BAB 16

260K 18.8K 894
                                    

.: Bom Waktu :.

Suara hentakan musik itu menggema di dalam ruangan, lampu-lamu yang menyilaukan mata diantara gelapnya ruangan semakin memberikan sugesti pada orang-orang untuk menggoyangkan badan seirama dengan musik yang mengalun. Di sudut ruangan, seorang gadis yang menggunakan dress ketat berwarna hitam duduk di sebuah sofa. Tangannya memegang putung rokok yang menyisakan setengah batang karena sudah dihisapnya. Sesekali meracu tidak jelas, mengutuk hidupnya yang semakin hancur.

Tatapan matanya kali ini menerawang. Iris berwarna cokelat karena kontak lensa itu semakin mengabur saat rokok di genggamannya sudah habis berganti dengan gelas minuman yang berisikan cairan dimana membuatnya hilang kesadaran.

"Hidupku hancur. Hari ini Kak Jati datang melamar jalang sialan itu. Papa pergi. Mama pasti akan mengasihani si jalang itu. Dan aku? Akan selalu sendiri. Aku benci semua ini. Orang-orang begitu munafik dan nampak seperti rubah. Hiks," racau Clara mengutarakan semua yang ada di pikirannya meskipun tidak ada seseorang di sekitarnya. Tangannya kembali meraih gelas di depannya, meneguknya sekali lagi. Menyesap minuman itu untuk menikmati rasa nikmat yang banyak dikatakan oleh orang-orang.

"Saat aku jatuh cinta, orang itu kini malah akan menjadi suami kakakku yang sok polos itu. Belum puas sampai di situ, kini aku seperti ini. Terjerumus ke dalam lubang hitam yang begitu susah untuk mencari pintu keluarnya. Huh, aku rasa aku mulai gila. Aku benci ini semua. Aku rasa ... hahaha." Clara tertawa sendiri. Menertawakan kebodohannya serta hidupnya yang sudah hancur tanpa menyisakan serpihan kebaikan.

"Aku benci Clarissa. Dia merebut semua perhatian Papa. Dia merebut Kak Jati. Aku benci hidupku. Kenapa aku harus seperti ini? Kenapa aku harus kenal dengan orang-orang itu? Aku ingin mati."

Clara mengehentikkan racauannya, badannya bangkit dari posisi duduk mengambil clutch berwarna silver kepemilikannya. Setelah membayar minumannya, Clara segera berjalan keluar dengan sisa kesadaran yang ia punya. Meskipun sesekali ia menabrak lalu mendapatkan makian.

"Singkirkan tanganmu, bodoh!" maki Clara saat seseorang menyentuh pantantnya secara kasar. Clara berusaha menyingkirkan tangan pria tua itu dan kembali melanjutkan jalannya untuk keluar dari gemerlapnya dunia malam yang katanya surga dunia untuk orang-orang yang ingin menghilangkan penat atas kehidupan

*

Clara turun dari taksi yang ia tumpangi, belum sempat ia berjalan satu langkah, badannya sudah ambruk terlebih dahulu. Supir taksi yang terkejut pun langsung bergegas keluar dari dalam mobilnya menghampiri Clara. Membopong gadis muda dengan pakaian seksi itu lalu mengantarkan sampai gerbang pintu rumahnya di mana terdapat pos satpam.

Satpam yang bekerja di rumah Clara pun menatap supir itu terkejut. Terlebih lagi melihat nona majikannya tak sadarkan diri dengan keadaan nyonya besarnya di rumah. Mau tidak mau, Tono –satpam itu, langsung mengambil alih Clara dan membawanya masuk ke dalam rumah.

Bi Min yang membukakan pintu langsung terkejut. Dan tak lama, Lita juga datang saat mendengar suara ribut-ribut di ruang tamunya. Matanya membelak tak percaya melihat penampilan anaknya yang kini terkapar tak sadarkan diri. Baju itu memperlihatkan tulang belikat Clara, bahkan hampir tak mampu menutupi belahan dada putrinya. "Bawa Clara ke kamarnya," kata Lita memerintah Tono untuk membawa Clara ke kamarnya. Sesampainya di dalam kamar, Tono sudah meletakkan Clara di atas ranjangnya, Tono pamit keluar, menyisakan Bi Min selain Lita dan Clara di ruangan itu.

"Apa Clara sering seperti ini, Bi?" tanya Lita dengan suara pelan namun sarat kekecewaan dan amarah. Bi Min yang menjadi narasumber bingung harus menjawab seperti apa. Dia tidak mungkin mengungkapkan segala fakta itu dalam satu tembakan. Bisa-bisa Lita terkena serangan jantung mengetahui kelakuan anak bungsunya selama ini.

Hypocrites LoveWhere stories live. Discover now