Part 49 - A 'Good' Way (END)

33.7K 2.9K 1.1K
                                        

Terima kasih buat temen-teman yang masih bertahan membaca sampai chapter ini, luv yuuuu ^^

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"It is not end, it is and" – Super Junior Lee Teuk

.

.

.

Tangis Ella belum reda saat untuk ke sekian kalinya Cinder memasuki kamar. Anak perempuan itu masih terseguk parah di pinggir tempat tidur dengan puluhan lembar tisu menghampar di lantai.

Cinder menarik napas dalam, bersandar di kisi pintu sambil bersidekap. "Sampai kapan kamu mau nangis terus kayak gitu, La? Kafka udah nunggu kamu dari tadi," ujarnya.

"Aku nggak akan berhenti sampai kamu mau ikut antar Revas berangkat ke Kanada," balas Ella, berdeguk pelan.

"Aku nggak bisa, La. Aku ada latih-tanding hari—"

"Kamu bohong," sambar Ella, sesegukan. Wajahnya basah dan memerah. "Kafka bilang, nggak ada jadwal latihan apa pun hari ini di Athalea. Nggak tim basket putra atau putri."

"Jangan terlalu percaya si Kunyuk," sahut Cinder. Ia berjalan ke arah ranjang, lalu menarik sesuatu dari kolong tempat tidur. "Aku minta maaf karena nggak bisa temenin kamu kali ini. Aku titip ini aja, tolong kasih ke Revas. Oke?" Cinder menyerahkan sebuah kotak berukuran sedang yang dibungkus kertas putih ke pangkuan Ella. "Ini hadiah kecil yang sedikit terlambat. Semoga dia suka."

"Aku nggak mau. Kamu aja yang kasih sendiri ke Revas," tolak Ella, menggeser kotak di pangkuannya jauh-jauh.

Cinder mengembuskan napas berat. Menghadapi Ella yang menangis sekaligus ngambek seperti ini selalu membuatnya kesulitan.

"Kamu pikir selama ini aku nggak perhatiin kalian," kata Ella, terisak-isak. "Aku tau Revas sayang kamu. Kamu juga sayang Revas. Ya, kan, Cinder? Bahkan sepatu yang sering dia pakai itu hasil tangan kamu dan sepatu yang pernah aku temuin di meja belajar kamu itu dari Revas. Jadi kenapa kamu nggak bisa ikut antar Revas pergi?"

"Karena aku memang nggak bisa, La," seloroh Cinder. "Aku ... bukan dan nggak sekuat kamu. Aku nggak bisa baik-baik aja lihat orang yang aku sayang pergi," ucapnya. "Masih inget apa yang kamu rasain saat Mama dan Papa pisah?"

"Tapi ini beda, Cin. Revas pergi nggak lama dan aku yakin dia bakal kembali suatu hari nanti."

"Siapa yang bisa jamin dia pergi sebentar atau selamanya?" tembak Cinder, pelan namun tegas. "Memang nggak sama persis seperti Mama dan Papa, tapi intinya dia tetap pergi. Sama kayak Mama dan Papa yang pergi dari kita, dari diri mereka masing-masing. Mereka berpisah dan sampai sekarang belum kembali buat satu sama lain. Ya, kan?"

Seketika Ella terdiam, dalam hati membenarkan ucapan Cinder.

"Sama kayak yang aku rasain saat ini," timpal Cinder. "I love him, but I just can't keep what doesn't want to stay. So, berhenti minta aku ikut antar dia pergi. Itu nggak segampang yang dibayangin."

Ella menatapnya dengan mata yang masih basah. "Kamu sesayang itu, ya, sama Revas?"

Cinder mengedik bahu. "Mungkin," jawabnya.

"Maafin aku, Cinder," kata Ella parau sambil menghapus air mata. "Aku pikir kamu nggak sesayang itu sama Revas.

"It's okay." Cinder tersenyum. "Udah sana siap-siap. Si Kunyuk bisa lumutan nungguin kamu lama-lama."

CINDER - ELLAМесто, где живут истории. Откройте их для себя