🕊SEPULUH🕊

1.2K 86 5
                                    

Aku paham sekarang. Kepedulian itu, kekehawatiran itu, perhatian itu semua hanya sebuah rasa kasihan. Semua dibaluti sempurna oleh kata-kata manismu yang nyata nya dusta.

             •Bidadari Sekolah•

Annaila POV.
_________________

Sinar mentari mampu menelusup kelopak mata, sehingga aku mengerjap kan mata berkali-kali. Rasa pusing di kepala membuatku mengurungkan untuk bangun dari ranjang empuk ini.

Aku meraih benda pipih dan betapa terkejutnya aku melihat jam sudah menunjukan pukul delapan.

"Assshh!" Lagi-lagi sakit di kepala membuatku kesulitan untuk bangun. Bagaimana bisa bunda atau ka Arlan tak membangunkanku.

Klekk

Aku menoleh ke arah pintu, terlihat bunda dengan senyumannya yang begitu menenangkan.
"Alhamdulillah, kamu sudah bangun,  Sayang." Ucapnya seraya duduk di tepi ranjang.

"Bunda kenapa tak membangunkan Anna! Anna telat untuk ke sekolah." Aku mencoba bangun, namun kali ini bunda yang menahan.

"Kamu untuk saat ini istirahat dulu. Bunda gak mau liat kamu kelelahan lagi, sampai sakit begini."

"Tapi kan, Bun ...."

"Nggak ada alasan. Makan nih buburnya, nanti minum obat."

"Iya deh." Tak ada siapapun yang berani membantah printah bunda, termasuk cicak di rumah juga mungkin. Harusnya aku sekarang menyelesaikan rencana kedua, kendati lupakan saja lah dulu. Kepalaku pun masih berdenyut-denyut.

***********

Bosan. Itulah yang kurasakan, hanya embusan angin yang menemaniku. Mataku melirik ke arah boneka panda besar, kuraih boneka itu dan memeluknya erat. Ada rasa rindu, jika melihat boneka ini.

Rindu perhatiannya saat pertama kali aku memasuki suasana baru sekolah, rindu sebuah surat yang penuh kata romantis dan rindu saling tukar pesan pada saat malam.

Aahh sudahalah, ini lebih baik dari pada jatuh terlalu dalam nantinya. Ingatlah perhatian itu hanya sebuah rasa kesihannya saja, dan semua yang ia tulis adalah dusta.
Aku dan Arkan hanya sebuah teman, biarkan rasa itu terkubur entah sampai kapan.

Drrrrttttt

Tanganku meraih handpone di atas nakas. Terdapat pesan dari Geby.

Gebyyy byby
Anna, gue dan Veril otw ke rumah lo.
Gk usah balas chat ini, bye.

Aku tersenyum, setidaknya dengan kehadiran mereka dapat menyingkirkan pikiranku tentangnya.

Sepuluh menit aku menunggu kedua wanita itu, beginilah mereka bilang on the way tapi nyatanya masih ada di rumah.

"Holaaa!!!" Suara cempreng itu membuatku tersentak kebelakang. Astaga! Dasar kecebong.

"Kalian tuh ya, bukanya ketuk dulu. Kaget aku."

Mereka berdua memasang ekspresi cengir kuda, aku memutar bola mata. Malas.

"Kalian gak ganti seragam dulu gitu?" Tanyaku ketika melihat mereka masih lengkap menggunakan atribut sekolah.

Mereka tak menggubresi pertanyaanku tadi. Lihatlah kedua kecebong ini tengah asik mengeluarkan cemilan yang mereka bawa.

"Ya Tuhan, ko bisa sampe sakit gini si Anna." Geby duduk di sebelahku.

"Ya bisa lah, namanya juga manusia pasti ada dropnya," jawabku sekenanya.

"Memangnya lo sakit apa, Anna?" Tanya Veril seraya memakan kripik pedasnya.

Bidadari Sekolah(END)Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ