

Iya, gue salah satu korban yang di buli dan selalu di ejek atau bahkan dijadikan bahan bercandaan fisiknya oleh anak-anak lain di sekolah dasar gue.

Gue sendiri gak mengerti kenapa orang-orang sampe tega kala itu membuli gue.

Jaman dulu, jaman gue SD, rambut gue ikal, gigi gue gak beraturan-ada yang gingsul, apalagi gue dekil banget-bukan karena gak di urus, tapi semasa kecil, kulit gue emang lebih gelap dibandingkan gue sekarang. Tapi semakin gue tumbuh besar, itu semua berubah. Rambut gue, gue rebonding, gue mulai pake behel, dan gue melakukan perawatan kulit-itu semua gue lakukan karena perilaku yang gue dapatkan semasa SD.

Ada satu anak perempuan, yang jelas-jelas keliatan banget kalau dia gak suka sama gue.

Dia sampe memberitahu dan mengajak anak-anak lain untuk gak nemenin gue di sekolah. Dia bahkan sampe ngancem, kalau ada satu orang yang keliatan sedang bersama gue, otomatis orang yang nemenin gue itu bakal dimusuhin juga sama semua anak. Padahal masih duduk di sekolah dasar, tapi sikapnya udah jahat banget.

Gue gak tau semua itu bermula dari mana dan gak tau juga kenapa kalau dia sampe bilang ke semua orang untuk gak nemenin gue. Semua terjadi gitu aja, dan gue gak punya banyak temen selama gue duduk di sekolah dasar.

Sebut aja anak ini namanya, Amiya. Dengan sukses Amiya bisa mengajak dan mempengaruhi anak-anak disekolah gue. Cocok jadi diplomat dia, bisa dengan mudahnya mempengaruhi pemikiran orang lain.

Oh iya, jadi, dari mana gue bisa tau kalau semisalnya ada orang yang nemenin gue bakal ikut dimusuhin juga sama semua anak? Karena ada beberapa orang yang bilang ke gue, jujur mereka baik banget. Tapi mereka bilang ke guenya diem-diem dan dibelakang Amiya.

Amiya ini pernah mempermalukan gue di depan banyak orang. Bangku di sekolah dasar gue, warnanya coklat tua. Kayaknya Amiya ini gak puas hidupnya kalau gak mempermalukan gue dan membuat gue merasa buruk terhadap diri gue sendiri. Dia menaruh pasta cokelat di bangku gue dan membuatnya seolah-olah kalau gue buang air besar di celana gue.

Malu? Tentu aja.

Kalau orang kayak Amiya yang ada di posisi gue, alias celananya yang kena pasta cokelat di celananya, gak mungkin banyak oranv akan menertawakannya. Dia ini kayak ketua geng. Orang pada takut. Tapi disisi lain, gue bukan siapa-siapa. Gue harus memikul rasa malu gue seorang diri.

Gue juga pernah di permalukan di depan kelas saat sedang menjelaskan hasil karya seni gue. Dia bilang kalau karya seni gue sama sekali gak ada nilai seninya. Dia bilang itu di depan semua orang yang ada di kelas. Gue gak ngerti masalah dia sama gue apa.

Setiap malamnya, gue selalu nangis seorang diri di kasur. Memikirkan kenapa ada orang sejahat Amiya. Amiya itu cantik, pinter, dan ya semua orang pasti ingin jadi dia kok. Jaman gue SD, ayahnya itu bos besar. Apa yang dia mau selalu dibelikan. Beda dengan gue yang hidupnya berbeda dengan Amiya.

Ms. Kim | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang